1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Robot Siap Tambang Mineral di Dasar Laut

23 April 2014

Dunia tambang akan diperkaya dengan kehadiran robot yang mampu menggarap mineral di dasar laut. PBB tengah menggodok regulasi agar kegiatan penambangan tidak merugikan lingkungan.

https://p.dw.com/p/1BnJV
Roboter für Tiefseebergbau der Firma Soil Machine Dynamics aus England
Foto: Reuters

Robot penambang laut dalam pertama di dunia sudah rampung, dan siap menjelajah dasar laut Papua Nugini buat menggali tembaga dan emas. Namun ketika rencana eksplorasi telah dimatangkan, dunia masih menunggu keputusan Otoritas Dasar Laut Perserikatan Bangsa-bangsa (ISA) yang bermarkas di Jamaika.

"Jika kita bisa menangani masalah lingkungan, kita akan menghadapi era baru. Kawasan laut di luar yurisdiksi nasional adalah separuh dari semua samudera," kata Nii Odunton, Sekjend ISA. "Saya yakin segalanya akan terlihat baik."

Harga mineral yang menjulang tinggi membuat penambangan lepas pantai tidak terelakkan. Dengan kemajuan teknologi, manusia bisa menambang mineral di dasar laut, yang kualitasnya diyakini limabelas kali lebih baik ketimbang cadangan di daratan.

Menambang di Kedalaman 1.500 Meter

Di sebuah pabrik di Newcastle, Inggris, Keith Franklin masih menunggu bersama robot buatannya yang diberi nama "beasty". Franklin akan menyerahkan ciptaannya itu kepada perusahaan Canada. Jika berjalan lancar, Nautilus Minerals akan menjadi perusahaan pertama yang menambang di laut dalam secara komersil.

Sumber utama Nautilius, sebuah kawasan tambang sedalam 1.500 meter yang disebut Solwara 1, adalah apa yang disebut sebagai Seafloor Massice Suplhide, atau juga kawasan deposit mineral yang kaya tembaga dan emas.

Dilengkapi dengan kamera dan sensor pendeteksi 3D, robot penambang dikemudikan dari jarak jauh oleh dua orang pilot. "Kamera saja tidak cukup karena erupsi kecil dari retakan bawah laut bisa membuat daya penglihatan berkurang drastis," kata Stef Kapusniak dari Soil Machine Dynamics, perusaahan yang mengembangkan robot bawah laut tersebut.

"Sonar 3D memungkinkan robot membuat gambar dan mengirimkannya kembali ke ruang kontrol," imbuhnya lagi.

Harta Karun di Laut Terdalam

Robot itu akan menggarap dasar laut dan menyedot bebatuan yang lantas dialirkan ke bagian belakang melalui pipa, "seperti menghias kue saja," kata Kapusniak. Mesin lain yang diproduksi akan mengangkut batuan ke permukaan.

Dengan teknologi tersebut Nautilius berambisi menambang 80.000-100.000 ton tembaga dan 100.000 sampai 200.000 ons emas. Jumah tersebut setara dengan rata-rata jumlah hasil tambang di daratan.

Sebagian besar cadangan mineral di bumi bahkan terletak lebih dalam ketimbang Solwara 1 milik Nautilus. Sebuah kawasan bernama Clarion Clipperton Zone bahkan terletak di kedalaman 6000 kilometer.

Kawasan kaya mangan itu membentang seluas 4,5 juta kilometer persegi di dasar laut antara Hawaii dan Mexico. Namun begitu Otoritas Dasar Laut PBB (ISA) tidak ingin gegabah memberikan lampu hijau. "Kita tidak punya cukup pengetahuan untuk mengambil risiko seperti yang kita lakukan di daratan," ujar Odunton.


rzn/ab (rtr,dpa)