1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hidup Serba Online di Estonia

Sabrina Pabst7 Mei 2014

Koneksi internet gratis tersedia hingga ke pelosok Estonia. Seorang warga bercerita kepada DW bagaimana rasanya hidup di sebuah negara Uni Eropa yang serba terhubung dan di mana letak batasan digital.

https://p.dw.com/p/1BuIl
Foto: picture-alliance/dpa

DW: Konstitusi Estonia menjamin internet gratis bagi seluruh warga. Seperti apa wujud hari-hari digital Anda?

Sandra Länts: Koneksi internet nirkabel gratis tersedia hampir dimanapun, jadi siapa saja yang punya smartphone selalu punya akses internet. Ini berlaku di seluruh Estonia - bahkan di wilayah pelosok, seseorang dapat online dengan 3G atau 4G. Semua restoran, semua bar punya hotspot Wi-Fi gratis sendiri. Tidak peduli di manapun Anda di kota, Anda bisa log in dan online.

Ada yang namanya kartu identifikasi harian, yang bisa dipakai untuk membuat janji dokter, mengambil resep dari apotek, atau bahkan mencoblos online. Dengan banyaknya tugas terkait pemerintah yang bisa dijalani dengan satu kartu, warga harus benar-benar menaruh kepercayaan pada pemerintah.

Sandra Länts
Sandra LäntsFoto: privat

Semua bisa dilakukan dengan kartu itu: memberi suara, membeli tiket pesawat, bertransaksi bank online. Tapi saya tidak menggunakannya, karena saya tidak terlalu yakin. Dengan voting juga, saya lebih memilih pergi sendiri ke TPS. Kalau tidak, saya tidak tahu apa yang mungkin terjadi pada suara atau data saya. Karena pertama kali diperkenalkan tahun 2005, banyak warga Estonia yang masih skeptis - termasuk saya, karena saya banyak beraktivitas online.

Internet adalah fakta hidup bagi generasi Anda. Jadi dari mana asal skeptisisme Anda?

Sebenarnya pertama kali tumbuh waktu saya tinggal di Jerman. Di Estonia, hampir semua orang membayar dengan kartu debit atau kartu kredit. Di Jerman saya belajar bahwa uang tunai itu penting. Sejak itu saya sebisa mungkin tidak membayar dengan kartu. Saya tidak mau siapapun mengikuti pergerakan saya. Bank saya bisa tahu segala hal yang saya lakukan. Dan saya sedikit khawatir akan kenyataan itu.

Bagaimana kehidupan Estonia kalau dibandingkan dengan Jerman?

Bulan pertama saya di München cukup berat - di sana tidak ada Wi-Fi gratis. Baru setelah itu baik-baik saja karena saya beli stik modem. Namun yang lebih mengagetkan bagi saya adalah bergunung-gunung dokumen yang harus saya lengkapi. Di Estonia, semua registrasi bisa dilakukan online. Tapi di Jerman, harus pergi sendiri. Ini aneh bagi saya - karena banyak dokumen yang harus saya isi, lalu saya bawa sendiri, dan harus mengatur jadwal satu hari hanya untuk merampungkannya.

Länts terkejut oleh semua dokumen yang harus dilengkapi di Jerman, termasuk ketika menempuh studi
Länts terkejut oleh semua dokumen yang harus dilengkapi di Jerman, termasuk ketika menempuh studiFoto: picture alliance/dpa

Dan yang paling mengejutkan adalah begitu banyak lembar kertas yang saya butuhkan untuk menempuh studi. Saya juga mendapat pernyataan bank melalui pos setiap bulan. Ini lucu menurut saya.

Di Estonia, kantor pajak secara otomatis mengerjakan pengembalian pajak warga. Ini salah satu keuntungan pertukaran data bukan?

Ketika gaji saya masuk rekening, selalu dilengkapi dengan pernyataan bahwa pajak harus dibayarkan - biasanya pada musim semi. Lalu saya cukup mengklik tautan pada rekening tadi, dan melihat jumlah yang saya terima. Kantor pajak secara otomatis menghitung berapa pajak yang telah dibayarkan dan berapa banyak yang saya terima kembali. Hanya perlu waktu lima menit, dan saya bisa mengetahui berapa jumlah uang yang akan saya terima. Saya cukup mengkonfirmasi dengan sebuah klik, dan jumlah tersebut masuk ke rekening saya pekan berikutnya. Tidak ada ruginya menurut saya.

Sandra Länts bekerja untuk Goethe Institute di Tallinn. Lahir di Estonia, ia menempuh studi di Universitas Tallinn dan mengikuti pertukaran pelajar selama satu tahun di Universitas Bamberg di Jerman.