1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Terapi Virtual

Thomas Gith1 Oktober 2013

Usai rehabilitasi, pasien sering lupa bagaimana melakukan latihannya. Para peneliti tengah merancang terapi virtual.

https://p.dw.com/p/19sK0
Foto: Fraunhofer Fokus

Michael John berdiri sekitar 3 meter dari layar sebuah televisi. Pada layar terlihat sebuah figur animasi: berpakaian serba putih, figur itu tampak seperti terapis ramah berkaca mata. Ketika figur itu bergerak, Michael John seorang peneliti di Institut Fraunhofer, mengikuti gerakannya.

Untuk itu Michael John membutuhkan sejumlah peralatan: komputer, layar televisi, webcam dan sensor optik. Setelah semua dipasang, ia bisa mengikuti sistem terapi 'Meine Reha' dengan program latihan hari ini.

Fisioterapis Virtual

Figur virtual itupun mengambil ancang-ancang, berdiri tegak tapi rileks dengan tangan di sampingnya. Michael John meniru. Ia menurunkan tubuhnya dan menggerakkan lengannya ke atas kepala. Gerakan fisioterapis virtual itu dikomentari suara perempuan yang memberikan keterangan tentang latihan itu, dan mengingatkan agar tidak melakukan gerakan yang salah.

Ketika Michael John mengangkat lengannya ke atas dan tubuhnya mulai condong ke kiri, suara perempuan itu mengingatkan kesalahan gerakannya: "Perhatikan lengan Anda“, ucapnya dengan logat monoton. Ternyata memang, posisi lengan John sedikit berbeda dengan contoh virtualnya, yakni kurang dilengkungkan.

Patient bei Reha-Übungen zu Hause
Foto: Matthias Heyde, Fraunhofer FOKUS

Merekam gerakan

Peringatan itu terlontar, karena gerakan si pasien John direkam oleh webcam yang terpampang dan sensor optik yang menangkap koordinat gerakan si pasien. Sementar program komputernya bisa membedakan gerakan tubuh yang salah dan benar. Setiap salah gerak, tidak hanya diperingatkan secara vokal, tapi juga disoroti secara visual.

Gambar yang direkam oleh kamera, terlihat dalam jendela kecil pada layar televisi. Bagian tubuh yang posisinya benar ditandai warna hijau, sedangkan yang salah menyala dalam warna merah. Dengan begitu si pengguna tahu gerakan apa yang harus dibetulkan.

Berlandaskan Pengetahuan Medis

"Salah satu tugas terpenting fisioterapis adalah membetulkan gerakan pasien,“ jelas Michael John. Ia mengembangkan sistem itu bersama beberapa rekannya. „Para terapis merinci sejauh apa suatu gerakan masih berada dalam batasan benar dan kapan harus diperingatkan bahwa gerakan itu salah .“

Therapeutin bei Videokonferenz mit einem Patienten
Konferensi video dengan fisioterapisFoto: Matthias Heyde, Fraunhofer FOKUS

Latihan virtual itu dilengkapi dengan pendampingan terapi. Para fisioterapis bisa lewat internet mengakses data-data para pasiennya, memeriksa hasil setiap latihan dan memberikan rangkaian latihan yang baru. Pasien dan terapis bisa juga berhubungan langsung lewat konferensi video, tanpa si pasien harus meninggalkan ruang tamunya.

"Sistim ini bisa membantu sesudah terapi resmi berakhir,“ ungkap peneliti rehabilitasi, Sebastian Bernert dari Berliner Charité. "Biasanya setelah rehabilitasi, pasien cepat lupa bagaimana melakukan gerakan-gerakan yang sudah dilatihnya." Menurut Bernert, dengan 'Meine Reha', pasien bisa terus menjalankan terapinya di rumah. Disebutkan, 90 persen penggunanya tidak mengalami kesulitan dengan sistem ini, termasuk kaum manula.

Meski begitu sebelum dipasarkan, sistem terapi 'Meine Reha' masih harus melewati sejumlah uji coba dan diperiksa keefektifannya.