1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ancaman Antibiotika di Peternakan

Gero Rueter21 September 2012

Penggunaan antibiotika terlalu sering pada hewan ternak, bisa menyebabkan bibit penyakit yang resisten terhadapnya. Dokter dan pelindung konsumen memberi peringatan. Karena dampaknya juga akan dirasakan manusia.

https://p.dw.com/p/16C2d
Foto: picture-alliance/dpa

Keindahan alam, petani dan beberapa ekor ternak. Gambaran alami itu jauh dari kenyataan industri peternakan di Jerman dan negara Uni Eropa lainnya.

Ayam, kalkun, sapi dan babi berdesakan dalam kandang-kandang besar. Produksi peternakan pun terus meningkat, karenanya bisa ratusan ribu ayam dan kalkun, atau ribuan sapi dan babi yang dipelihara pada saat yang sama. Sementara peternakan berusaha agar ternaknya siap potong dalam waktu sesingkat mungkin.

Seekor ayam, misalnya, sudah bisa disembelih 32 hari setelah ditetaskan. Lepas empat bulan, seekor babi sudah siap dijagal. Hanya dengan cara inilah, peternakan di Eropa bisa bertahan dalam persaingan jualan daging murah.

Industri ternak perlu antibiotika

Ada dampak sampingan dari produksi daging murah yang dihasilkan industri ini. Hewan tidak lagi dipelihara secara layak. Hidup berdesakan di dalam kandang, membuat ternak lebih rawan penyakit. Ancaman penularan begitu besar, sehingga peternak seringnya mencampurkan antobiotika dalam pangan hewan.

Untuk pengobatan manusia dan hewan, antibiotika seharusnya digunakan secara hemat dan cermat. Penggunaan antibiotika secara bertubi-tubi dalam industri peternakan menimbulkan ancaman lain.

Symbolbild Antibiotika im Hähnchen
Dilema penggunaan antibiotika di peternakanFoto: picture-alliance/dpa

Di kandang-kandang peternakan lahir bakteri baru yang kebal terhadap jenis antibiotika yang selama ini diasup oleh hewan-hewan di sana. Hal ini juga berbahaya bagi manusia, yang akan mengalami kekebalan serupa karena telah memakan daging ini. Lebih jauh, apabila bakteri ini sampai menyusup ke dalam luka yang terbuka, maka bisa terjadi infeksi berat yang sulit terobati, karena mungkin jenis antibiotika yang digunakan sudah tidak ampuh lagi.

Menurut Marc Spencer, Ketua Pusat Prevensi dan Pengawasan Penyakit, setiap tahunnya sekita 25.000 orang yang meninggal di Uni Eropa, karena infeksi yang tidak lagi bisa ditangani dengan antibiotika.

Para dokter dan asosiasi perlindungan konsumen sudah sejak lama memperingatkan akan ancaman ini. Sebuah penelitian Ikatan Perlindungan Lingkungan dan Alam Jerman (BUND) menunjukkan bahwa lebih dari separuh ayam yang dijual supermarket Jerman tercemar oleh bakteri yang kebal antibiotika.

Thomas Janning dari Ikatan Peternak Unggas Jerman mengingatkan untuk tidak menebar panik. "Adanya bakteri yang resiten antibiotika pada daging unggas, tidak ada kaitannya dengan ancaman kesehatan pada konsumen.“

Bagaimana melindungi diri?

Tak mudah bagi konsumen untuk mengetahui apakah sepotong daging tercemar bakteri atau tidak. Armin Valet dari Lembaga Perlindungan Konsumen di Hamburg menyarankan kebersihan di dapur sebagai jalan keluar. Daging harus dimasak sedikitnya 10 menit dengan panas diatas 70 derajat selsius untuk mematikan bakteri yang bercokol. Ia juga menyarankan untuk menggunakan tilam pemotong yang berbeda untuk daging dan sayuran. Ini dapat mengurangi kemungkinan perpindahan bakteri dari daging ke sayur.

Menurut Valet, memakan daging dari ternak yang dipelihara secara organik bisa melindungi orang dari ancaman bakteri kebal antibiotika. Ahli mikrobiologi Professor Wolfgang Witte dari Institut Robert-Koch berpendapat serupa.

Politik turut memperdebatkannya

Perdebatan panjang seputar permasalahan ini mendorong pemerintah untuk bertindak. Kabinet Jerman memutuskan, bahwa penggunaan antibiotika dalam peternakan harus dikurangi. Kini akan dibentuk bank data yang mengawasi pemberian antibiotika. Menurut Undang-undang yang mungkin akan diberlakukan musim semi 2013, badan pengawas di negara-negara bagian Jerman akan memiliki wewenang lebih besar dalam mengawasi peternakan.