1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kreasi Masakan Jerman Naik Daun

Marcus Lütticke13 November 2013

Jerman kini berkembang menjadi pusat gastronomi unggulan. Semakin banyak restoran meraih bintang Michelin. Pemicunya: Seni memasak kreatif dan klien yang bersedia membayar mahal.

https://p.dw.com/p/1AFk1
Foto: picture-alliance/dpa

Makanan tradisional Jerman umumnya mengenyangkan - bratwurst, sauerkraut dengan daging babi atau schnitzel. Meski masakan tradisional yang penuh lemak ini masih tersedia di berbagai penjuru Jerman, kebiasaan makan warga Jerman telah berubah secara dramatis. Pizza, pasta, salad dan sushi kini dapat ditemukan dengan mudah layaknya daging babi asap.

Dunia kuliner Jerman telah mengadopsi banyak pengaruh internasional serta menggabungkannya dengan panganan tradisional dan lokal. Bagi para ahli gastronomi 'Michelin Guide' yang setiap tahun memberi penghargaan bagi para koki terbaik dunia, masakan baru Jerman tampaknya cukup sukses dan diterima dengan baik.

Mengekor Perancis

Tahun ini, para koki unggulan Jerman meraih bintang terbanyak sepanjang sejarahnya. Total 274 koki Jerman mendapatkan sedikitnya satu bintang - 11 diantaranya mendapat penghargaan tertinggi yakni tiga bintang. Dari semua negara yang dinilai, Jerman berada di peringkat kedua, di belakang Perancis.

Bratwurst dan Sauerkraut memberi ruang bagi kuliner bertabur bintang
Bratwurst dan Sauerkraut memberi ruang bagi kuliner bertabur bintangFoto: picture-alliance/dpa

"Ini indikasi nyata bahwa masakan Jerman telah berkembang secara dinamis," kata Ralf Flinkenflügel, editor Michelin Guide di Jerman. Dalam 5 tahun terakhir, terjadi peningkatan sebesar lebih dari 25 persen.

Apa yang mendorong kemajuan kualitas restoran ternama Jerman secara dramatis? Ralf Flinkenflügel memberi dua alasan. "Muncul generasi koki muda berlatar belakang pendidikan nomor satu; mereka kreatif dan sukses." Ditambah permintaan atas makanan berkualitas tinggi terus meningkat, yang mendorong berkembangnya restoran kelas tinggi.

Hanya memperhitungkan makanan

Bintang yang diberikan Michelin Guide khusus hanya untuk makanan yang disajikan. Suasana sebuah restoran atau pelayanan tidak berperan dalam evaluasi. Penguji rasa Michelin juga bekerja secara diam-diam - bukan secara resmi. Namun bagi para koki yang cermat, selalu mungkin untuk mengenali para kritikus makanan.

Joachim Wissler, kepala koki di restoran 'Vendome' di Schloss Bensberg dekat Köln - salah satu koki bintang tiga Jerman - menampik bahwa kritikus makanan mendapat perhatian lebih ketimbang tamu lainnya. Setiap hari di restorannya ada dua atau tiga meja tamu yang mungkin dikunjungi para penguji rasa profesional.

Sekali makan di restoran Wissler dapat menelan biaya 300 Euro lebih
Sekali makan di restoran Wissler dapat menelan biaya 300 Euro lebihFoto: picture-alliance/dpa

"Bukan hanya terkait Michelin Guide dan tiga atau empat kritikus restoran lainnya, tapi ada juga tamu-tamu di restoran yang berbagi pengalaman mereka, menciptakan daftar dan peringkat tersendiri dalam sebuah blog."

Kualitas memiliki harga tersendiri

Heinz Horrmann adalah salah satu kritikus restoran ternama di Jerman. Jurnalis tersebut terkenal kerap tampil di televisi sebagai juri acara memasak. Ia menjelaskan caranya menilai sebuah masakan: "Pertama-tama saya melihat tampilan masakannya. Lalu saya nilai aromanya dan kemudian rasa." Itulah bagaimana kualitas dan interaksi rasa dinilai.

Kualitas super kuliner berbintang ditawarkan dengan harga mahal. Menu makan siang Joachim Wissler biayanya 110 Euro - termasuk segelas sampanye. Makan malam bahkan lebih mahal - sepiring dapat dihargai 230 Euro, dan tipe minuman anggur yang cocok menemani makanan, harganya 90 Euro.

Harganya mahal, ungkap Wissler, karena biaya tinggi yang harus dikeluarkan untuk membayar pegawai - ini penting untuk setiap restoran yang ingin mempertahankan kualitas tinggi. Terlebih lagi tentunya untuk membeli bahan-bahan masakan terpilih.