1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Berlin Barat, Pulau Kecil di Jerman Timur

14 Agustus 2011

Mulai 13 Agustus 1961 hingga 9 November 1989, Berlin Barat menjadi kota yang dikelilingi wilayah Jerman Timur. Tembok tinggi mengelilinginya. Bagaimana kehidupan warga Berlin Barat ketika itu?

https://p.dw.com/p/12GJV
Foto: picture-alliance/dpa

13 Agustus 1961, pemerintah Jerman Timur membangun pembatas yang membelah kota Berlin dalam waktu semalam. Dengan begitu tidak hanya Jerman yang terbagi dua, tapi juga kota Berlin, menjadi Berlin Barat dan Berlin Timur.

Kelaliman politik menyisakan luka dalam di kota tepi Sungai Spree. 28 tahun Berlin Barat menjadi pulau kecil yang dikelilingi wilayah Jerman Timur.

Jurnalis Berlin Wilfried Rott mengatakan, "Waktu itu adalah masa sulit bagi Berlin Barat. Namun masa itu juga menjadi identitas bagian barat kota itu untuk beberapa waktu. Warganya waktu itu punya perasaan, kami adalah orang Berlin Barat."

Wilfried Rott menulis buku yang berjudul "Die Insel" atau "Pulau", mengenai kampung halaman yang dipilihnya, Berlin Barat. Untuk itu ia berusaha menggambarkan apa yang menjadi ciri khas Berlin Barat.

Pos Intip menuju Berlin Timur dari Berlin Barat di Zimmerstraße, daerah Kreuzberg
Pos Intip menuju Berlin Timur dari Berlin Barat di Zimmerstraße, daerah KreuzbergFoto: ullstein - Gerig

"Di satu sisi orang Jerman Barat tidak akan tertarik. Warga Berlin Barat juga tidak ikut pemilu. Hanya anggota parlemen yang dikirim ke Bonn, tapi mereka tidak punya hak pilih," lanjut Rott.

Berlin, pulau dalam artian politis, terpisah secara fisik dari Jerman Barat. Seiring dengan waktu, Berlin Barat mengembangkan budaya dan iklim psikologisnya sendiri. Saat ini banyak seniman, musisi, dan petualang dari seluruh dunia yang pindah ke Berlin. Wilayah Kreuzberg, juga berkembang menjadi fenomena tersendiri. Meski begitu, Berlin barat juga terus dijuluki kota kecil. Seperti yang diingat oleh Wilfried Rott. "Karena, meski kota besar, suasananya seperti di kota kecil. Selalu ada kekuatan baru."

Tapi Silvia Friedrich tidak menganggap Berlin Barat kota kecil, ketika ia pindah ke kota itu tahun 1976. "Kota itu sangat besar, sampai tidak sadar kalau kami sebenarnya terkurung," kenangnya.

Awalnya Friedrich merasa Tembok Berlin itu mengganggu. Tapi lama kelamaan, muncullah rasa seperti terkurung. "Hampir tidak ada kawasan peternakan atau pertanian. Orang selalu berada dalam kota."

Jembatan perbatasan antara Berlin Barat-Berlin Timur
Jembatan perbatasan antara Berlin Barat-Berlin TimurFoto: ullstein bild - Röhrbein

Suatu pulau, yang semakin menjaga jarak dari tetangga timurnya. Setelah runtuhnya Tembok Berlin, warga Berlin harus kembali berkenalan satu sama lain. Setelah runtuhnya Tembok Berlin, semua wilayah kota telah kembali berbaur. Berlin menjadi lebih alternatif, aneh, unik, dan eksperimental dari kota-kota Jerman lainnya.

Di sisi lain, bagian barat kota itu pernah menjadi pulau, desa besar di tengah sosialisme. Dengan runtuhnya Tembok Berlin, tidak hanya Jerman Timur yang tewas, tapi juga pulau politis yang aneh, yang selalu mengarah ke timur itu.

Franziska Klemm/Luky Setyarini

Editor: Hendra Pasuhuk