1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Risiko Logistik Picu Pemikiran Menjaring

Christina Ruta17 Juni 2013

Beras, air atau rumah sejuk? Perang melawan kelaparan dapat memperparah kurangnya persediaan air, atau sebaliknya. Haruskah kita melakukan pilihan itu?

https://p.dw.com/p/18rC5
Foto: CC/SodexoUSA

Perkiraan para pakar jelas: jika jumlah penduduk bumi semakin meningkat, kebutuhan akan pangan pada tahun-tahun mendatang sampai 2030 akan melonjak hingga 35 persen. Dampaknya akan terlihat jelas di negara yang juga kekurangan energi dan air bersih. "Pertumbuhan ekonomi global menimbulkan perubahan pola makan. Konsum daging dan produk susu meningkat. Tapi untuk memproduksi daging diperlukan sepuluh kali lipat jumlah air ketimbang bagi tanaman gandum", ujar Bettina Rudloff dari yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik (SWP).

Ilmuwan ini adalah salah satu peneliti mengenai kaitan krisis air, pangan dan energi yang baru-baru ini menerbitkan hasil studinya itu. "Kaitannya juga terlihat pada perkembangan harga, misalnya dari produk agrar dan minyak bumi. Tren harga dan fluktuasinya sangat mirip." Jadi, haruskan kita ke depan memutuskan pilihan antara peningkatan air bersih, pengurangan bahaya kelaparan atau perbaikan penyediaan energi"

Penyisihan Dampak Samping

Franz-Josef Batz dari Yayasan Kerjasama Internasional (GIZ) menjelaskan sebuah contoh "dampak yang tidak diinginkan" dari India: Pemerintah negara itu mensubsidi pemakaian energi di sektor pertanian. Akibatnya, para petani kemudian menggunakan pompa air yang banyak memakai energi. Permukaan air tanah menurun dan ujungnya, produksi menurun. "Kita harus memikirkan, bagaimana tepatnya kita mau menggunakan air. Akses terhadap air bersih memang merupakan hak asasi manusia, tetapi perekonomian juga memerlukan air dan energi demi pertumbuhan."

A tractor hulls a load of oil palm bunches at a plantation in Tawau, Malaysia, in Feb. 2006. Three of Malaysia's largest palm oil producers are to merge, Malaysia's Deputy Prime Minister said Thursday, Nov. 23, 2006, a fusion that could potentially create the world's biggest biofuels company and its largest publicly-traded palm oil entity. (AP Photo/Louis Pang)
Perkebunan kelapa sawit MalaysiaFoto: AP

Pemikiran "yang menjaring"

Perdebatan umum yang cukup ramai mengenai hubungan antara pangan, air bersih dan energi terdengar sejak dua tahun ini. Pada forum ekonomi dunia di Davos 2011, tema itu merupakan fokus laporan risiko. Pemerintah di Berlin bahkan mengangkat tema ini dalam sebuah konferensi tersendiri di Jerman. Namun menurut Bettina Rudloff, langkah nyata secara politis sulit dilaksanakan. Jerman dan juga negara lainnya membahas tema air, energi dan pangan di dalam kementrian terpisah dan di tatanan politik yang berbeda. Kebijakan pertanian terutama dipegang Uni Eropa di Brussel, sementara energi di bawah wewenang negara-negara anggotanya.

Tetapi kemajuan pertama terlihat bergerak menuju "pemikiran yang menjaring": Subsidi pertanian semakin sering dikaitkan dengan persyaratan tertentu yang relevan bagi penyediaan air. Misalnya larangan penggunaan pupuk dan pestisida tertentu. Rudloff juga menyebut kebijakan bahan energi ramah lingkungan UE sebagai contoh. Tidak ada lagi target tinggi bagi penggunaan produk tanaman berkelanjutan, setelah dipastikan bahwa banyak lahan yang diperlukan bagi produksi pangan.

Bettina Rudloff, 1969, holds a Diploma on Agricultural Engineering and a PhD in Agricultural Economics. She was Assistant Professor at the Bonn University where she analysed consumer protection, development and trade. As researcher at the European Institute of Public Administration (EIPA) in Maastricht, The Netherlands, she supported officials of the EU and third countries on trade and agricultural and food policy. In this context she led extensive capacity building seminars for developing countries’ trade negotiators in the frame of WTO. Recently she is Senior Associate at the German Institute for International and Security Affairs (SWP) in Berlin and works on EU’s (agricultural) trade policy , foreign land investments and its’ impact on developing countries and security aspects of food, agricultural and fishing risks and vulnerability. She advices European and German Institutions.
Bettina Rudloff, pakar SWPFoto: SWP

Kebijikan menjaring di lokasi terkait

Pemikiran yang menjaring juga memasuki sektor bantuan pembangunan Jerman, apakah itu di India ataupun di Yordania. GIZ berupaya membuat pemerintah dan rakyat mengerti keterkaitan antara kebijakan energi dan produksi pertanian serta penyediaan air minum. "Target kami di Yordania adalah efisiensi pompa air. Dalam tiga sampai empat tahun ke depan kami akan dapat memperlihatkan bahwa penghematan bisa mencapai 30 persen", demikian disampaikan Franz-Josef Batz kepada DW. Dia mengharapkan dukungan dari perusahaan swasta besar ketimbang mitra yang kuat, karena perusahaan seperti Coca-Cola juga dikatakan mempunyai minat besar pada upaya pengamanan air minum.

Christina Ruta