1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gaddafi 'Setujui' Rencana Perdamaian Uni Afrika

11 April 2011

Uni Afrika telah mengajukan rencana perdamaian kepada delegasi perwakilan kubu pimpinan Libya Muammar Gaddafi. Namun, pemberontak pesimis akan keberhasilannya.

https://p.dw.com/p/10rJ4
Pemimpin Libya Muammar Gaddafi saat tiba di Tripoli untuk bertemu perwakilan Uni AfrikaFoto: dapd

Misi Uni Afrika terdiri dari perwakilan lima negara. Yakni, presiden Jacob Zuma dari Afrika Selatan, Mohamed Ould Abdel Aziz dari Mauritania, Amoadou Toumani Toure dari Mali dan Denis Sassou Nguesso dari Kongo-Brazzaville dan menteri luar negeri Uganda Henry Oryem Okello. Tim ini juga telah disetujui misinya oleh Uni Eropa. Hari Minggu (10/4) kemarin, Uni Afrika mengajukan rencana perdamaian kepada delegasi perwakilan kubu pimpinan Libya Muammar Gaddafi. Tuntutannya antara lain, gencatan senjata segera, bantuan kemanusiaan tidak dihalangi, perlindungan warga asing, dialog antara pemerintah dan pemberontak, dan penghentian serangan udara NATO. Usai pertemuan di Tripoli tersebut, presiden Jacob Zuma mengatakan Gaddafi menyetujuinya. "Setidaknya cukup untuk mengatakan, bahwa delegasi Libya telah menerima rencana perdamaian Uni Afrika."

Senin ini (11/4), juru bicara NATO Oana Lungescu mengatakan telah mengetahui kesepakatan antara Uni Afrika dan Gaddafi serta menyambut semua usaha untuk menghentikan kekerasan terhadap warga sipil. Namun, laporan akan pertempuran yang berlanjut di kota-kota penting Libya terus terdengar. Di Ajdabiya, pasukan pro Gaddafi berhasil menekan mundur kelompok pemberontak. Sementara NATO mengumumkan telah menghancurkan 25 tank milik pemerintah sampai hari Minggu kemarin.

Sementara itu, tim misi Uni Afrika bagi Libya melanjutkan pekerjaan mereka dengan bertemu markas kelompok pemberontak di kota Benghazi. Para pemberontak berpendapat, gencatan senjata dalam bentuk apa pun hanya bisa terwujud jika pasukan pemerintah ditarik dari jalanan dan kebebasan berpendapat diijinkan. Shamsiddin Abdulmolah juru bicara kelompok pemberontak Dewan Nasional Transisi menambahkan, warga harus dibolehkan turun ke jalan dan mengekspresikan pendapat mereka. Ia juga menuntut pembebasan ratusan orang yang menghilang sejak aksi demontrasi dimulai. Abdulmolah juga menyuarakan keraguannya, bahwa Gaddafi akan benar-benar mengikuti rencana perdamaian tersebut.

Dalam pertemuan dengan tim misi Uni Afrika, kelompok pemberontak diperkirakan akan mempertanyakan apakah berdasarkan rencana perdamaian tersebut, Gaddafi akan tetap menjadi pemimpin Libya atau tidak. Rencana itu juga tidak memasukkan jangka waktu berkaitan dengan gencatan senjata atau masa transisi pemerintahan. Sekitar 200 orang yang melambaikan bendera pemberontak berkumpul di luar bandara saat delegasi Uni Afrika tiba. Mereka menyerukan kepuasan akan usaha yang dilakukan, namun juga menuntut dijatuhkannya Gaddafi.

Dari negara barat, reaksi pertama muncul dari menteri luar negeri Italia Franco Frattini. Kepada stasiun radio Europe 1 ia mengatakan, bahwa Perancis dan Inggris yang memimpin seruan intervensi militer ke Libya setuju dengan Italia akan perlunya keluarga Gaddafi yang berkuasa untuk mundur dalam usaha menghentikan krisis di negara tersebut. Frattini menegaskan, itu adalah prasyarat untuk memulai rekonsiliasi nasional Libya yang baru.

Vidi Legowo-Zipperer / dpa / afp

Editor : Hendra Pasuhuk