1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Demi Kecantikan: Bagian Kedua

29 Mei 2013

Korea Selatan adalah negara dengan jumlah operasi plastik tertinggi dunia. Perempuan rela mengambil risiko apapun agar bisa cantik dan diterima masyarakat yang didominasi laki-laki.

https://p.dw.com/p/18fT1
Foto: Fotolia/chuck

“Mulut saya terus mencong ke kiri dan daerah rahang saya mati rasa,” tulis seorang konsumen di sebuah forum internet, sambil menunjukkan foto mulut miringnya.

“Saya tidak bisa merasakan saat air liur terus menetes dari mulut saya,” kata dia.

Agustus tahun lalu, seorang pelajar berusia 23 tahun yang menjalani operasi rahang ganda bunuh diri. Ia meninggalkan sebuah pesan rasa putus asa yang menjelaskan bahwa setelah menjalani bedah, ia tidak bisa mengunyah makanan atau tidak bisa berhenti menangis karena kerusakan saraf di saluran mata.

Shin Hyon-Ho, seorang pengacara malpraktik di Seoul, mengatakan ia telah melihat berbagai kasus di mana tindak pembedahan itu telah menciptakan rasa sakit kronis di rahang, mulut mencong, gigi yang tidak selaras dan ketidakmampuan untuk mengunyah atau tersenyum.

“Jumlah kasus dampak operasi plastik itu terus bertambah… dengan komplikasi yang menjadi semakin serius,“ kata Shin.

Berawal dari Iklan Klinik Gigi

Seorang dokter dari Korean Society of Plastic and Reconstructive Surgeons mengatakan, prosedur operasi itu mulai muncul sekitar empat tahun silam saat sebuah klinik gigi di Seoul mengeluarkan iklan mempromosikan manfaat kecantikan dari bedah rahang ganda.

Ketika mulai populer, para ahli bedah plastik berlomba menawarkan operasi sejenis, yang membuat harga turun dan menjadi lebih terjangkau bagi banyak orang.

“Jika kita melihat kini ada lebih banyak komplikasi, itu sebagian besar karena jumlah orang yang menjalani bedah itu bertambah dengan cepat dalam waktu yang sangat singkat,” kata seorang dokter yang menolak disebutkan namanya.

“Ya, itu awalnya diciptakan untuk memperbaiki bentuk gigi yang berantakan, tapi anda tidak bisa menyalahkan orang yang menjalani operasi itu agar kelihatan cantik, khususnya di tempat seperti Korea Selatan di mana kecantikan, khususnya bagi perempuan, sangat diagungkan,” kata dokter itu.

Teror Kecantikan di Negeri Maskulin

“Klinik bedah plastik rahang ganda, dipilih para perempuan yang sangat pemilih,“ tulis sebuah poster di tembok sebuah stasiun kereta bawah tanah Seoul, dengan gambar seorang perempuan sebelum dan setelah menjalani operasi.

“Semua orang kecuali anda sudah melakukannya,” peringatan sebuah iklan lain di sebuah bus kota.

Seorang anggota parlemen, Januari lalu mengusulkan pembatasan usia minimum bagi mereka yang ingin menjalani bedah plastik, sambil menambahkan catatan tentang bahaya, khususnya operasi yang terkait tulang.

Tapi Lim In-Sook, profesor sosiologi di Korea University, mengatakan aturan itu tidak bisa mengatasi akar penyebab yang mendorong para perempuan mempertaruhkan kesehatan mereka agar bisa memiliki wajah yang lebih cantik.

“Ini adalah bangsa yang sangat didominasi laki-laki, di mana perempuan membutuhkan baik otak maupun kecantikan, atau seringkali kecantikan lebih dari otak, untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, kawin dan bertahan di semua aspek kehidupan,” kata professor perempuan itu. Kisah tentang kegemaran perempuan Korea Selatan akan bedah plastik bisa anda simak di bagian pertama artikel ini.

Operasi plastik, menurut Lim, telah menjadi cara lain yang bisa diterima untuk memberikan kepada diri anda sendiri keunggulan di sebuah sudut masyarakat yang super kompetitif.

“Jadi setiap bagian tubuh kita menjadi sebuah obyek untuk diotak-atik,” kata Lim. ”Hari ini rahang anda, tapi siapa tahu apa yang akan kita perbaiki besok?”

ab/as (afp/ap/dpa)