1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Semakin Banyak Remaja Pesta Miras

Stephanie Höppner2 Januari 2014

Tak hanya pada malam tahun baru banyak remaja yang pesta miras. Banyak juga yang hilang kontrol pada perayaan lain. Asosiasi dokter anak Jerman menilai tren ini berbahaya dan menyerukan pelarangan iklan minuman alkohol.

https://p.dw.com/p/1Ak0S
Foto: Fotolia/runzelkorn

Permainan pembuka dengan beberapa bir, lalu menyusul vodka-Red-Bull untuk terus terjaga, lalu pada tengah malam segelas sampanye, baru setelah itu minuman beralkohol yang lebih berat lagi: Malam Tahun Baru bisa menjadi maraton minuman keras.

"Zaman sekarang, alkohol lebih gampang lagi didapatkan oleh para remaja," kata Ulrich Fegeler dari asosiasi dokter anak Jerman (DGKJ). Berbotol-botol minuman keras entah disediakan oleh saudara yang lebih tua, atau mereka mendapatkannya secara gratis di pesta-pesta. Masalahnya, tegas Fegeler, remaja tidak dapat mengontrol penggunaan - atau menyalahgunakan - alkohol.

Inilah mengapa kasus keracunan alkohol adalah - setelah cedera yang berhubungan dengan api dan kecelakaan lainnya - penyebab paling umum dijumpai dari para pasien yang masuk rumah sakit pada malam 31 Desember.

Remaja laki-laki lebih sering pesta miras ketimbang remaja perempuan
Remaja laki-laki lebih sering pesta miras ketimbang remaja perempuanFoto: picture-alliance/dpa

Namun bahaya pesta miras tidak hanya terbatas pada malam tahun baru: menurut statistik nasional Jerman, tahun 2013 ada 27.000 kasus konsumsi alkohol berlebihan yang membutuhkan perawatan medis.

Ini akibat dua tren: Meski konsumsi alkohol pada hari-hari biasa sudah menurun berkat kesadaran masyarakat yang terus tumbuh mengenai risiko kesehatan, ini berujung pada meningkatnya konsumsi alkohol berlebihan pada akhir pekan. Sekitar 40 persen remaja di Jerman mabuk sedikitnya sekali dalam sebulan.

Remaja perempuan ikut-ikutan

Anak laki-laki terutama berisiko minum miras berlebihan - hampir dua kali lipat remaja lelaki terlibat pesta miras daripada remaja perempuan. "Remaja laki-laki melihatnya sebagai bagian dari citra diri untuk dapat menoleransi alkohol dalam jumlah banyak," ujar Michaela Göcke dari Pusat Pendidikan Kesehatan Jerman (BZgA).

Perempuan tidak mendapatkan tekanan sebaya seperti layaknya laki-laki, namun mereka kerap kali ikut-ikutan dan tidak mau kalah dari remaja lelaki, terutama dalam menenggak campuran miras dengan jus atau soda. Menurut studi asuransi kesehatan AOK, jumlah remaja perempuan yang masuk rumah sakit karena keracunan alkohol naik 1,3 persen sejak tahun 2010.

Konsekuensi mabuk terhadap kesehatan tidak hanya hangover dan sakit kepala. "Organ remaja belum terbentuk sempurna layaknya orang dewasa," tutur Göcke - sehingga tubuh remaja tidak dapat mengurai alkohol seefektif orang dewasa. "Dan perkembangan otak, yang baru sempurna pada usia 20 tahun, juga akan terpengaruh."

Ini berarti anak muda yang minum miras secara reguler akan menderita kerusakan otak jangka panjang. Ulrich Fegeler juga menambahkan bahaya kecanduan.

Kampanye melawan minum miras

Dokter anak mengatakan remaja sangat rentan terhadap alkohol
Dokter anak mengatakan remaja sangat rentan terhadap alkoholFoto: picture-alliance/dpa

Bertahun-tahun BZgA sudah melancarkan kampanye untuk mempromosikan konsumsi alkohol pada tingkat wajar. Sejumlah negara bagian Jerman juga berusaha mempersulit kemungkinan remaja mendapatkan alkohol.

Negara bagian Baden-Württemberg, contohnya, mencoba membatasi konsumsi pada malam hari sejak tahun 2010 dengan melarang toko untuk menjual alkohol antara jam 10 malam hingga pukul 5 pagi.

Di Frankfurt, sebuah skema baru untuk musim semi tengah direncanakan. Remaja akan dikirim ke toko-toko untuk berpura-pura sebagai pembeli. Penjual yang melanggar hukum dengan menjual alkohol ke warga di bawah umur akan didenda - minuman keras seperti schnapps dan vodka hanya boleh dijual ke warga di atas usia 18 tahun, sementara usia minimum untuk membeli bir dan minuman anggur adalah 16 tahun.

Bagi Fegeler, langkah-langkah tadi belum cukup. Ia ingin negara bagian mengintervensi lebih jauh dengan melarang seluruh iklan alkohol. "Zat-zat adiktif tidak perlu lagi diiklankan," tegasnya. "Dan botol-botol alkohol, seperti kemasan rokok, harus memuat peringatan: Minum alkohol bisa mematikan."