1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

221211 Jerusalem Holy Sepulchre Church

25 Desember 2011

Enam golongan Kristen berbagi Gereja Makam Suci di Yerusalem. Namun kunci gereja dipegang oleh sebuah keluarga muslim, keluarga yang sama yang selama ratusan tahun mengunci gereja itu setiap malam.

https://p.dw.com/p/13Z6X
Seberkas cahaya jatuh di tmeapt yang diyakini sebagai makam Yesus Kristus, di gereja Makam Suci, YerusalemFoto: AP

Dua jam selepas maghrib, panggilan akhir bagi para peziarah agar meninggalkan Gereja Makam Suci di Yerusalem. Para biarawan yang tinggal di dalam tahu mereka sebaiknya kembali tepat waktu, atau terpaksa bermalam di tempat lain.

Ini ritual terperinci. Begitu pintu dari kayu tebal ditutup, seorang biarawan di dalam mendorong tangga lewat lubang yang sengaja dibangun, sehingga orang dari luar hanya bisa memanjat untuk mencapai kunci paling atas.

Selalu sama sejak ratusan tahun, di tempat dimana umat Kristen meyakini Yesus disalib dan bangkit. Dan selama ratusan tahun, pria yang mengunci para biarawan adalah seorang muslim.

"Saya memang penjaga pintu dan pemelihara gereja.” Wajih Nusseibeh adalah anggota dari keluarganya yang sekarang ini mengerjakan tugas itu. "Dimulai di abad ke tujuh, 1.300 tahun lalu.”

Nusseibeh tinggal di luar tembok kota tua, tetapi ia harus sudah tiba pukul 4 subuh, setiap hari, untuk membuka pintu gereja. Dia harus bangun pukul 3.30 setiap pagi dari rumah ke tempat ini.

"Terkadang lebih pagi", tambah Wajih sambil terseenyum, "Ya begitulah kehidupan. Yesus bukan hanya untuk umat Kristen, tetapi untuk semua orang."

60 Jahre Danach - Bildergalerie - Jerusalem 02/20
Kubah Gereja Makam Suci , kanan, dikelilingi gereja dan menara lain, menandai panorama kota YerusalemFoto: AP

Gereja dibangun di dekat makam dimana Yesus diyakini bangkit. Para biarawan dari ordo Fransiskus melakukan prosesi setiap pagi di dekatnya. Pastur Fergus Clarke adalah imam Fransiskan yang hidup di dalam gereja lebih dari 5 tahun. Ia menerangkan mengapa ia percaya kunci gereja sampai ada di tangan keluarga muslim.

"Saat itu, muslim ingin menunjukkan superioritas Islam terhadap Kristen, sehingga mereka memberi kunci kepada sebuah keluarga muslim, menutup semua pintu kecuali satu, dan mereka dapat mengontrol satu-satunya pintu ke gereja terpenting dalam agama Kristen”, kata Clarke.

Tapi ada alasan lain juga. Ke-6 golongan Kristen yang berbagi gereja ini sulit menyepakati banyak masalah praktis seperti perbaikan, bahkan pembersihan gereja. Ada kekuatiran bahwa jika salah satu dari mereka memegang kunci, mereka bisa saja mengunci agar yang lain tak bisa masuk.

Wajih Nusseibeh mengatakan,"Sulit sekali, karena semua orang percaya dia adalah pemilik, dan jika Anda pemilik maka Anda bisa berbuat apa saja yang Anda mau dan memilih orang-orang Anda, bukan yang lain.”

Biarawan dari gereja Armenia memulai prosesi di sekitar makam, sementara para biarawan Katolik berjarak tak jauh di depan mereka. Ibarat dua opera digelar bersebelahan, atau kompetisi bagi telinga Tuhan.

Passtur Clarke mengatakan, "Tentu ini tantangan bagi mereka yang tidak terbiasa. Kami yang tinggal di dalam tidak terganggu mendengarnya. Ini satu-satunya gereja di dunia dimana gereja timur dan barat memuji Tuhan yang sama, di bawah atap yang sama, pada saat yang sama. Jika Anda bisa membayangkan menaruh enam keluarga di dapur yang sama, Anda akan butuh panduan dan batas, dan jika semua merayakan pesta ulang tahun di hari yang sama, tentu saja akan ada beberapa perbedaan pendapat.”

Terkadang, perbedaan pendapat itu jatuh ke dalam kekerasan, seperti pada perayaan Paskah tiga tahun lalu. Biarawan ortodoks Yunani dan Armenia saling pukul. Dua orang ditahan, dua dirawat di RS. Seperti kebanyakan konflik di sini, kejadian itu merupakan sengketa wilayah. Yang satu takut yang lain mencoba melanggar batas wilayah yang bukan miliknya.

"Tidak diragukan lagi, hal-hal seperti ini dapat terjadi dari waktu ke waktu. Dan kami semua merasa malu jika itu terjadi. Tapi bayangkan, selama 360 hari dalam satu tahun, ada kerjasama walaupun banyak perbedaan budaya dan bahasa. Adalah keajaiban bahwa semua berjalan begitu baik", kata Pastur Clarke.

Peziarah datang dari berbagai penjuru dunia. Mereka tampak terharu saat menyentuh batu di pintu masuk, dimana tubuh Yesus dibaringkan setelah diturunkan dari kayu salib.

"Saya merasa diberkati Tuhan, ini keajaiban bagi saya”, kata seorang pengunjung perempuan. Seorang lelaki di dekatnya mengatakan, "Saya menyentuh batu itu, indah sekali, kami sudah membaca kisahnya dan kini menyaksikannya.”

Para peziarah yang tak tahu menahu soal persaingan di gereja ini. Peziarah yang terinspirasi keajaiban Natal dan pesan tentang damai dan cinta yang dibawa Yesus, ke sini.


Irris Makler/ Renata Permadi

Editor: Agus Setiawan