1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Putin: Ukraina Dalam Perang Saudara

23 Mei 2014

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutkan situasi Ukraina sudah menjadi "perang saudara". Namun ia menerangkan tetap akan menghormati hasil pemilu presiden sebagai pilihan rakyat.

https://p.dw.com/p/1C5G0
Foto: Reuters

Di hadapan forum ekonomi di Sankt Petersburg, Vladimir Putin mengatakan hari Jumat (23/05), situasi di Ukraina sudah menjadi "perang saudara dalam skala besar". Ia menyalahkan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa barat yang "menyulut perang" di Ukraina.

"Krisis di Ukraina terjadi karena Yanukovych menunda perjanjian dengan Uni Eropa", kata Putin. Gelombang protes akhirnya memaksa Yanukovych melarikan diri ke Rusia. Putin mengatakan, "secara teknis" Yanukovych adalah pemimpin Ukraina.

Putin juga mengeritik sanksi AS dan Uni Eropa terhadap para pejabat tinggi dan perusahaan Rusia. "Dalam sebuah dunia modern yang saling berhubungan, sanksi ekonomi yang digunakan sebagai instrumen politik bisa punya dampak bumerang kepada negara yang menerapkannya", kata Putin. Tapi ia mengakui, sanksi tersebut punya dampak riil terhadap perekonomian Rusia.

Putin kembali membela langkah Rusia masuk ke Krimea dan mengatakan, rakyat Krimea sudah melakukan referendum. "Mereka memilih bergabung (dengan Rusia), itu kenyataan yang tidak bisa dibantah".

Persiapan pemilu di Ukraina

Presiden Rusia mengatakan, ia tetap akan menghormati hasil pemilu presiden di Ukraina. Rusia tetap "akan menghormati pilihan rakyat Ukraina dan akan bekerjasama dengan pemimpin yang baru".

Presiden transisi Ukraina Oleksandr Turchynov dalam pidato yang disiarkan secara langsung di televisi menyerukan kepada warga Ukraina untuk ikut dalam pemilu presiden hari Minggu (25/05).

"Kita sedang membangun sebuah negara Eropa yang baru, yang fundamennya dibangun oleh jutaan warga Ukraina. Kita tidak akan membiarkan kemerdekaan dan kedaulatan kita dirampok pihak lain", kata Turchynov, yang tidak mencalonkan diri sebagai presiden.

Panitia pemilu di Kiev menyatakan, mereka menghadapi serangan dan ancaman di kawasan Donetsk dan Luhansk. Kelompok separatis pro Rusia berusaha memusnahkan material pemilu dan menyerang tempat pemungutan suara.

Koordinator pengamat pemilu dari OSCE, Joao Soares menerangkan, di sebagian besar Ukraina pemilu presiden bisa berlangsung lancar. Hambatan akan terjadi "di lebih sedikit dari 20 persen tempat pemungutan suara".

21 kandidat bersaing memperebutkan kursi presiden. Menurut jajak pendapat, peluang terbesar dimiliki oleh Petro Poroshenko, pengusaha yang dijuluki "raja coklat", yang sudah beberapa kali menjabat sebagai menteri. Pesaing terkuatnya adalah mantan perdana menteri Yulia Tymoshenko.

Jika tidak ada kandidat yang berhasil merebut lebih dari 50 persen suara, akan dilakukan pemilu putaran kedua 15 Juni mendatang.

hp/cp (afp, dpa)