1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

20 Tahun Serangan Radikal Kanan di Mölln

Clara Walther23 November 2012

23 November 1992, kelompok neo-Nazi melakukan aksi serangan pembakaran di Mölln. Para pelaku telah dihukum, namun pemerintah dianggap gagal mencegah tumbuhnya teror sayap kanan.

https://p.dw.com/p/16o61
Foto: picture-alliance/dpa

Kenangan terhadap peristiwa pembakaran yang menyebabkan korban tewas ini tampaknya telah menjadi rutinitas, setidaknya ditunjukkan Walikota Mölln Jan Wiegels. “Anda merupakan yang ke-tiga atau empat, yang mewawancarai saya,“ dikatakan Jan Wiegels dengan sedikit kesal. “Setiap tahunnya, kafilah pers melewati kota kami, menerbangkan banyak debu.“

Menerbangkan debu ke udara, maksudnya mengangkat kembali kenangan pada peristiwa yang di benak banyak warga Jerman paling terkait erat dengan kota Mölln: serangan pembakaran bermotif rasial yang menewaskan tiga orang.

Brandanschlag in Mölln Archivbild 1992
Warga di depan pagar pembatas rumah yang terbakar di Möln (23/11/1992)Foto: picture-alliance/dpa

Malam hari menjelang tanggal 23 November 1992: Dua anggota kelompok neo-Nazi, Lars C. (kala itu berusia 19 tahun) dan Michael P. (25 tahun), dengan menggunakan bom molotov menyerang dua rumah yang dihuni oleh warga Turki. Serangan terhadap rumah pertama menyebabkan sembilan orang terluka parah. Sementara di rumah ke dua, dua anak gadis Yeliz Arslan (10) dan Ayse Yilmaz (14) beserta nenek mereka Bahide Arslan (51) tidak berhasil menyelamatkan diri dari kobaran api.

Serangan Mengguncang Jerman

Serangan pembunuhan di Mölln bukan peristiwa lokal. Serangan ini mengagetkan warga di seluruh pelosok Jerman. Menanggapi aksi kekerasan sayap kanan, ribuan orang turun ke jalan dan secara terbuka menentang rasisme dan xenofobia. Dalam waktu bersamaan, debat mengenai hukum suaka di Jerman semakin memanas.

Politik Jerman juga turut bertanggungjawab atas tragedi di Mölln, dikatakan politisi Partai Hijau Hans-Christian Ströbele kepada DW. Menurutnya, dengan “pernyataan yang tidak bertanggungjawab” politisi-politisi terkemuka turut andil terciptanya sentimen anti orang asing dan pencari suaka. Tujuan para politisi saat itu adalah mengubah hak mendasar untuk suaka, sehingga dengan demikian akan mengurangi jumlah pencari suaka.

Dengan latar belakang ini, dua rumah di kota Mölln dilalap api. Serangan ini merupakan serangan anti orang asing di Jerman yang pertama yang menelan korban jiwa. Setengah tahun kemudian, menyusul serangan di kota Solingen. Lima warga keturunan Turki tewas dalam kebakaran yang disulut oleh neo-Nazi.

Hans-Christian Ströbele MdB Bündnis 90/Die Grünen
Hans-Christian StröbeleFoto: dapd

Pemerintah Telah Gagal?

Setelah melewati 47 hari persidangan, kedua pelaku serangan di Mölln dijatuhi hukuman: sesuai dengan hukum remaja, Lars C. diganjar 10 tahun penjara dan Michael P. dihukum penjara seumur hidup. Politisi Partai Hijau dan pengacara Hans-Christian Ströbele tampil dalam proses persidangan sebagai penggugat kedua.

Sekarang ia mengeluhkan bahwa kala itu kekerasan yang dilakukan sayap kanan tidak benar-benar diselidiki. “Hanya beberapa tahun setelah serangan, Dinas Intelejen Dalam Negeri menyatakan bahwa tidak terdapat teror sayap kanan di Jerman. Saya katakan hari ini: hal ini telah dututup-tutupi. Karena dulu teror ini telah muncul namun tidak benar-benar diperhatikan.“  Sekarang, tuduhan yang sama ditujukan pada upaya penyelidikan atas kasus pembunuhan yang dilakukan sel teror sayap kanan NSU

Hans-Christian Ströbele berpendapat, bahwa pemerintah telah gagal bertindak. Pada tahun 1990an seharusnya sudah disadari bahwa teror sayap kanan dapat muncul di Jerman. Dulu seharusnya mereka yang aktif dalam jaringan sayap kanan, yang kini muncul lagi dalam berkas pemeriksaan “sel teroris Zwikau“, lebih benar-benar diawasi.

Memandang ke Depan

Setelah serangan pembakaran, kota Mölln dan Walikota Jan Wiegels telah melakukan pembenahan: sebuah tim kerja dibentuk untuk memberi penerangan pada para remaja akan bahaya kekerasan sayap kanan. Kelompok masyarakat “Hidup Bersama” menggelar berbagai acara antarbudaya bersama komunitas Muslim. “Kami milihatnya sebagai tugas kami, bukan hanya menengok masa lalu tetapi juga ke masa depan,” dikatakan Walikota Jan Wiegels.

Meskipun tragedi di tahun 1992 serta digalakkannya upaya pemahamann dan toleransi, kelompok sayap kanan di wilayah ini tidak sepenuhnya hilang. Pada tahun 2008, wakil dari Partai Sayap Kanan NPD mampu duduk di kursi dewan regional. Dan menjelang peringatan 20 tahun serangan pembakaran, kelompok sayap kanan secara sembunyi-sembunyi menorehkan slogan-slogan kanan di banyak rumah di kota Mölln.