1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kanselir Scholz Kecam Perang 'Imperialistik' Putin

Rebecca Staudenmaier
25 Mei 2022

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan DW, Kanselir Jerman Olaf Scholz berjanji untuk membantu negara-negara di Afrika yang juga menderita akibat invasi Rusia ke Ukraina.

https://p.dw.com/p/4Box3
Kanselir Jerman Olaf Scholz
Wawancara eksklusif Kanselir Jerman Olaf Scholz dengan Kepala Editor Politik DW Michaela Kufne

Kanselir Jerman Olaf Scholz menekankan bahwa dengan mengakhiri perang Rusia di Ukraina "akan menjadi hal terbaik bagi seluruh dunia." Pernyataan itu disampaikan dalam sebuah wawancara eksklusif dengan DW pada hari Selasa (24/05), di kota Johannesburg, Afrika Selatan.

Saat berbicara dengan Kepala Editor Politik DW, Michaela Kufner, Scholz mengatakan Uni Eropa dan Amerika Serikat memimpin inisiatif untuk menurunkan harga bahan bakar di seluruh dunia, dengan mendesak negara-negara untuk meningkatkan produksi minyak dan gas mereka.

Scholz: Rusia sudah 'menderita' karena perang

Kanselir mengecam keputusan  Presiden Rusia Vladimir Putin yang memaksakan "perang yang sangat brutal" di Ukraina. Scholz menyebutnya sebagai "pendekatan imperialistik."

Selama pembicaraan langsung dengan Putin, Scholz mengatakan bahwa perang "tidak akan pernah memiliki hasil yang baik" bagi Rusia. Dia juga menambahkan bahwa sanksi internasional sangat berdampak pada perkembangan ekonomi Rusia dan akan memiliki efek dalam jangka panjang.

"Mereka akan membangun kembali ekonominya selama beberapa dekade, mereka menderita untuk keluar dari ini, (Putin) harus menghentikan perang," tambahnya.

Jerman ingin meningkatkan pasokan bahan bakar global

Dengan perang di Ukraina dan sanksi terhadap impor energi Rusia berkontribusi pada lonjakan harga bahan bakar global, Scholz menegaskan bahwa AS dan UE bekerja sama untuk menurunkan tarif tersebut.

“Kita akan menghadapi situasi yang sangat sulit jika kita melihat harga bahan bakar. Jelas ini tidak mungkin untuk mensubsidi agar harganya turun, bahkan tidak di tingkat global,” kata Scholz, tetapi ia menambahkan “kita perlu mulai menaikkan pasokan" bahan bakar.

"Kami sekarang sedang berdiskusi dengan semua negara yang mengeksplorasi minyak dan gas, mencoba meyakinkan mereka untuk meningkatkan kapasitas, sehingga akan membantu pasar dunia," kata Kanselir Jerman menambahkan.

Berlin harus bekerja 'intensif' dalam hubungan diplomatik dengan Afrika

Scholz mengatakan sangat penting bagi Rusia untuk mengakhiri perangnya di Ukraina, tidak hanya untuk keamanan Eropa, tetapi juga untuk perdamaian global.

"Jelas bahwa banyak negara menderita akibat perang ini, dan inilah mengapa kami memutuskan akan membantu negara-negara yang mengalami kesusahan," katanya.

Saat ini Jerman sedang bekerja untuk mendukung Program Pangan Dunia PBB (WFP) untuk mengatasi kekurangan biji-bijian yang sangat memukul negara-negara di Afrika. Ia menambahkan, negara-negara Eropa khususnya, memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan hubungan dan dukungan kepada negara-negara bekas jajahan.

"Jerman (dan) semua negara dengan masa lalu penjajahan harus jujur dan mengakui bahwa masa lalu ini adalah bagian dari sejarah mereka dan mereka memiliki tanggung jawab untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan negara-negara, misalnya di Afrika. Melakukan ini untuk hubungan yang baik di masa depan," katanya.

Memperbaiki masa lalu penjajahan dan bekerja untuk mempererat kerja sama "adalah dasar bagi dunia multilateral" yang terdiri dari "negara-negara yang bekerja sama untuk masa depan yang lebih baik," menurut pemimpin Jerman itu. Selama kunjungan resmi pertamanya ke benua Afrika, Scholz telah bertemu dengan para pemimpin di Senegal, berbicara dengan pasukan Jerman di Nigeria dan sekarang berada di Afrika Selatan.

"Afrika adalah benua di sebelah Eropa, oleh karena itu pada dasarnya kami bekerja keras untuk memiliki hubungan yang sangat baik dengan semua negara bagian di Afrika, dan juga penting bagi kami untuk mengembangkan hubungan kami dengan semua negara demokratis di dunia," katanya.

(bh/ha)