1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Vagina Buatan dari Laboratorium

12 April 2014

Para ilmuwan AS pada tahun 2014 untuk pertama kalinya sukses menanamkan organ "vagina buatan laboratorium" pada empat perempuan yang dilahirkan tanpa vagina.

https://p.dw.com/p/1BgYs
Foto: AFP/Getty Images

Empat remaja perempuan yang lahir dengan kondisi vagina abnormal atau tanpa vagina sama sekali, ditanamkan vagina buatan laboratorium yang dihasilkan dari sel tubuh mereka sendiri. Tes lanjutan menunjukkan, vagina baru tersebut tidak bisa dibedakan dari jaringan perempuan itu sendiri. Vagina turut tumbuh dan berkembang seiring dengan bertambahnya usia perempuan tersebut.

Keempat perempuan tersebut kini telah dewasa dan mampu melakukan aktivitas seksual secara normal. Dua dari empat perempuan yang lahir dengan rahim yang berfungsi namun tanpa vagina, juga bisa menstruasi secara normal.

Masih belum jelas, apakah mereka juga bisa melahirkan. Namun, karena mereka menstruasi, ini berarti indung telur berfungsi. Jadi Dr Anthony Atala, direktur Wake Forest Baptist Medical Center's Institute for Regenerative Medicine di North Carolina yang memimpin tim peneliti, optimistis bahwa keempat perempuan tersebut mampu hamil.

Lahir dengan kelainan vagina

Kelainan yang diderita para perempuan tersebut bernama sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH). Ini merupakan kondisi genetik langka dimana vagina dan rahim tidak berkembang atau tidak ada sama sekali.

Selama ini cara mengatasinya dengan penggunaan cangkokan dari jaringan usus atau kulit. Tapi kedua jaringan ini bermasalah, jelas Atala. Jaringan usus menghasilkan lendir berlebihan sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Sementara kulit biasa akan hancur.

Menurut Atala, perempuan dengan kondisi ini biasanya mencari bantuan sejak usia remaja. "Mereka tidak menstruasi. Ini bisa menyebabkan sakit perut, karena darah menstruasi terkumpul di dalam perut dan tidak bisa keluar."

Proses operasi yang rumit

Keempat perempuan tersebut berusia antara 13 dan 18 tahun saat dioperasi. Operasi dilakukan antara Juni 2005 dan Oktober 2008.

Para ilmuwan mengawalinya dengan mengumpulkan jumlah kecil sel dari jaringan genital dan mengembangkan dua tipe sel di laboratorium. Yakni, sel otot dan sel epitelial, tipe sel yang sejalan lekukan tubuh.

Empat minggu kemudian, tim mulai menaruh lapisan sel pada perancah yang terbuat dari kolagen, materi yang bisa diserap tubuh. Lalu dibentuk sesuai dengan anatomi masing-masing pasien dan diletakkan dalam inkubator.

Tidak ada perbedaannya

Seminggu kemudian, tim membuat lubang pada tubuh dan menanamkan implan vagina ke organ reproduksi yang sudah ada. Setelah ditanam, saraf dan pembuluh darah terbentuk agar organ dapat berkembang secara normal. Sel baru lalu akan menggantikan perancah yang sudah diserap tubuh.

"Setelah enam bulan, Anda tidak akan bisa membedakan perbedaan antara vagina buatan dan vagina asli," ujar Atala. Tim terus memonitor para pasien selama delapan tahun usai operasi.

vlz/ap (rtr/afp)