1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Autopsi Schiller. Pameran di Marbach am Neckar

12 Oktober 2009

Di Jerman tahun 2009 dirayakan sebagai tahun Friedrich Schiller. Pujangga besar Jerman itu lahir 250 tahun yang lalu di kota kecil Marbach am Neckar, tepatnya tanggal 10 November 1759.

https://p.dw.com/p/K4rp
Friedrich Schiller (1759- 1805)Foto: AP

Berkaitan dengan tahun Schiller, di kota itu diadakan pameran berjudul Autopsie Schiller. Eine Literarische Untersuchung, atau: autopsi Schiller, sebuah penelitian sastra. Pameran diadakan di gedung museum yang sangat modern, yaitu di Literaturmuseum der Moderne, yang berdiri di atas bukit yang disebut Schillerhöhe.

Deutschland Literatur Literaturmuseum der Moderne in Marbach
Literaturmuseum der Moderne di Marbach am NeckarFoto: DW

Museum ini juga menampung arsip karya sastra berbahasa Jerman paling lengkap di dunia. Dari museum orang dapat memandang ke seluruh lembah serta sungai Neckar, yang mengalir berkelok-kelok di bagian bawahnya. Di kejauhan nampak kota Ludwigsburg, di mana Friedrich Schiller menimba pendidikan sekolah pertama kali.

Meneliti Schiller

Di dalam museum, di ruang pameran di bawah tanah, tidak banyak cahaya dan suhunya sangat rendah. Dan ini memang disengaja, untuk melindungi barang-barang yang dipamerkan. Sekitar 400 benda yang dipamerkan sudah berumur ratusan tahun, dan benar-benar pernah digunakan Friedrich Schiller semasa hidupnya.

Katharina Schneider, anggota staf peneliti Schiller di museum tersebut mengatakan, yang dimaksud dengan “autopsi Schiller“ dalam pameran ini adalah penelitian semua benda peninggalan Schiller berdasarkan dokumen-dokumen asli untuk memperdalam pengetahuan tentang pengarang itu dan karya-karyanya.

Schiller 250 - Exponat aus der Ausstellung Autopsie Schiller. Eine literarische Untersuchung
Lukisan tangan kiri Schiller yang dibuatnya sendiri tahun 1777Foto: Foto: DLA Marbach

Ia menambahkan, ketika mereka meneliti semua benda, mereka menyadari bahwa mereka memang bisa menunjukkan Schiller dari kepala hingga kaki. Jadi dari topinya, rambutnya, sampai ke sepatu dan hiasan sepatunya. Berdasarkan inilah kami memilah pameran menjadi sembilan bagian.

Seperti dijelaskan Katharina Schneider, di ruang pameran, berdiri sembilan meja besar berbentuk bundar. Setiap meja mewakili sebuah bagian tubuh. Meja pertama berjudul: Kepala dan Langit, meja ke dua: Dahi dan Rambut, yang ke tiga: Mata dan Mulut, kemudian: Hidung dan Jiwa, yang ke lima: Dada dan Pinggang, kemudian ke enam: Tangan dan Panas, ke tujuh: Paha dan Jalan, meja ke delapan: Urat dan Belenggu, dan meja terakhir: Sepatu dan Neraka.

Benda-Benda Bernilai Tinggi

Schiller 250 - Exponat aus der Ausstellung Autopsie Schiller. Eine literarische Untersuchung
Topi milik Schiller yang terbuat dari kulitFoto: Foto: DLA Marbach

Di atas setiap meja tergantung kotak kaca yang berisi sebuah benda yang menjadi obyek utama. Misalnya di atas meja berjudul Kepala dan Langit, obyek utamanya topi kulit Schiller yang berwarna hitam. Di bagian Dahi dan Rambut, obyek utamanya adalah ikat kepala dari kain. Ikat kepala ini dulu digunakan Schiller jika sedang menderita sakit kepala. Schneider menjelaskan, di masa Schiller orang banyak menggunakan metode penyembuhan bernama Akupressur. Dalam metode ini orang menggunakan tekanan, seperti dengan ikat kepala, untuk menghilangkan sakit. Jadi seperti pijitan. Tetapi pada ikat kepala milik Schiller ini ada hal menarik lainnya, yaitu warnanya yang merah.

Schneiner menambahkan, Schiller sering digambarkan sebagai pujangga dan pemikir. Misalnya ia duduk sambil menopang kepala dengan tangannya, dan bisa dibilang tampak depresif. Sudah menjadi hal yang wajar bahwa seorang pujangga dan pemikir diasosiasikan dengan sakit kepala. Warna biru waktu itu menjadi warna karakter melankolis, sedangkan merah menjadi warna imbangannya. Jadi ikat kepalanya yang berwarna merah juga ditujukan untuk membangkitkan semangatnya dan memberikan harapan.

