1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

120811 Indien Pakistan Rivalitäten

Christa Saloh-Foerster15 Agustus 2011

Perseteruan India-Pakistan telah menelan korban jiwa lebih dari satu juta orang. Permusuhan ini tidak hanya menghambat perkembangan dalam negeri kedua pihak, tetapi juga seluruh wilayah terkait.

https://p.dw.com/p/12Gq1
Gambar simbol perlombaan senjata India-PakistanFoto: AP Graphics/DW

Kedua negara pemilik senjata nuklir, Pakistan dan India kerap disebut sebagai saudara tak setara. India, besar, dicintai masyarakat internasional dan banyak teman. Sedangkan Pakistan, kecil, tidak disukai dan terisolasi.

Berbagai Masalah

Penuh percaya diri, India menuntut agar menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB. India boleh berbangga dengan rata-rata 8 persen pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun terakhir, dan diperkirakan akan menjadi negara adidaya. Sementara pengamat menilai Pakistan sebagai "failed state" atau negara gagal, tidak terkontrol dan tempat persembunyian yang aman bagi teroris dan ekstremis, misalnya pada kasus Osama bin Laden.

Tiga perang telah dilancarkan kedua musuh besar itu. Dua di antaranya seputar Kashmir. Namun masalah Kashmir yang belum juga terselesaikan, hanya merupakan salah satu dari sekian banyaknya problem, ujar pakar Ilmu Polititk Pakistan, Sayyad Nasser:

"Misalnya, sebelum tahun 1984, tidak ada perdebatan mengenai garis perbatasan di Gletser Siachen, diskusi Sir Creek seputar perbatasan maritim antara kedua negara atau pertikaian menyangkut rencana proyek bendungan India. Kini tidak hanya mengenai Kashmir, melainkan lebih banyak dari itu," dikatakan Sayyad Nasser.

Hubungan Bilateral Harus Diperbaiki

Hingga 2014, Amerika Serikat akan menarik diri dari Afghanistan. Karena Washington sekarang tidak lagi sepenuhnya mempercayai Pakistan, sekutu terpentingnya dalam perang melawan teror, ketegangan baru antara India dan Pakistan tidak akan terelakkan, ujar politolog Sayyad Nasser. Pasalnya, kedua negara hendak menempatkan kembali dirinya dalam tatanan kekuasaan baru dan menggunakan peluang bila Amerika Serikat menarik diri dari wilayah itu.

"Kesamaan terpenting antara kedua negara adalah kemiskinan yang besar. Hanya bila ada perdamaian, akan ada kemajuan. Dasar dari kemajuan adalah perdagangan. Karena itu segala upaya harus difokuskan pada hubungan bilateral yang harus diperbaiki dan sama sekali tidak boleh tergantung pada kejadian-kejadian eksternal," jelas Nasser.

Pemakaian Anggaran

Anggaran pertahanan India untuk tahun depan ditingkatkan 11 persen menjadi sekitar 37 milyar Dollar AS, Dan Pakistan saat ini merupakan angkatan bersenjata ketujuh terbesar di dunia, bila melihat jumlah serdadunya yang aktif. Pengkritik berulang kali menegaskan bahwa dana itu sebaiknya dikucurkan untuk pendidikan dan infrasrtuktur yang buruk di kedua negara.

Tetapi tidak hanya pembangunan di India dan Pakistan yang terhambat akibat konfliknya. Juga negara tetangga Bangladesh, Nepal, Bhutan atau Sri Lanka. Padahal tujuan SAARC ditetapkan tahun 1985, yaitu target ekonomi, seperti zona bebas perdagangan dan pembebasan visa.

Savita Pande, pakar Asia Selatan dari Universitas Jawaharlal-Nehru di New Delhi mengatakan, "Jika hubungan India-Pakistan membaik, maka persatuan seperti SAARC itu lebih efisien. Yang dipentingkan selalu tentang detil politik dan tidak pernah tentang ekonomi. Seharian penuh perang, besoknya gencatan senjata. Tiba-tiba kami berhenti berdialog, lalu berdamai lagi."

Pertikaian politik ini bagi banyak pihak menyedihkan karena hubungan budaya antara India dan Pakistan sangat erat. Banyak yang masih mengharapkan masa depan yang lebih baik meskipun masa lalu begitu gelapnya.

Priya Esselborn/Aamir Ansari/Christa Saloh-Foerster

Editor: Vidi Legowo-Zipperer