1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kebebasan Berpendapat

Freedom House: Demokrasi di Dunia Mengalami Kemunduran

Emily Gordine
4 Maret 2020

Demokrasi dan pluralisme sedang diserang. Diktator berupaya keras membasmi perbedaan pendapat yang tersisa dan menyebarkan pengaruh berbahaya ke sudut-sudut baru di dunia, laporan Freedom House.

https://p.dw.com/p/3YqKd
Protes massa di Hong Kong, pada 5 Januari 2020
Foto: picture-alliance/AP/A. Wong

Laporan lembaga think tank Freedom House tahun 2020 cukup suram. Lembaga ini menyoroti menurunnya demokrasi di berbagai penjuru dunia, termasuk AS dan India.

Freedom House , yang merupakan lembaga swadaya masyarakat yang didanai pemerintah Amerika Serikat, menyoroti tanda bahaya atas memburuknya indeks kebebasan di negara-negara otoriter dan demokratis.

Dalam laporan Freedom in the World 2020, lembaga tersebut memberikan peringkat terhadap 195 negara, dan menyatakan bahwa 83 dari negara tersebut sebagai "bebas," 63 negara sebagai "bebas sebagian," dan 49 negara sebagai "tidak bebas."

Jumlah keseluruhan negara dengan status sebagai negara bebas telah menurun sebesar 3 persen dalam dekade terakhir. Indeks ini memperhitungkan berbagai faktor seperti fungsi pemerintah, transparansi, supremasi hukum, pluralisme serta kebebasan berekspresi dan berkeyakinan.

Laporan tahun ini menunjukkan adanya penurunan yang tajam dalam skala global terkait komitmen pemerintah terhadap pluralisme. Kelompok etnis, agama, dan minoritas lainnya telah banyak mengalami persekusi di negara-negara demokrasi dan otoriter.

Menurunnya kebebasan di negara-negara demokrasi

Laporan tersebut juga menuliskan adanya penurunan kebebasan di sejumlah negara yang terkenal demokratis. Pada halaman 10 laporan tersebut, disebutkan bahwa negara-negara demokratis yang mengalami penurunan indeks kebebasan antara lain yaitu Jerman, Prancis, Italia, Austria.

Sementara di banyak negara lainnya, orang-orang turun ke jalan dan mengekspresikan ketidakpuasan terhadap sistem politik yang ada. Mereka menuntut perubahan dan perbaikan agar negara menjadi lebih baik dan lebih demokratis. 

Gerakan-gerakan demonstrasi antara lain terjadi di Hong Kong, Aljazair, Bolivia, Chili, Ethiopia, Indonesia, Irak, Iran, Lebanon, dan Sudan. Gerakan-gerakan ini sering kali bertentangan dengan kepentingan kekuasaan yang telah mengakar kuat, dan gagal menghasilkan perubahan yang signifikan, tulis laporan itu.

Kunjungan Presiden AS Donald Trump ke India, 25 Februari 2020
Sebagai negara demokrasi terbesar, rating kebebasan di India dan AS turun drastis, menurut laporan Freedom House.Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Swarup

India dan AS jadi sorotan

"India dan Amerika Serikat adalah negara demokrasi terbesar dan mungkin yang paling berpengaruh di dunia, dan penyimpangan mereka dari cita-cita demokrasi liberal telah mengirimkan sinyal yang salah," ujar Mike Abramowitz, Presiden Freedom House.

"Jika (negara dengan) kekuatan demokrasi utama gagal memberikan contoh kuat dan memberikan kepemimpinan yang konstruktif, akan sulit membalikkan tren global yang mengancam kebebasan bagi semua masyarakat."

Dalam laporan tahun ini, di antara 25 negara demokrasi terpadat di dunia, skor demokrasi India turun paling drastis. Laporan tersebut memberikan titik berat pada status negara bagian Jammu dan Kashmir di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi yang berhaluan Hindu nasionalis.

India mengalami penurunan indeks kebebasan terbesar dalam sepuluh tahun terakhir. Sementara status di negara bagian Kashmir menurun dari "sebagian bebas" menjadi "tidak bebas" pada tahun ini.

Laporan itu juga menyoroti undang-undang kewarganegaraan yang kontroversial diadopsi di tingkat nasional, ditambah dengan tindakan agresif oleh negara guna menekan protes massa.

Sementara di AS, Freedom House mengkritik perubahan peraturan pada tahun 2019 yang melemahkan hak para pencari suaka, adanya bukti baru dalam intervensi pemilu, dan meningkatnya bentrokan antara eksekutif dan kongres.

Dari Cina, laporan itu menyebutkan penahanan pemerintah terhadap jutaan etnis Uighur dan kelompok-kelompok muslim lainnya di kamp-kamp internir.

Secara total, jumlah negara-negara yang menderita kemunduran kebebasan pada tahun 2019 lebih banyak daripada jumlah negara yang mengalami kemajuan. Dalam periode ini, 37 negara dilaporkan mengalami kemajuan dalam kebebasan, dan 64 negara mengalami kemunduran. 

Sementara, Indonesia yang secara keseluruhan memperoleh 61 poin, dikategorikan sebagai negara yang "bebas sebagian".

Freedom House menyusun indeks kebebasan di sejumlah negara setiap tahun sejak 1973. Ibu negara AS yaitu Eleanor Roosevelt merupakan salah satu pendiri organisasi tersebut.

ae/ (freedomhouse.org)