1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Nama Kapal Perang RI Buat Singapura Tersinggung

6 Februari 2014

Singapura menyampaikan keberatan atas rencana Indonesia memberikan nama kapal perang barunya dengan nama dua marinir yang pada masa lalu membom kompleks perkantoran Singapura saat konflik 1960an.

https://p.dw.com/p/1B3XO
chinesische Frigate
Foto: Reuters

Kementerian Luar Negeri Singapura dalam pernyataannya menyebut bahwa Menteri Luar Negeri K. Shanmugam telah bicara dengan rekannya Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa terkait masalah ini.

Pernyataan itu menyebut bahwa Shanmugam, yang mengunjungi Jakarta pekan ini, telah menyampaikan ”Keberatan Singapura atas pemberian nama kapal perang dan dampaknya bagi perasaan warga Singapura, khususnya para keluarga korban,” serangan bom yang dilakukan dua marinir Indonesia yang kemudian ditangkap dan dieksekusi pada masa itu.

“Dua marinir Indonesia itu dinyatakan bersalah melakukan aksi pemboman, yang menewaskan tiga orang dan melukai 33 lainnya,” demikian isi pernyataan tersebut.

Anggota KKO yang membom Singapura

Harian nasional KOMPAS sebelumnya melaporkan bahwa angkatan laut Indonesia berencana menamai kapal frigat yang baru difungsikan kembali “KRI Usman Harun”, diambil dari nama Osman Haji Mohamed Ali dan Harun Said, yang dihukum mati di Singapura karena keterlibatan mereka dalam pemboman sebuah kompleks perkantoran di di pusat negara kota itu pada Maret 1965.

Serangan itu adalah bagian dari upaya presiden Indonesia saat itu Sukarno yang mencanangkan konfrontasi bersenjata melawan negara federasi Malaysia yang baru terbentuk, dimana Singapura pada masa itu termasuk diantaranya.

Sukarno dengan pidatonya yang berapi-api membakar Indonesia dengan kampanye ”konfrontasi ganyang Malaysia” untuk menunjukkan keberatan atas masuknya Sabah dan Sarawak dalam negara federasi yang baru terbentuk itu.

Kedua marinir itu adalah anggota Korps Komando Operasi Indonesia, yang kini namanya menjadi Korps Marinir, yang diperintahkan untuk menginfiltrasi Singapura.

Pasang surut

Singapura akhirnya memisahkan diri dari Malaysia dan menjadi sebuah negara merdeka pada 9 Agustus 1965, dan operasi angkatan bersenjata Indonesia berhenti satu tahun kemudian menyusul tergulingnya Sukarno.

“Singapura menganggap bagian yang sulit dalam hubungan kedua negara ini telah selesai pada Mei 1973 ketika Perdana Menteri Lee Kuan Yew berkunjung dan menaburkan bunga di atas makam kedua marinir tersebut,” demikian bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Singapura.

Indonesia adalah partner dagang ketiga terbesar bagi Singapura, dengan total nilai perdagangan bilateral mencapai 62,6 milyar dolar pada 2012.

Hubungan kedua negara mencapai titik terendah pada akhir 1990an setelah jatuhnya presiden Suharto, dan penerusnya B.J. Habibie menyebut negara kota kecil itu sebagai ”titik merah kecil” di peta.

ab/hp (afp,rtr,ap)