1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cuaca Buruk - Baik Untuk Iklim?

Irene Quaile24 Februari 2014

Cuaca buruk banyak terjadi akhir-akhir ini. Apakah hal ini berkaitan dengan perubahan iklim?

https://p.dw.com/p/1BEar
Foto: picture-alliance/AP Photo

Bahkan di negara seperti Inggris yang terkenal akan perubahan cuaca dengan tingkat hujan dan jumlah angin yang tinggi, orang-orang pun bertanya-tanya apa yang terjadi dengan cuaca saat ini. Beberapa bulan terakhir penduduk negara Inggris dilanda banjir dan badai yang memecahkan semua rekor. Hal ini memicu penerbitan sebuah studi “Perspektif global terhadap badai dan banjir di Inggris” oleh badan meteorologi Inggris, Met Office.

Para penulis studi tersebut menggambarkan rangkaian badai yang terjadi saat musim dingin sebagai sesuatu yang luar biasa, baik dari segi frekuensi maupun durasi. Dalam studi tersebut, mereka menyebut bulan Desember-Januari sebagai masa terbasah di Inggris sejak awal adanya pencatatan cuaca .

Kombinasi antara curah hujan dan badai yang kuat serta gelombang tinggi telah memicu terjadinya banjir di sebagian besar Inggris, serta menjadi penyebab terjadinya kerusakan-kerusakan di pesisir pantai dan menjadi sumber permasalahan besar bagi manusia, ekonomi dan Infrastruktur.

Akibat pemanasan global

Dalam waktu bersamaan Kanada dan Amerika mengalami suatu periode yang tak biasa. Para ahli meteorologi di Inggris menghubungkan kejadian cuaca ekstrim di kedua belah sisi samudra Atlantik tersebut dengan gejolak terus menerus yang terjadi pada arus udara yang bergerak melewati Pasifik dan Amerika Utara. Inilah yang pada gilirannya membuat Met office juga para ilmuwan lain mengaitkan kejadian cuaca ekstrim tersebut dengan curah hujan di Indonesia dan di bagian barat pasifik. Cuaca adalah sebuah fenomena kompleks- sehingga tak heran jika hal ini berkaitan dengan udara dan arus laut di seluruh dunia.

Cuaca dipengaruhi oleh udara dan temperatur, sehingga sangatlah mungkin jika kenaikan suhu bumi ikut bertanggung jawab atas perubahan-perubahan yang terjadi. Para penulis studi tersebut menulis tentang adanya peningkatan jumlah data-data yang membuktikan adanya intensifikasi jumlah curah hujan yang terjadi setiap hari. Mereka berpendapat, hal tersebut sesuai dengan ilmu fisika yang telah kita pelajari bahwa penghangatan suhu bumi bisa menyebabkan kenaikan intensivitas curah hujan.

England Großbritannien Wetter Unwetter Flut Überflutung Überschwemmung 14.2.14
Banjir yang baru-baru ini melanda InggrisFoto: Reuters

Laporan Stern

Di sebuah artikel yang dimuat oleh koran Inggris, The Guardian-- Nicholas Stern mantan kepala eknomi bank dunia menyatakan cuaca ekstrim merupakan pertanda jelas bahwa kita telah merasakan akibat dari perubahan cuaca. Sejak tahun 2000 Inggris telah mengalami empat dari lima kali musim dingin dengan curah hujan paling tinggi dan tujuh kali tahun terpanas sejak dimulainya pengukuran cuaca.

Stern menulis, Atmosfir yang lebih hangat yang mengandung kelembaban lebih serta kenaikan permukaan laut yang menyebabkan terjadinya badai kuat adalah faktor-faktor yang mempertinggi bahaya banjir di Inggris. Dalam tulisannya, Stern juga menyebutkan rekor gelombang panas di Australia dan Argentina, juga banjir di Brazil dan Taifun Haiyan di Filipina adalah bagian dari pemanasan global yang seharusnya tak boleh dilupakan.

Atas nama pemerintah Inggris, Stern, yang saat ini menjadi profesor di sekolah ekonomi london menulis sebuah laporan tahun 2006 yang disebut dengan “Stern Report“. Laporan tersebut untuk pertama kalinya memuat akibat-akibat dari perubahan cuaca terhadap ekonomi dalam bentuk angka. Sejak saat itu resiko perubahan cuaca menjadi makin besar, tulis Stern. Hal tersebut diakibatkan oleh peningkatan emisi CO2 yang kuat dan juga beberapa akibat perubahan cuaca sperti pengurangan laut es di kutub utara yang terjadi lebih cepat dari yang diramalkan.

Cuaca ekstrim juga telah menginspirasi beberapa politisi untuk menempatkan perubahan cuaca pada daftar prioritas yang lebih tinggi. Presiden Amerika, Barack Obama dan presiden Perancis, Francois Hollande, menuntut agar dalam konferensi perubahan cuaca tahun 2015 yang akan diselenggarakan di Paris bisa dicapai kesepakatan bersama terkait iklim global dan mulai bisa diberlakukan tahun 2020.

Kepala sekertariat PPB untuk iklim, Christiana Figueres dalam sebuah wawancara meyampaikan keprihatinan bahwa peningkatan perhatian yang ada terkait tema iklim merupakan dampak dari meningkatnya bencana dan peristiwa alam.