1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia Ingin Hentikan Pengiriman TKW

31 Januari 2014

Indonesia berencana menghentikan pengiriman pembantu rumah tangga ke luar negeri, menyusul berbagai laporan mengenai penyiksaan. Ini membuat Hong Kong menghadapi kemungkinan kekurangan pembantu rumah tangga.

https://p.dw.com/p/1B01S
Foto: Getty Images/Afp/Philippe Lopez

“Kami ingin mencapai target untuk tidak mengirimkan pembantu rumah tangga domestik ke luar negeri mulai 2017,” kata Tatang Budie Utama Razak, Direktur Perlindungan Warga Indonesia di Luar Negeri dari Departemen Luar Negeri.

Sebagai ganti penghentian pengiriman pembantu rumah tangga, pejabat RI sedang melakukan pembicaraan dengan Hong Kong mengenai kemungkinan pengiriman buruh migran terampil, seperti para pekerja bangunan, demikian dilaporkan South China Morning Post.

Setengah dari 320.000 pembantu rumah tangga di Hong Kong berasal dari Indonesia.

Dipicu penyiksaan Erwiana

Berita ini muncul di tengah perhatian dunia terkait dugaan penyiksaan atas seorang pembantu asal Indonesia bernama Erwiana Sulistyaningsih yang dilakukan oleh majikannya di Hong Kong. Perempuan 23 tahun itu dipukuli di bagian kepala dan badan selama paling tidak enam bulan. Akibat penyiksaan membuatnya kini tak bisa berjalan atau melihat dengan jelas akibat pembengkakan di bagian otak dan kerusakan jaringan wajah, demikian hasil pemeriksaan dokter.

Majikannya, Lo Wan-tun, 44, ditangkap dan didakwa pekan lalu atas tuduhan penyiksaan yang menyebabkan luka berat, melakukan serangan serta empat tuduhan intimidasi kriminal lainnya terhadap Erwiana serta dua orang pembantu lainnya yang bekerja sebelum Erwiana.

Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono telah mengungkapkan ”kemarahan dan keprihatinan” pekan lalu ketika bercakap-cakap dengan Erwiana dan ayahnya.

Hari Minggu lalu, sekitar 1.000 pembantu rumah tangga dan kelompok pembela mereka menggelar protes di Hong Kong untuk ketiga kalinya terkait kasus ini.

Tak menyelesaikan masalah

Survei yang dilakukan oleh Hong Kong's Mission for Migrant Workers tahun 2013, menemukan bahwa 58 persen pembantu rumah tangga menghadapi penyiksaan verbal, 18 persen pernah mengalami siksaan fisik dan 6 persen pelecehan seksual.

Eni Lestari, kepala Migrant Workers Network, mengatakan, melarang pengiriman pembantu rumah tangga ke luar negeri tidak menjawab persoalan penyiksaan yang dihadapi TKW.

”Rencana pemerintah itu ilusi. Pemerintah gagal menyediakan lapangan kerja dan gagal memahami bahwa hampir semua lowongan kerja yang tersedia di luar negeri itu adalah pembantu rumah tangga,” kata dia.

Hampir semua pembantu rumah tangga di Hong Kong adalah ibu atau anak perempuan tertua yang bekerja di luar negeri karena ”buruknya kesempatan kerja dan sulitnya memperoleh kesempatan pendidikan yang lebih tinggi” di negara asal mereka serta perasaan mengenai ”kewajiban” untuk menolong keluarga, kata Amy Sim, seorang professor sosiologi di University of Hong Kong.

Menanggapi rencana Indonesia menghentikan pengiriman pembantu rumah tangga, Hong Kong mengatakan bahwa mereka akan mengisi kekosongan itu dengan mendatangkan para pembantu dari Myanmar.

Pembantu rumah tangga asal negara luar, biasanya dipekerjakan untuk merawat rumah, anak-anak dan orang tua bagi warga Hong Kong. Pembukaan lapangan kerja bagi pembantu luar negeri dilakukan sejak 1970an, ketika kota itu mulai mengalami ‘boom' ekonomi.

ab/as (dpa,rtr,ap)