1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rumah untuk Mahasiswa Brilian

14 Januari 2014

Makanan siap disantap tersedia tiga kali sehari, pakaian tak harus dicuci sendiri, kamar pun tak harus dibereskan sendiri: Ini lah kehidupan 50 siswa di Maximilianeum, asrama Jerman paling eksklusif di München.

https://p.dw.com/p/1Apeu
Foto: Bayerischer Landtag

50 siswa tinggal di kediaman eksklusif Maximilianeum di kompleks parlemen negara bagian Bayern, Jerman. Mereka tidak harus bertengkar soal jadwal pembersihan gedung asrama yang biasanya menjadi bagian dalam kehidupan asrama pada umumnya. Anak-anak ini juga tak perlu pusing mencari pekerjaan paruh waktu di sela-sela masa studi mereka.

Karyawan yang bekerja di asrama memasak untuk mereka, membersihkan kamar dan bahkan mencuci pakaian mereka. Layanan eksklusif yang bisa diperoleh gratis oleh ke-50 mahasiswa tersebut. Jangan salah, mereka mendapatkan fasilitas itu bukan karena berasal dari keluarga kaya raya. Para mahasiwa itu tidak perlu membayar uang sewa. Sebab Yayasan Akademik Maximilianeum yang membiayai mereka sepenuhnya agar anak-anak berbakat itu bisa berkonsentrasi penuh hanya pada studi mereka.

Yayasan ini digagas Maximilian II dari Bayern. Raja dari Bayern itu ingin menyediakan layanan bagi warga sipil, dengan memberi fasilitas studi gratis pada mahasiwa-mahasiswa paling berbakat - terlepas dari seberapa besar kekayaan orang tua mereka. Program beasiswa itu tetap berjalan sampai sekarang.

Asrama itu berlantaikan kayu berkualitas tinggi. Dinding lorong panjang menuju ruangan-ruangan dihiasi lukisan cat minyak. Eva Herzog, seorang mahasiswi berusia 24 tahun salah satu penghuni asrama ini. Mahasiswi jurusan hukum itu sudah lima tahun tinggal di asrama ini. Pada musim semi dia menghadapi ujian. "Itulah mengapa saya saat ini rutin belajar di perpustakaan."

Persyaratan ketat

Kehidupan di asrama Maximilianeum merupakan impian banyak mahasiswa. Tapi untuk bisa bergabung di sini, syaratnya sangat ketat. Per tahun hanya ada lima atau tujuh anak yang bisa mendapat beasiswa ini.

Anda harus memiliki nilai A atau sempurna, ketika lulus dari pendidikan setara sekolah menengah di Jerman dan mendapatkan rekomendasi dari sekolah. Mereka juga harus lolos dari dua tahap ujian yang diadakan Departemen Kebudayaan. Mereka harus menunjukkan bahwa mereka dapat melakukan lebih dari sekedar punya nilai ujian yang bagus. "Kami ingin menarik individu-individu yang punya kepribadian dengan kompetensi sosial yang tinggi. Orang-orang yang tertarik, bisa melamar," kata Hanspeter Beißer. Sejak tahun 1998 ia duduk di dewan kehormatan yayasan itu.

München Stiftung Maximilianeum Bayrischer Landtag
Hanspeter BeißerFoto: Gerhard Brack

Menu makanan lengkap

Pria berusia 56 tahun setiap hari makan bersama-sama dengan para mahasiswa. Masing-masing mahasiswa yang memperoleh beasiswa tersebut bebas untuk ikut makan bersama atau tidak. Tiga kali sehari, setiap harinya, tersedia lengkap mulai dari makanan pembuka, menu utama dan makanan penutup.

Di aula, mahasiswa bisa bermain piano. Pada awal semester, para pendatang baru disambut di ruang ini. Ruang ini juga setahun sekali jadi pertemuan para alumni.

Layanan eksklusif

Di depan kamar tergeletak sepatu sneakers, di beberapa pintu tergantung poster. Sekilas ini tampak seperti asrama normal di Jerman. Tapi tepat di atas kamar-kamar tidur mahasiswa adalah kantor parlemen.

Terdapat pintu di lorong yang mengarah langsung ke parlemen. Pintunya berwarna putih polos, tanpa tanda. Siapa yang pergi ke arah itu, melewati karpet merah. "Pintunya tidak pernah terkunci. Kita bisa pergi setiap saat, tetapi para politisi tidak bisa masuk begitu saja ke tempat kami," kata Andreas Krug sambil tertawa nakal. Mahasiswa dapat menghadiri pertemuan di parlemen, beberapa orang lainnya bisa magang di parlemen. Pada musim panas, mahasiswa dan politisi bergabung dalam acara santai, memanggang makanan di halaman.

München Stiftung Maximilianeum Bayrischer Landtag
MaximilianeumFoto: Bayerischer Landtag

Tidak merasa elit

Baik Eva Herzog maupun Andreas Krug berulang kali menekankan bahwa mereka adalah mahasiswa normal. Jadi tidak ada siswa elit? "Demi Tuhan, tidak!" seru Eva Herzog: "Satu-satunya perbedaan mungkin adalah bahwa kepentingan kami terwakili secara luas.

Olympische Sommerspiele 2012 in London Deutschland Achter Rudern
Berolahraga juga penting selain belajar terusFoto: Reuters

Andreas mengamini pendapat Eva: "Saya tidak dapat mengidentifikasi diri sebagai siswa elit. Hanspeter Beißer juga lebih menekankan: "Saya lebih suka berbicara tentang bakat. Siapapun yang memiliki bakat, layak mendapat bantuan pendanaan yang tepat."

Kegiatan lain

Eva Herzog bercerita ia bisa bertemu secara intens dengan orang-orang. „Tentu saja, ada juga saat-saat stres, itu normal. Tapi saya punya banyak teman di sini," serunya.

Kalau semua sudah tersedia, apa lagi tugas siswa di asrama itu selain belajar? Andreas Krug mengaku ia mengawasi lemari pendingin makanan: "Saya secara teratur memastikan bahwa tidak ada makanan berjamur."

Lalu ada kegiatan bersama seperti menari dan kelas bahasa, serta rekreasi. Namun, yang menyebalkan, karena semua tinggal berdekatan di satu gedung, biasanya pintu kamar sering diketuk. Ini tak disukai mahasiswa apalagi jika mendekati masa ujian.

Hanya sekali Eva Herzog meninggalkan kehidupan mewah ini dan menjadi mahasiswa biasa. Dia memiliki kesempatan selama satu bulan melakukan magang di Berlin dan tinggal di asrama normal. "Kadang-kadang saya rindu kehidupan normal ini,“ ujarnya.

AP/HP(dw/Gerhard Brack/kölnstadtanzeiger)