1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialRusia

Rusia Rekrut Perempuan Buat Perangi Ukraina

Juri Rescheto
6 November 2023

Ketika perang di Ukraina makin berlarut-larut, Rusia membutuhkan sejumlah tentara baru untuk bergabung di garis depan. Sekarang lebih banyak perempuan yang mereka rekrut.

https://p.dw.com/p/4YSlp
Tentara Rusia
Tentara kontrak Rusia ikut serta dalam latihan militerFoto: Konkov Sergei/ITAR-TASS/dpa/picture alliance

Sebuah video yang diposting ke platform online Rusia menunjukkan seorang tentara perempuan muda dengan topi baseball tengah memegang senapan Kalashnikov. Suaranya penuh dengan optimisme. Rekaman itu diduga direkam di wilayah "operasi militer khusus” Rusia, yang disebut Kremlin sebagai invasi skala penuh ke Ukraina.

Nama perempuan itu Natalia. Sedangkan nama samarannya adalah Valkyrie. Dia berasal dari pegunungan Ural. Setiap orang yang terlibat dalam "operasi militer khusus" memiliki julukan atau nama panggilan di pasukan militer.

Julia yang berasal dari Donetsk duduk di samping Natalia, yang nama panggilannya adalah Iblis. Dia juga seorang tentara dan nampak mengenakan rompi antipeluru. Natalia bercanda bahwa Julia memiliki "pikiran setan", seraya menambahkan bahwa dia "cukup nekad dan tidak peduli dia perempuan!" Julia mengangguk.

Gaji yang baik dan tunjangan kesejahteraan

Video ini muncul beberapa minggu lalu di internet dan sudah ditonton ribuan kali. Dalam klip itu para perempuan tersebut menjawab berbagai pertanyaan, dengan adegan-adegan latihan menembak, berbicara tentang betapa pentingnya wajib militer. Mereka disebut-sebut adalah anggota batalion Bors, yang menurut laporan media merupakan unit tempur sukarelawan di bawah kendali Kementerian Pertahanan Rusia.

Batalion tersebut saat ini menjalankan iklan netral gender di platform media sosial utama Rusia sebagai upaya untuk memperkuat barisannya. Mereka ingin merekrut operator drone dan penembak jitu, serta petugas medis dan pengemudi. Relawan dapat mendaftar dengan kontrak enam bulan dan tunjangan. Gajinya sekitar 220.000 rubel atau 38 juta rupiah per bulan, jumlah yang lumayan besar menurut standar Rusia.

Akun lain di platform yang sama dengan nama "gadis petempur" secara khusus mencari perempuan, mendesak mereka untuk mendaftar dan bertugas di pasukan Rusia. Ketentuannya — jangka waktu kontrak dan pembayaran — sama dengan yang ditawarkan oleh unit Bors. Iklan tersebut mengatakan yang paling dicari adalah pilot pesawat tanpa awak  dan penembak jitu.

Dalam video yang disebutkan di atas, Julia, yang dipanggil dengan sebutan Iblis memberi tahu penonton bahwa dia sedang menjalani pelatihan sebagai penembak jitu dan belajar bagaimana menjadi operator drone. Sementara Natalia, atau Valkyrie, mengatakan bahwa dia adalah instruktur paramedis.

Waktu dan isi video ini mungkin bukan suatu kebetulan karena Rusia tengah meningkatkan upayanya untuk merekrut pejuang tambahan.

Pasukan yang ‘memesona‘

Dalam perayaan Hari Perempuan Internasional pada bulan Maret ini, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dengan bangga mengumumkan bahwa sekitar 44.500 perempuan saat ini bertugas di tentara Rusia. Dia mengatakan 1.100 dari mereka terlibat langsung dalam "operasi militer khusus,” dan sepertiganya telah menerima penghargaan khusus dari negara.

Sekitar 1.300 orang sedang belajar di perguruan tinggi militer, Shoigu menambahkan, sebelum menggambarkan para perempuan tersebut sebagai "tentara yang memesona.”

Tahun lalu, 128 tentara perempuan Rusia mendapat penghargaan atas prestasi mereka, 24 di antaranya atas partisipasi mereka dalam operasi tempur garis depan. Menurut kantor berita Rusia Ria Novosti, perempuan aktif di semua cabang angkatan bersenjata Rusia dan menjalankan 150 peran berbeda.

Namun Shoigu tidak menyebutkan bahwa semakin banyak tahanan perempuan yang direkrut untuk bertugas di angkatan bersenjata Rusia, demikian menurut aktivis hak asasi manusia Olga Romanova dari organisasi nonpemerintah Russia Behind Bars. Organisasinya membantu para tahanan dengan memberikan bantuan hukum dan dukungan lainnya. Menurut organisasi tersebut, 50 narapidana perempuan direkrut setahun yang lalu. Saat itu, 50 perempuan yang ditahan di penjara di Kota Luhansk, Ukraina, yang dianeksasi oleh Rusia, bergabung dengan angkatan bersenjata Rusia. Sejak itu, semakin banyak perempuan yang dipenjara telah mendaftar. Saat ini, Romanova mengatakan kepada DW, ada ribuan perempuan yang bertugas di militer Rusia.

Dia mengatakan para perempuan ini adalah "korban propaganda Rusia.” Ada yang bergabung dengan tentara karena alasan moral, ada pula yang tergoda oleh uang. Selain itu, hukuman penjara bagi mereka yang kembali dari medan perang akan dihapuskan. Banyak tahanan laki-laki juga telah direkrut untuk bertugas di tentara Rusia, tambahnya.

Kesetaraan yang paling buruk

Romanova tidak memiliki kontak dengan tentara perempuan Rusia yang tidak direkrut dari penjara. Namun ia berasumsi bahwa sebagian besar dari mereka mengikuti suaminya di garis depan, atau bekerja untuk pasukan keamanan negara atau sebagai polisi.

Apa dampak dari upaya Rusia untuk merekrut perempuan mengenai kondisi tentara Rusia? Romanova mengatakan kepada DW bahwa menurutnya hal ini mencerminkan kesetaraan terburuk yang mungkin terjadi: "Jika saya tidak mengetahui kondisi penjara Rusia atau kondisi di garis depan, menurut saya kita melihat kesetaraan nyata antara laki-laki dan perempuan, tapi tentu saja ini adalah hal yang sangat buruk. Perempuan digunakan sebagai umpan Meriam. Jadi dalam hal ini mereka dianggap setara dengan laki-laki.”

Dia berharap banyak perempuan Rusia yang menentang perang dan meninggalkan gagasan patriotisme yang salah. (ap/hp)

Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Jerman.