1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

280611 Südafrika Aids Logistik

1 Juli 2011

Supir truk mempunyai kontribusi besar dalam perekonomian Afrika, tetapi mereka juga turut menyebabkan penyakit AIDS tambah tersebar. Untuk mengontrol masalah ini, di Afrika Selatan dikembangkan sistem klinik khusus.

https://p.dw.com/p/11nO5
Klinik AIDS khusus bagi supir truk di Afrika Selatan
Supir truk selalu berada di perjalanan dan banyak turut menyebarkan AIDSFoto: Michelle Steyn

Johnson Ndende sedang pergi ke dokter. Memang lelaki berusia 58 ini tidak sakit, ia hanya ingin mengikuti tes rutin. Tekanan darah, gula darah dan terutama tes AIDS. Johnson bekerja sebagai supir truk. Kalau harus ke dokter, dia tidak pergi ke praktek di pusat kota. Bagi supir-supir truk jarak jauh di Afrika Selatan sekarang ada klinik khusus supir truk di tepian jalan tol.

"Saya tidak bisa menjalani tes semacam ini di rumah sakit. Kalau datang ke rumah sakit siang-siang, pasti harus antri berjam-jam. Klinik supir truk ini bagus sekali," kata Johnson. "Bukanya jam 6 sore, jadi saya bisa datang. Saya kan jam 8 malam harus mulai kerja," lanjut lelaki ini.

Kelompok beresiko AIDS

Supir-supir truck Afrika Selatan
Supir-supir truk di Afrika merupakan kelompok beresiko AIDSFoto: Michelle Steyn

Menjadi supir truk di Afrika Selatan adalah pekerjaan yang beresiko terinfeksi AIDS. Ini karena mereka sangat sering bepergian, gaji mereka yang relatif tinggi dan karena banyak dari mereka sering pergi ke pelacuran.

Johnson hari ini tidak harus menunggu lama. Ia adalah salah satu pasien pertama. Ada banyak poster informasi AIDS di dinding, dan di pojok ruangan ada sebuah televisi. Klinik bagi supir truk di Afrika Selatan dibangun di peti-peti kemas dan karena itu sempit. Ruangan kedua adalah ruang periksa. Suster Masapapu sedang mengambil darah supir truk lain.

Ia mengatakan, bahwa kebanyakan supir yang datang ke klinik ini tidak merasa takut. "Mereka senang ada klinik ini dan sangat menghargai servisnya," kata suster Masapapu. "Mereka kan tidak punya waktu untuk pergi ke rumah sakit beneran kalau mau mengukur tekanan darah atau gula darah," jelasnya lebih lanjut

Faktor penting bagi perekonomian

Lebih dari 5 juta dari 50 juta penduduk Afrika Selatan terinfeksi AIDS, termasuk supir-supir truk. Yang membahayakan, mereka juga pergi ke daerah-daerah terpencil atau ke desa-desa. Tetapi supir truk merupakan faktor penting bagi perekonomian Afrika Selatan. hampir 90 persen barang dikirim lewat truk. Ini juga dikarenakan jaringan kereta api yang buruk sekali. Disana ada sekitar 70.000 supir truk. Tanpa mereka, perekonomian Afrika bisa hancur.

Kembali ke klinik: tekanan darah Johnson normal. Ia kembali mengenakan bajunya. Hasil tes AIDS-nya baru bisa diambil 3 minggu lagi. Dalam perjalanannya kali ini ia ditemani rekannya Nonopedi Jackobson yang sudah ia kenal sejak lama. Ia tidak suka kebanyakan supir lainnya.

"Kebanyakan supir truk tidak suka pakai kondom. Habis kerja mereka pergi minum-minum dan setelah itu.. yah, begitu lah... pokoknya bagi mereka tidak penting pakai kondom," cerita Nonopedi, dan menekankan bahwa ini tidak aman karena mereka sering bepergian. "Sejak saya tahu AIDS, saya langsung berhenti dengan kebiasaan seperti itu. Dalam hidup saya hanya ada satu pasangan, dan itu istri saya. Saya tidak akan berhubungan seks dengan orang lain lagi," katanya.

Pengobatan AIDS gratis bagi pelacur

Seorang supir truk seperti Nonopedi mendapat sekitar 4 juta rupiah sebulannya. Ini jumlah yang relatif besar, terutama di wilayah-wilayah yang sering dikunjungi mereka. Di banyak wilayah miskin, para pelacur bahkan tidak perlu dibayar dengan uang untuk berhubungan seks, mereka rela dibayar hanya dengan sepotong roti dan ayam goreng.

Truk di Afrika Selatan
90 persen transportasi barang bergantung pada jalur daratFoto: Michelle Steyn
Peti kemas yang dibangun menjadi klinik AIDS
Klinik khususnya terbuat dari peti kemasFoto: Michelle Steyn

Untuk mengatasi masalah AIDS di Afrika Selatan, klinik-klinik khusus supir sekarang sudah dibuka untuk umum. Sejak beberapa bulan, bangunan peti-peti kemas dipinggir jalan tol ini juga bersedia mengobati pelacur dengan gratis.

Jörg Poppendieck / Anggatira Gollmer
Editor: Hendra Pasuhuk