1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Demonstran Masuki Markas Militer Thailand

29 November 2013

Para pengunjuk rasa di Thailand menyerbu ke lapangan markas besar militer hari Jumat (29/11), sebagai bagian dari upaya menjatuhkan Perdana Menteri Yingluck. Shinawatra.

https://p.dw.com/p/1AQTc
Foto: Reuters

Kerumunan yang berjumlah sekitar 1.200 orang menghancurkan gerbang yang tergembok di kompleks Angkatan Darat Kerajaan Thailand dan memaksa membuka jalan untuk masuk seiring dengan seruan mereka kepada militer untuk bergabung dalam aksi anti pemerintah, demikian pernyataan juru bicara angkatan darat Kolonel Sansern Kaewkamnerd.

Komples militer itu berada di sebelah markas PBB untuk urusan Asia-Pasifik.

”Mereka berkumpul di lapangan, tapi tidak memasuki bangunan,” kata Sansern. "Kami akan meminta pengertian mereka bahwa ini adalah wilayah keamanan dan karenanya kami akan meminta mereka untuk meninggalkan tempat ini.”

Yingluck selama ini enggan menggunakan paksaan untuk mengusir para pengunjuk rasa yang dipimpin kelompok oposisi karena takut akan meluasnya ketegangan di negara itu yang akan menciptakan krisis politik dan pertumpahan darah.

Pasukan keamanan hanya berbuat sedikit untuk menghentikan demonstran yang telah berminggu-minggu menduduki gedung pemerintah dan menggelar kemah di sejumlah lokasi dalam upaya memaksa menghentikan kegiatan pemerintah dengan menyerukan kepada para pegawai negeri untuk bergabung dalam unjuk rasa mereka.

Demonstrasi yang dimulai hari Minggu telah meningkatkan ketakutan atas kekacauan politik dan ketidakstabilan di Thailand yang mengancam pemerintahan Yingluck yang telah berkuasa sejak 2011.

Yingluck memohon

Para demonstran menuduh Yingluck menjadi perpanjangan tangan Thaksin Sinawatra, kakak laki-lakinya, bekas perdana menteri yang terjungkal pada 2006 akibat kudeta militer, tapi masih memiliki dukungan yang kuat dari masyarakat di pedesaan.

Selain markas tentara, para pengunjuk rasa juga menggelar demonstrasi di depan markas partai Yingluck yang berkuasa yakni, Pheu Thai Party, di mana ratusan polisi anti huru hara berjaga-jaga mencegah agar demonstran tidak bisa masuk.

Kerumunan lain yang terdiri dari lebih 1.000 orang berpawai melalui pusat ibukota Bangkok menuju Kedutaan Besar Amerika untuk menyampaikan pesan bahwa kepemimpinan Yingluck tidak sah, sebagai respon atas pernyataan Washington yang sebelumnya mengekspresikan kecemasan mengenai aksi-aksi tersebut.

Jumlah massa mencapai puncak pada hari Minggu lalu yang melebihi 100.000 orang dan kini berkurang menjadi ribuan, tapi para pimpinan pengunjuk rasa menciptakan sasaran demonstrasi yang berbeda-beda untuk meraih efek dramatis untuk menarik dukungan.

Kerumunan pemrotes menduduki kantor Menteri Keuangan sejak Senin dan massa lainnya sejak Rabu lalu bertahan di komples pemerintahan yang menaungi Departemen Penyelidikan Khusus, institusi seperti FBI di Amerika. Kamis lalu, para demonstran memutus aliran listrik di markas besar kepolisian dan meminta aparat keamanan itu bergabung dalam aksi mereka.

Yingluck secara terbuka telah memohon agar unjuk rasa itu dihentikan dan mengajak para pimpinannya untuk bernegosiasi.

“Tolong hentikan protes demi kedamaian negeri,“ kata Yingluck. “Saya memohon kepada anda.“

Tapi pemimpin protes Suthep Thaugsuban, yang mundur dari jabatan sebagai anggota parlemen dari partai oposisi untuk memimpin unjuk rasa, mengatakan ia tidak akan bernegosiasi. Ia mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk membersihkan negara dari pengaruh Thaksin dan menunjuk pemimpin baru yang dipilih oleh ”Dewan Rakyat”.

Suthep menyerukan demonstrasi yang lebih besar pada akhir pekan ini.

ab/hp (afp,ap,rtr)