1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Harapan baru untuk Antartika?

Irene Quaile25 Oktober 2013

Perjanjian internasional memastikan benua Antartika cuma boleh digunakan untuk penelitian. Namun perundingan baru di Brussels untuk memperpanjang status istimewa itu mengalami penundaan.

https://p.dw.com/p/1A5dk
Foto: Alexandra Segelken-Voigt

Siapa yang berwenang jika sebuah pesawat jatuh di Antartika atau sebuah kapal pesiar karam? Siapa yang bertanggungjawab jika benua putih ini tercemar lantaran aktivitas penambangan besar-besaran?

"Benua raksasa sebesar 14 juta kilometer persegi ini berada di luar koridor hukum nasional," kata Manfred Reinke kepada DW. Pria Jerman itu menjabat sekretaris eksekutif perjanjian Antartika sejak 2009. Perjanjian tersebut mengatur semua yang bersangkutan dengan Kutub Selatan, mulai dari kecelakaan hingga kandungan sumber daya alam.

Perjanjian itu dibuat tahun 1959 saat tengah berkecamuknya Perang Dingin. Setiap negara bisa meratifikasinya. Tapi hak pilih cuma dimiliki oleh negara-negara yang bisa membuktikan ketertarikannya terhadap Antartika dengan mengrimkan kapal ekspedisi atau membangun stasiun penelitian. Setiap tahun ke-49 negara bertemu untuk membahas kegiatan aktual di benua tersebut.

Pertemuan puncak terakhir berlangsung di Brussels, Belgia. Agenda utama adalah menetapkan mekanisme jika terjadi kecelakaan di Antartika.

Banyak negara, satu tindakan

"Antartika tidak tunduk pada satu atau beberapa negara. Semua urusan hukum menyangkut benua ini diputuskan pada pertemuan negara-negara penandatangan perjanjian," kata Reinke. Menurutnya, bukti keberhasilan perjanjian tersebut adalah maraknya aktivitas penelitian internasional di Antartika, kendati diklaim oleh tujuh negara.

Belgia yang terakhir menjadi tuan rumah, memiliki tradisi panjang dalam penelitian Antartika, kata Alain Hubert, Direktur International Polar Foundation di Belgia. Negara tersebut memang aktif menjalankan misi penelitian di Antartika. 2007 lalu, yayasan yang dikelola Hubert membangun stasiun, lengkap dengan pembangkit energi surya dan angin.

Antarctic Ocean Alliance
Foto: John Weller/Antarctic Ocean Alliance

"Ketika jumlah penduduk bumi meningkat dan kita bertanya-tanya bagaimana kita bisa hidup bersama-sama di planet ini, penelitian di Antartika adalah simbol yang penting. Benua ini adalah satu-satunya tempat di bumi yang dikelola oleh banyak negara," kata Hubert.

Perlindungan lingkungan prioritas tertinggi

1991 semua negara sepakat menambah protokol perlindungan lingkungan. Protokol tersebut melarang penggunaan dan eksplorasi sumber daya alam, termasuk minyak dan gas alam.

"Antartika adalah sistem ekosistem yang sangat peka. Aktivitas manusia yang relatif sedikit saja pun sudah menghasilkan dampak yang bisa diukur," kata Manfred Reinke. "Padahal jika dibandingkan ukuran Antartika, manusia yang datang ke sana tidak banyak. Kita memperkirakan jumlah turis yang datang sekitar 35.000 orang per tahun, tapi terkonsentrasi pada sebagian kecil wilayah saja."

Menurutnya suhu di Antartika meningkat seiring perubahan iklim global, "Kita harus berhati-hati agar tetap bisa menjaga karakter unik Antartika."

Perubahan Iklim pengaruhi Antartika

Penelitian perubahan iklim adalah salah satu bidang yang diminati di Antartika, kata Alain hubert yang setiap musim panas bekerja di salah satu stasiun penelitian milik Belgia.

"Kita harus bisa membedakan antara semenanjung di barat Antartika dan bagian timur Antartika," katanya. "Di barat Antartika perubahan iklim terasa sama seperti di Anden, pegunungan Alpen atau Greenland. Sebaliknya kita cuma bekerja di timur Antartika yang temperaturnya selalu di bawah nol derajat."

Para peneliti ingin mengetahui apakah perubahan iklim di barat Antartika juga akan bisa dirasakan di bagian timur benua tersebut. Karena hal itu akan berdampak pada ketinggian air laut global dan menyisakan masalah besar untuk masyarakat internasional, kata Hubert.