1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apps bagi Anak Balita

7 Maret 2014

Penggunaan iPad dan komputer tablet sudah sangat luas di Swedia. Bahkan anak-anak yang berusia di bawah lima tahun sudah memakainya, dan disambut baik. Namun kritik terhadap sistem ini juga ada.

https://p.dw.com/p/1BLFD
Foto: picture alliance/ZB

Mia yang baru berusia dua tahun memilih sebuah huruf di layar tampilan dengan jarinya. Ia kemudian bertepuk tangan dengan senang jika komputer mengatakan "bagus sekali!" dan suara tepuk tangan terdengar. Kelompok bermain anak balita, di Tanto International School di pusat kota Stockholm sedang menyesuaikan diri dengan beberapa iPad. Dua anak menggunakan bersama-sama sebuah iPad.

"Mereka benar-benar senang menggunakan app ini. Ini sangat menolong untuk belajar pengucapan," guru mereka Helena Bergstrand bertutur. Bergstrand bersama sekitar 90% guru lainnya yang dipilih dewan kota percaya bahwa iPad dan komputer tablet lainnya membantu anak-anak untuk belajar.

Lebih Interaktif

"iPad langsung menarik perhatian mereka, dan mereka menyukainya!" kata Bergstrand. Ia menambahkan, komputer tablet lebih interaktif daripada pensil dan kertas.

Petra Petersen dari Universitas Uppsala mengadakan riset tentang penggunaan komputer tablet yang semakin meluas pada anak-anak pada usia prasekolah. Ia juga membuat rekaman bagaimana anak-anak berinteraksi dengan teknologi baru itu, serta satu sama lain.

"Di sekolah-sekolah yang saya datangi, mereka duduk bersama-sama sekelompok dan bekerjasama. Tubuh mereka bersentuhan, dan mereka berkomunikasi dengan kata-kata," ungkap Petersen. Komputer tablet menawarkan banyak hal. Juga menampilkan banyak warna, suara, kata-kata yang diucapkan, juga hal-hal lain yang menarik perhatian anak-anak. Ia menambahkan, "Itulah yang juga membuat komputer tablet poluler. Banyak bagian pelajaran mencakup mencari kesenangan, dan anak-anak senang menggunakannya."

Di Swedia, seperti di banyak negara lainnya, anak kecil kerap menggunakan komputer tablet dan laptop untuk bermain game, lama sebelum mereka menggunakan komputer di sekolah. Menurut dewan yang mengurus media, hampir 70% anak Swedia yang berusia dua hingga empat tahun bermain game video. Sekitar 45% anak berusia dua tahun sudah menggunakan internet. Mungkin itu tidak mengherankan, mengingat Swedia adalah salah satu negara yang menggunakan akses inernet jalur lebar paling banyak di dunia.

"Bisa dibilang sekarang itu jadi prioritas di banyak sekolah, untuk menjembatani perbedaan antara sekolah dan lingkungan di mana anak hidup," kata Peter Karlberg, pakar komputer di National Education Agency, dengan merujuk pada ribuan komputer tablet yang dibeli massa dan sekolah-sekolah dalam beberapa tahun belakangan ini. Hal ini juga menjadi tekanan baru bagi banyak guru yang harus mengejar ketinggalan. Banyak guru menyatakan perlu latihan khusus.

Masih Tabu bagi Beberapa Guru

Felix Gyllenstig Serrao, yang jadi guru di kota Gothenburg, sudah sangat banyak melibatkan komputer dalam proses belajar-mengajar. Ia menggunakan permainan populer di Swedia, Minecraft, untuk mengajar anak-anak yang memiliki kekurangan dalam kemampuan berkonsentrasi.

"Saya membawa sesuatu yang mereka suka ke kelas, sesuatu yang mereka gunakan di waktu luang, dan itu membuat mereka senang datang ke sekolah," diceritakan Serrao. Menurutnya, Swedia masih harus menempuh jalan panjang, sampai sekolah-sekolah bisa mengeksploitasi sepenuhnya potensi ruang kelas digital. Ia menambahkan, game masih tabu bagi beberapa guru, yang menganggap bermain tidak berurusan sama sekali dengan belajar.

Tidak Bisa Gantikan Guru

Penggunaan komputer tablet bagi balita tidak hanya mendapat pujian. Jonas Linderoth, peneliti game video di Universitas Gothenburg berpendapat, hidup anak yang berusia tiga tahun sudah sangat rumit, dan app akan menambah rumit hidup mereka.

Menurutnya, belajar yang benar berarti bekerja keras, bukan lewat permainan. Bergstrand tidak sependapat. Menurutnya, "Pada masa prasekolah, anak-anak selalu bermain game, anak tidak duduk disiplin untuk belajar. Dan iPad sangat menarik bagi mereka." Ia mengakui, iPad tidak bisa menggantikan seorang guru, tetapi bisa jadi alat bantu dalam pelajaran.

ml/rn (afp)