Schiller 250 - Exponat aus der Ausstellung Autopsie Schiller. Eine literarische Untersuchung
Catatan Schiller untuk membuat puisi berjudul "Die Glocke" atau lonceng, yang berasal dari pembuat lonceng di kota Laucha, sekitar tahun 1760-1770.Foto: Foto: DLA Marbach

Rambut Asli dan Palsu

Di bagian Dahi dan Rambut juga ditunjukkan rambut milik Schiller. Pujangga itu memang selalu ditampilkan memiliki rambut ikal yang panjang hingga ke bahunya. Di masa Schiller sudah menjadi kebiasaan untuk menggunting rambut orang yang disayangi sebagai kenang-kenangan. Yang menarik, rambut-rambut yang dipamerkan warnanya tidak seratus persen sama dan strukturnya juga berbeda-beda. Inilah yang juga ingin ditunjukkan dalam pameran itu.

Dalam 250 tahun ini Schiller juga digunakan sebagai obyek untuk mencari keuntungan. Tulisan tangan Schiller kerap dipalsukan, demikian halnya dengan helai rambut, yang dikatakan milik Schiller. Untuk mencari keuntungan kadang orang mengikutsertakan sertifikat keaslian rambut Schiller. Tentu dipertanyakan, siapa yang menjamin keaslian sertifikat itu sendiri? Di masa kini keaslian rambut Schiller mudah diselidiki, tetapi pameran di Marbach itu juga bermaksud menunjukkan pandangan, apresiasi dan penyalahgunaan Schiller selama ini.

Pandangan Orang Sangat Penting

Deutschland Friedrich Schiller Büste in Jena
Patung Schiller yang dibuat Johann Friedrich von Dannecker, di akhir abad ke-18.Foto: AP

Sebuah gambaran tentang Schiller dapat diperoleh dengan mudah dari benda-benda yang dipamerkan. Pujangga kenamaan Jerman, yang sudah terkenal semasa hidupnya itu, sangat memperhitungkan bagaimana pandangan orang terhadap dirinya. Ini dapat dilihat dari sebuah patung yang menunjukkan kepala dan sebagian dadanya. Untuk pembuatan patung itu Schiller tidak hanya mempercayakan sepenuhnya gambarannya kepada si pematung, melainkan ikut aktif memberikan petunjuk. Setelah patung itu jadi, ia memesan beberapa untuk dikirimkan ke sanak keluarganya. Di sebuah surat, ayahnya menulis bahwa ia telah menerima kiriman patung itu, namun ia tidak menemukan tempat untuk memamerkannya, sehingga terpaksa disimpan di lemari.

Perhatian Schiller atas tanggapan orang juga bisa dilihat pada naskah-naskah yang ditulisnya. Katharina Schneider menjelaskan, jika sebuah karya akhirnya selesai dan dicetak, Schiller membakar semua rancangan-rancangan sebelumnya, yang tidak digunakan atau dianggapnya kurang bagus. Jadi bisa dilihat, bagi Schiller sangat penting, bagaimana ia diingat orang, dan ia berusaha membentuk itu secara aktif. Oleh sebab itu rancangan-rancangan yang tidak terbakar memiliki nilai yang sangat tinggi. Di dokumen itu dapat dilihat koreksi-koreksi yang diadakan Schiller atas karyanya sendiri. Ia kadang mencoret seluruh halaman dan menulis yang baru sama sekali, atau membatalkan coretannya sediri.

Merusak Naskah untuk Mencari Keuntungan

Deutschland Literatur Friedrich Schiller Geburtshaus in Marbach
Rumah tempat kelahiran Friedrich Schiller di kota Marbach am NeckarFoto: DW

Dari dokumen-dokumen berupa tulisan tangan Schiller, beberapa benda sangat menarik perhatian. Yaitu potongan-potongan kertas, yang kadang hanya memuat satu kalimat atau bahkan satu kata. Di belakang potongan-potongan ini ada tujuan mencari keuntungan.

Schneider menjelaskan, anak-anak dan anggota keluarga Schiller melakukan sesuatu yang sekarang menyebabkan penyusun arsip putus asa. Mereka memotong-motong karya atau surat-surat Schiller. Alasannya, karena permintaan pasar sangat tinggi atas tulisan tangan Schiller. Dan mereka ingin memuaskan permintaan pasar sebaik mungkin.

Oleh sebab itu, museum di Marbah kini menyimpan banyak potongan kertas dengan tulisan tangan Schiller, tetapi karya atau surat mana yang menjadi asal potongan-potongan itu tidak dapat diketahui lagi. Potongan paling kecil hanya memuat satu kata, yaitu “seine“ yang kurang-lebih berarti: “miliknya“.

Pameran di Marbach am Neckar sudah berakhir awal Oktober lalu, tetapi tanpa melihat benda-benda yang dipamerkanpun, pencinta sastra di berbagai negara sudah mengagumi pujangga Friedrich Schiller dan karya-karyanya.

Marjory Linardy

Editor: Ging Ginanjar