1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Pendidikan

Bersama Kita Curang

1 Juni 2013

Kecurangan diam-diam menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Sejak dini, murid sekolah belajar bahwa mencontek adalah sesuatu yang umum diterima.

https://p.dw.com/p/18ht1
Foto: Aditya Rahman

Setelah doa bersama meminta agar nilai ujian mereka bagus, sebuah kelompok pelajar menengah atas Indonesia menerima pesan SMS mengejutkan -- datang ke kelas 90 menit lebih awal dan kalian akan diberi jawaban soal.

Tapi itu bukan karena campur tangan Tuhan. Pesan itu datang dari guru mereka, yang sebelumnya memimpin doa bersama, dan ia menawarkan untuk menjual informasi bocoran jawaban itu senilai 3 dollar kepada para pelajar tingkat akhir yang berusia antara 17 sampai 18 tahun.

“Guru mereka bilang biaya 3 dollar akan dipakai untuk merenovasi mesjid,” kata Febri Hendri, kepala pelayanan publik Indonesia Corruption Watch ICW, yang menemukan kasus ini berkat pengaduan masyarakat.

Kecurangan Sebagai Tren

Itu cuma salah satu contoh kecurangan dalam ujian sekolah tahunan, sebuah tren yang disebut oleh para pengkritik, mengajarkan anak-anak muda bahwa menyogok adalah hal yang bisa diterima, di Negara yang sudah putus asa berperang melawan korupsi ini.

Para pelajar menemukan cara yang lebih maju mengalahkan system, mulai dari membeli buku-buku jawaban dengan harga murah di situs jual beli Indonesia, agar bisa mendapatkan pesan teks berbayar mengenai jawaban pertanyaan ujian.

Mereka membanjiri halaman Facebook dan grup percakapan online untuk bertukar informasi mengenai soal yang akan keluar dalam ujian, yang biasanya dilakukan para pelajar kelas 6 (usia 11-12 tahun), kelas 9 (umur 14-15) dan kelas 12 (umur 17-18).

Sebuah stasiun TV lokal tahun ini memperlihatkan potongan gambar para pelajar yang mengintip telepon genggam yang mereka sembunyikan di bawah meja dan mencontek jawaban pelajar lainnya selama ujian nasional, yang berlangsung bulan lalu.

Ujian Bermasalah

Para pengamat mengatakan bahwa ujian nasional tahun ini sangat buruk, khususnya karena tidak dilakukan serentak, akibat terlambatnya pengiriman kertas ujian, sehingga menyebabkan mereka yang sudah menjalani ujian bisa membocorkan soal itu ke daerah-daerah yang terlambat menjalankan ujian nasional.

Titik utama kritik terhadap pengukuran tingkat keberhasilan -- hasil ujian nasional yang diumumkan pekan lalu menunjukkan 99,48 persen pelajar lulus – sebagai bukti bahwa kecurangan adalah hal biasa, meskipun pemerintah menyangkal hal itu.

Kecurangan adalah bagian hidup sehari-hari, sehingga ketika orang mencoba jujur, ia justru mendapat tentangan dari masyarakat, sebagaimana yang bisa anda simak pada bagian kedua cerita ini.

ab/ek (afp/rtr/dpa)