1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Upaya Kemenpora Tagih Roy Suryo Kembalikan Barang Negara

4 September 2018

Drama tarik ulur antara Kementerian Pemuda dan Olahraga dan bekas Menpora Roy Suryo seputar ribuan barang negara yang dibawa pulang politis demokrat itu berlanjut di tahun keempat. Bagaimana kisahnya?

https://p.dw.com/p/34GMO
Ex-Sportminister Indonesiens, Roy Suryo
Foto: Getty-Images/A. Berry

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) kembali menagih mantan Menpora Roy Suryo soal barang-barang inventaris negara yang belum dikembalikan. Rupanya ini adalah ketiga kalinya Kemenpora menagih Roy.

"Sudah ada yang dikembalikan tahun 2016 sebanyak (senilai) Rp 500 juta, sekarang barangnya ada di gudang kami. Tapi sisanya belum, makanya masih muncul di temuan BPK," kata Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto saat dihubungi, Selasa (4/9/2018).

Surat seperti itu pertama kali dilayangkan Kemenpora pada akhir 2014. Saat itu Roy pun menepis bahwa dirinya membawa barang inventaris negara.

Baca Juga:Kemenpora Kembali Surati Roy Suryo agar Kembalikan 3.226 Barang  

"Nggak ada itu, itu isu. Buat apa itu saya bawa," kata Roy, yang tertawa terbahak mendengar isu miring itu saat dimintai konfirmasi, Kamis (30/10/2014).

Isu yang berembus saat itu adalah Roy membawa sejumlah barang, di antaranya kamera, ranjang, CCTV, hingga TV plasma. Roy saat itu menyebut isu yang menyambar dirinya dibuat untuk menutupi isu lainnya. Roy lantas menyoroti anggaran dan pengadaan di lingkungan Kemenpora.

Semarak Penutupan Asian Games 2018

Oktober 2014 atau saat isu itu berembus berarti hanya beberapa hari setelah Kabinet Indonesia Bersatu jilid II pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono purnatugas. Roy, yang berada di kabinet, pun diganti dengan Imam Nahrawi, yang hingga kini masih menjabat dalam Kabinet Kerja pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dua tahun berlalu setelah isu tersebut, rupanya Kemenpora kembali menyurati Roy. Gatot S Dewa Broto, yang waktu itu masih menjabat Kepala Komunikasi Publik Kemenpora, bercerita babak panjang penagihan inventaris negara kepada Roy Suryo.

"Setelah serah-terima jabatan pada 29 Oktober 2014, Kemenpora sudah mengirimkan surat, Pak Roy diminta mengosongkan rumah tinggal di Widya Chandra karena mau ditempati," kata Gatot saat dimintai konfirmasi detikcom, Jumat (17/6/2016).

Gatot sempat menduga barang-barang pribadi milik Roy tercampur dengan inventaris yang ada di rumah dinas ataupun kantor. Akhirnya, pada Desember 2014, Inspektorat Kemenpora mengirimkan surat kepada Roy Suryo.

Baca Juga: Setelah Asian Games 2018, Indonesia Tuan Rumah Olimpiade 2032?

Sejumlah barang telah dikembalikan oleh Roy pada akhir 2014. Barang-barang tersebut di antaranya televisi, kamera, dan lensa kamera.

Ternyata masih ada barang-barang yang belum dikembalikan. Pada 2016, Kemenpora mendapat surat dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

"Dalam surat pengantar memang nggak ada nama (Roy Suryo), namun di lampiran nongol," papar Gatot waktu itu.

Sejumlah aset yang dibawa Roy Suryo itu masuk dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Keuangan BPK tahun 2015 atas Kemenpora. Dalam LHP tersebut Kemenpora mendapat predikat disclaimer. Hanya, waktu itu Gatot tak membeberkan berapa nilai perabot yang dibawa oleh Roy.

Kala itu Roy mengaku belum menerima surat dari Kemenpora. Namun dia menilai ada hal yang janggal karena masih terus ditagih oleh Kemenpora.

"Intinya saya senyum saja, sangat tidak logis kalau hal-hal yang terjadi 1,5 tahun lalu saat saya masih menjabat baru diaudit pada 2016 ini. Seharusnya, kalaupun muncul pada audit tahun 2015, yang saat itu mendapat wajar dengan pengecualian (WDP), bukan disclaimer seperti sekarang. Gusti Allah tidak sare (tidur)," kata Roy saat dimintai konfirmasi detikcom, Jumat (17/6/2016).

Hal yang menurut Roy tak logis lainnya adalah soal barang-barang yang disebut-sebut dibawanya. Dia mengaku tak pernah membawa barang seperti yang disebutkan.

"Misalnya saya disebut bawa pompa air, pakaian banjir untuk staf dan memory card yang tidak pernah saya gunakan," kata Roy waktu itu.

Baca Juga:SBY Acungi Dua Jempol untuk Asian Games 

Ketua BPK Harry Azhar Aziz pada Oktober 2016 kemudian mengungkap alasan Kemenpora mendapat predikat opini disclaimer. Rupanya benar, salah satu penyebabnya adalah soal barang yang belum dikembalikan.

"Ada beberapa aset," kata Harry setelah bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016).

Roy kembali dimintai konfirmasi soal aset tersebut. Namun Roy menganggap permasalahannya ini sudah beres.

"Sudah clear, tidak ada masalah. Alhamdulillah Kemenpora baik, kami detailkan. Memang ada yang belum match, kita cocokkan dan sudah selesai," kata Roy kepada detikcom, Rabu (5/10/2016).

Bahkan menurut Roy, semenjak tak lagi menjabat Menpora, dia sudah menyerahkan semua aset yang pernah dia gunakan ke negara. Memang saat itu ada pegawai Kemenpora yang tidak sengaja mengirimkan barang ke rumah pribadinya.

Asian Games 2018 Minim Sampah?

Namun, setelah diketahui bahwa barang itu bukan miliknya, Roy pun langsung mengembalikan ke negara. "Semestinya tidak ada masalah lagi. Ini sudah selesai bahkan sejak dua tahun lalu," ujar dia.

Drama penagihan perabotan oleh Kemenpora kepada Roy Suryo kini masih berlanjut. Kali ini Kemenpora menyebutkan jumlah barangnya yang mencapai 3.226 unit. Surat bernomor 5-2-3/SET.BIII/V/2018 tersebut dilayangkan sejak 1 Mei 2018.

"Surat itu betul, bukan hoax. Asli tanda tangan saya," kata Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto saat dihubungi, Selasa (4/9).

Sebenarnya surat itu bersifat sangat rahasia di kalangan internal Kemenpora. Gatot pun heran mengapa surat tersebut menjadi viral sekarang.

Baca Juga: Hanya Asian Games Yang Bisa Membenahi Jakarta

Belakangan, Roy memang nyinyir soal perhelatan Asian Games 2018 yang baru saja berakhir. Gatot pun menepis anggapan jika viralnya surat ini berkaitan dengan sikap Roy.

Gatot hanya menegaskan poin pentingnya adalah menindaklanjuti temuan BPK. Dia pun enggan menyebutkan secera terperinci barang apa saja yang belum dikembalikan.

"Lebih banyak alat elektronik," sebut Gatot.

Hingga kini Roy belum menanggapi soal penagihan ketiga oleh Kemenpora ini. detikcom sudah berupaya menelepon, tapi belum direspons.

Jika penagihan ini dianalogikan seperti drama tiga babak yang dikemukakan filsuf Yunani Aristoteles, akankah drama ini segera berakhir dengan resolusi?

Sumber: Detik News