1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aturan Baru F1 Janjikan Perubahan Besar

Rizki Nugraha29 November 2013

Musim depan Formula 1 akan mengalami perubahan terbesar sejak 2006. Tantangan apa yang dihadapi oleh tim-tim papan atas? Mampukan aturan baru ini menghadang dominasi Sebastian Vettel dan Red Bull?

https://p.dw.com/p/1AQb9
Foto: Getty Images

Jagad Formula 1 bernafas lega, ketika Federasi Otomotif Dunia (FIA) akhirnya memutuskan mengubah aturan teknis untuk musim balapan 2014. Terlalu besar dominasi yang ditunjukkan Red Bull Racing bersama pembalap andalan asal Jerman, Sebatisan Vettel dalam empat musim balapan terakhir ini. Terlampau pongah pencapaian luar biasa yang dibukukan tim asal Milton Keynes tersebut.

"Red Bull saat ini punya keunggulan sekitar satu detik di depan kami," keluh pembalap Ferrari Fernando Alonso beberapa waktu silam.

Formula 1 perlahan menjadi ajang balapan yang membosankan buat ribuan penggemar.

Sebab itu tahun depan Formula 1 akan mengalami perubahan regulasi terbesar sejak 2005 ketika FIA mengadakan perombakan besar untuk menyudahi dominasi Michael Schumacher dan Ferrari. Atau perubahan regulasi empat tahun lalu, saat badan dunia itu melarang sistem knalpot ganda yang sempat menghasilkan enam gelar juara GP buat pembalap Inggris, Jenson Button dan mewajibkan KERS alias sistem pemulihan energi kinetik buat semua tim.

Musim 2014 Formula 1 akan kembali ke era mesin turbo layaknya pada dekade 80-an. Sejak kejayaan mesin RA167/8E V6 milik Honda yang mencuatkan nama-nama besar seperti Nelson Piquet, Ayrton Senna atau Alain Prost, balapan mobil paling bergensi F1 hingga kini belum pernah merasakan lagi keampuhan mesin berkompresi tinggi tersebut.

Kini mesin turbo kembali diusung, dengan konfigurasi enam silinder berbentuk V berkapasitas 1,6 liter yang mampu menghasilkan sekitar 760 tenaga kuda.

"Secara umum pembalap harus menyesuaikan diri dengan respons mesin yang sedikit lambat," kata Alain Prost, duta Renault yang terakhir kali menjuarai F1 dengan mobil balap bermesin turbo.

F1 lebih hijau

Penggemar fanatik olahraga otomotif mungkin akan kecewa melihat spesifikasi teknis tahun depan. Bagaimanapun juga, V6 1,6 liter bukan angka yang sama sekali fantastis untuk F1, terlebih jika dibandingkan dengan mesin monster delapan silinder dengn kompressor yang digunakan beberapa musim balapan terakhir.

Bukan rahasia umum sejak empat tahun terakhir FIA berusaha membuat F1 menjadi lebih hijau. Revolusi yang dimulai dengan KERS itu dilanjutkan dengan membatasi konsumsi bahan bakar dari 150 menjadi 100 kg dan kecepatan rotasi mesin menjadi cuma 15.000 rpm untuk musim depan.

Nantinya setiap tim bergantung pada sistem pemulihan energi yang lebih efisien. Terlebih perubahan regulasi pada sasis akan mengurangi peran aerodinamika yang selama ini menjadi keunggulan mobil balap "Toro Rosso" racikan Adrian Newey itu.

Sistem gas buang juga disamakan dengan menempatkan knalpot di bagian tengah buritan. Ide ini mencuat untuk mencegah desainer memanfaatkan gas buang untuk menciptakan gaya Downforce tambahan di tikungan.

Sementara hidung kendaraan tidak akan lagi mengadah ke atas, melainkan menunduk sekitar 18,5 cm dari aspal. "Aturan-aturan baru ini mempersulit kami mendesain kendaraan yang cantik," kata Direktur Teknik Red Bull, Adrian Newey.

Keunggulan produsen mesin

Tapi tantangan terbesar bagi tim-tim yang berlaga musim depan bukan lagi desain aerodinamika, melainkan merancang pemetaan mesin yang tangguh dan bisa dihandalkan di seluruh 19 balapan.

Buat tim yang memproduksi mesin sendiri, musim depan menjanjikan banyak hal. Ferrari dan Mercedes sejauh ini diisukan terdepan dalam pengembangan mesin. Kesempatan untuk merancang mesin bersamaan dengan sasis adalah keuntungan terbesar milik dua tim tersebut.

Sejarah memihak Ferrari dan Mercedes. Sejak 1966, ketika mesin turbo untuk pertamakalinya digunakan di ajang F1, tim-tim yang meracik mesin sendiri mampu menggandakan performa kendaraan di beberapa musim pertama. Brabham yang merancang mesin bersama Repco, Ferrari dan Williams dengan mesin Renault adalah beberapa contoh.

Seperti yang sudah-sudah, menyeimbangkan mesin dan sasis akan menjadi faktor penentu dalam musim balapan 2014 dan tidak semua tim akan berhasil. "Awalnya semua akan terasa menyakitkan," kata analis senior F1, Martin Brundle.


rzn/as(dpa,sid,rtr)

Honda Rückkehr zur Formel 1
Honda berencana kembali ke ajang Formula 1 dengan merancang mesin turbo untuk McLaren. Pabrikan asal Jepang ini baru akan memasok mesin pada musim 2015.Foto: Reuters
Flash-Galerie Formel 1 Legenden Nelson Piquet
Pembalap legendaris F1, Nelson Piquet membesut Brabham bermesin turbo pada musim 1983Foto: AP