1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Minyak Sawit Diproduksi Adil dan Berkelangsungan

Helle Jeppesen13 Januari 2014

Hampir setiap produk di pasar swalayan mengandung minyak sawit. Kerugiannya: hutan tropis dibalak untuk pendirian kebun sawit. Kini salah satu produsen paling besar sedunia akan produksi secara adil dan berkelanjutan.

https://p.dw.com/p/1ApZr
Foto: picture-alliance/dpa

Minyak sawit diproduksi secara murah dan bisa digunakan untuk banyak hal. Minyak ini termasuk dalam kategori "minyak nabati" yang tertulis di banyak kemasan bahan pangan. Banyak produk kosmetik, pembersih, atau juga bahan bakar bio yang mengandung minyak sawit.

Sekarang, perusahaan Wilmar International dari Singapur mengumumkan perubahan besar-besaran. Perusahaan itu hanya akan memproduksi dengan menjaga iklim dan kelestarian hutan. Pernyataan itu ada dampaknya. Karena hampir separuh produk minyak sawit di seluruh dunia dipasarkan oleh Wilmar International.

"Pertama-tama kami mengkonsentrasikan diri pada sektor minyak sawit. Nantinya produk-produk lain akan diikutsertakan", demikian dinyatakan manajer bidang produksi berkelangsungan Sharon Chong dari Wilmar International atas pertanyaan DW.

Demo gegen Palmöl Anbau in Berlin
Demonstrasi terhadap perkebunan sawit di BerlinFoto: Watch Indonesia! e.V.

Perkebunan Wilmar dan mitra bisnis di Afrika adalah bagian haluan baru perusahaan, kata Chong. Ini akan dilaksanakan baik di pabrik milik sendiri maupun di pabrik lain yang jadi pemasok, hingga akhir 2015. Wilmar International sudah jadi anggota organisasi meja bundar bagi minyak sawit terbarukan (RSPO), yang menentukan standar paling rendah bagi produksi minyak sawit. Susan Chong mengakui, pelaksanaan standar RSPO hanya bisa dilakukan secara perlahan. Tetapi bagi Wilmar, strategi baru itu adalah langkah logis.

Tekanan Ikatan Lingkungan

Pengumuman perusahaan itu diberikan hanya dua bulan setelah publikasi laporan Greenpeace tentang sejumlah perusakan lingkungan yang dilakukan Wilmar di negara produsen terbesar, yaitu Indonesia dan Malaysia. Dengan judul "Lisensi untuk Membunuh" Greenpeace memberikan laporan tentang pembinasaan yang terus berlangsung di taman nasional Tesso Nilo di Sumatra, di mana ruang hidup harimau dan binatang lain dihancurkan lewat pembakaran hutan secara ilegal.

Gesche Jürgens, pakar hutan pada Greenpeace, menilai pengumuman Wilmar International adalah harapan baru bagi lingkungan dan manusia. Dengan itu ada potensi, sektor minyak sawit benar-benar bisa diperbaiki, demikian pendapat Jürgens. "Tetapi kami sebagai Greenpeace tentu akan ikut berandil dalam pelaksanaannya dan terutama dalam pengontrolan, untuk memastikan bahwa Wilmar benar-benar melaksanakan standar ini," demikian ditambahkan Jürgens.

Gesche Jürgens
Pakar hutan Greenpeace, Gesche JürgensFoto: Andreas Varnhorn/Greenpeace

Hak Asasi Manusia dan Kondisi Kerja Adil

Untuk itu, kondisi kerja yang adil, baik bagi pekerja perkebunan maupun penduduk lokal, juga harus diperhatikan. Karena memperhatikan itu, Wilmar membentuk konsep produksi berkelangsungan, lewat kerjasama dengan perusahaan konsultasi di bidang perubahan iklim, Climate Advisers, dan dengan The Forest Trust, sebuah organisasi non profit yang juga jadi pemberi saran bagi Nestlé, dalam hal pendirian rantai logistik yang lebih memperhatikan kelangsungan.

"Kami akan menghentikan penghancuran hutan, juga mencegah eksploitasi pekerja, yang menderita akibat perampasan tanah dan buruknya kondisi kerja di industri minyak sawit", demikian dikatakan Scott Poynton, kepala organisasi lingkungan The Forest Trust.

Palmölplantage
Panen sawit di KalimantanFoto: picture-alliance/dpa

Meningkat ke Posisi Atas

Perusahaan Wilmar International berjanji, setiap langkah maju akan dilaporkan kepada publik, dan mengundang organisasi non pemerintah, wakil pemerintah dan pihak-pihak lain untuk mengikuti proses secara kritis. Jika berhasil mencapai target hingga akhir 2015, itu berarti "langkah besar yang belum pernah dicapai cabang industri lainnya," demikian Scott Poyton.

2012 Wilmar berada di tempat terbawah dalam "Green Ranking Index", yang dibuat majalah Newsweek, tentang aspek terbarukan pada 500 perusahaan terbesar dunia yang sahamnya dijual di bursa internasional. Dengan haluan baru, perusahaan tersebut mungkin akan masuk ke kategori sepuluh terbaik dalam dua tahun, ujar Scott Poyton.

Produksi minyak sawit yang ramah lingkungan juga termasuk strategi perusahaan Wilmar. Karena mulai 13 Desember 2014, Uni Eropa menetapkan, pada setiap produk bahan pangan harus dinyatakan jelas, lemak dan minyak nabati apa yang terkandung dalam makanan. Undang-undang ini tidak berlaku pada kosmetika dan pembersih, sehingga tetap tidak jelas apakah produk-produk itu mengandung minyak sawit.