1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Nobelpreis für Medizin mit Hindernissen

Agus Setiawan4 Oktober 2011

Hadiah Nobel Kedokteran tahun ini diberikan kepada tiga peneliti imunologi, masing-masing Bruce Beutler,Jules Hoffmann dan Ralph Steinmann. Nobel bagi Steinmann tetap diberikan secara posthum atau setelah ia meninggal.

https://p.dw.com/p/12lDY
Bruce Beutler dan Jules Hoffman dengan penghargaan kedokteran.Foto: AP
Medizin Auszeichnung Dr. Ralph Steinman
Dr. Ralph Steinman tetap memperoleh hadiah Nobel secara posthumFoto: AP

Hadiah Nobel, berdasarkan statuta yang berlaku tidak boleh diberikan secara posthum, atau kepada ilmuwan yang telah meninggal. Tapi hadiah Nobel kedokteran tahun ini, tetap diberikan kepada ilmuwan Kanada, Ralph Steinmann, walaupun ia telah meninggal, tiga hari sebelum tim juri mengumumkan hasil penilaiannya Senin (03/10). Komite Nobel di Stockholm mengajukan argumentasi, ketika terpilih menjadi pemenang Nobel, Steinmann belum meninggal.

Ketiga pemenang Nobel Kedokteran tahun ini merupakan ilmuwan terkemuka di bidang penelitian sistem kekebalan tubuh. Ilmuwan AS Bruce Beutler dan Jules Hoffmann yang kelahiran Luxemburg serta Ralph Steinmann dari Kanada, berulangkali meraih berbagai penghargaan internasional bergengsi.

Mekanisme Kekebalan Tubuh

Ketiga ilmuwan tersebut layak mendapat hadiah Nobel Kedokteran, atas prestasinya menemukan bagaimana mekanisme pertahanan tubuh melawan penyusup yang memicu penyakit, seperti bakteri, virus atau jamur. Serta pengaruh penemuan itu, antara lain bagi pengembangan vaksin yang disesuaikan dengan kebutuhan. Demikian alasan Komite Nobel di Karolinska Institut Stockholm. “Industri vaksin di seluruh dunia, melakukan produksi berdasarkan temuan-temuan ini, “ kata wakil ketua Komite Nobel Kedokteran, Urban Lendahl. Temuan Beutler, Hoffmann dan Steinmann membuka kemungkinan, bagi pengembangan terapi baru untuk melawan penyakit infeksi yang belum ada obatnya seperti AIDS atau kanker. Selain itu juga memberikan jawaban atas pertanyaan, mengapa sistem kekebalan tubuh, kadang-kadang juga menyerang tubuh sendiri.

Para ilmuwan itu bekerja secara terpisah, namun menemukan hasil yang serupa dalam bidang imunologi. Bruce Beutler dan Jules Hoffmann secara terpisah menemukan apa yang disebut sistem kekebalan tubuh bawaan. Sejak dilahirkan, berbagai sel pertahanan tubuh bertugas menyerang penyusup asing dan melumpuhkannya. Sejumlah reseptor membantu mengenali penyusup bersangkutan.

Sel Dendritis

Dendritische Zellen in der Haut
Sel Dendritis pada kulit

Sementara Steinmann menemukan apa yang disebut sistem kekebalan tubuh adaptif. Sistemnya mampu mempelajari hal baru dan bereaksi terhadap bibit penyakit tertentu. Steinmann menemukan sel dendritis yang berfungsi sebagai pengajar. Tugasnya bukan membunuh bibit penyakit, melainkan mengambil contoh potongan dari sel penyusup yang disebut antigen. Kemudian mempresentasikannya kepada sel-T, yang ibaratnya serdadu dari sistem kekebalan tubuh, agar selnya mempelajari, potongan sel yang mana yang menjadi sasarannya. Sel-T ini kemudian akan membentuk anti-body dan sel-sel pembunuh yang menghancurkan pemicu infeksi.

Steinmann membuktikan tesisnya pada dirinya sendiri yang divonis menderita kanker kelenjar pankreas empat tahun lalu. Ia mengembangkan terapi imunisasi berdasarkan temuannya, yakni sel dendritis dan berhasil memperpanjang umurnya hingga empat tahun.   

Judith Hartl/Agus Setiawan

Editor : Vidi Legowo-Zipperer