1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah Ukraina Bertekad Hukum Separatis

30 Mei 2014

Presiden Ukraina yang baru terpilih, Petro Poroschenko janji akan hukum separatis pro Rusia yang menembak jatuh helikopter militer di bagian timur Ukraina, dan sebabkan tewasnya 12 tentara.

https://p.dw.com/p/1C9El
Presiden Ukraina Petro PoroshenkoFoto: SERGEI SUPINSKY/AFP/Getty Images

Separatis menembak dengan roket helikopter tipe Mi-8 yang sedang berada di udara, Kamis (29/05). Ini menyulut dugaan pemerintah AS, bahwa pemberontak Ukraina mendapat suplai senjata "dari luar".

"Kita harus melakukan segalanya untuk menjamin bahwa tidak ada lagi warga Ukraina yang tewas di tangan teroris dan bandit. Tindakan kriminal oleh musuh rakyat Ukraina ini harus dihukum." Demikian Presiden Petro Poroshenko, seperti dikutip beberapa kantor berita Ukraina.

Sementara itu, pemerintah AS menyatakan deeskalasi krisis sangat penting di Ukraina, dan menyerukan Rusia agar menekan kelompok separatis untuk menghentikan aksi mereka. "Kami resah akibat kekerasan yang tak kunjung henti di Ukraina timur," demikian dikatakan Jay Carney, juru bicara presiden AS.

Anggota separatis yang tewas berasal dari Rusia

Salah seorang pemimpin separatis menyatakan secara mengejutkan Kamis (29/05) bahwa 33 dari 40 pemberontak tewas selama serangan atas pelabuhan udara Donetsk pekan ini. Ia menambahkan, mereka adalah warga Rusia yang berasal dari daerah muslim, seperti Chechnya.

Pengungkapan itu jadi tantangan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin, yang nampik tuduhan negaranya punya andil dalam gerakan separatis di bagian Timur Uraina. Pernyataan pemimpin separatis itu juga jadi dukungan bagi klaim Kiev bahwa pemberontak tidak merepresentasikan keinginan sesungguhnya pekerja tambang dan baja, yang telah menjadikan bagian timur motor penggerak Ukraina.

Ukraine Donezk 29.5.2014
Beberapa pemberontak pro Rusia di kota Donetsk (29/05)Foto: Reuters

Menteri Luar Negeri AS, John Kerry mengatakan Kamis, ditemukan bukti bahwa orang Rusia menyeberang perbatasan dengan Ukraina: Mereka orang-orang terlatih dari Chechnya, dan dilatih di Rusia. Mereka datang untuk mengeruhkan situasi, untuk ikut dalam bentrokan.

Kerry juga mendorong Rusia untuk mengambil keuntungan dari pemilu presiden Ukraina, Minggu (25/05), dan "membangun jalan ke masa depan, di mana Ukraina jadi jembatan antara Barat dan Timur". Sebagian besar pasukan Rusia yang tadinya ditempatkan di dekat perbatasan dengan Ukraina juga sudah bergerak kembali ke Moskow, tetapi "tanda-tanda bahaya" masih ada, ditambahkan Kerry dalam wawancara dengan televisi PBS. Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengatakan, ribuan tentara Rusia masih berada dekat perbatasan dengan Ukraina Timur.

Moskow serukan gencatan senjata

Sementara itu, Moskow menyerukan Kiev untuk segera melaksanakan gencatan senjata, dan mendorong Barat untuk menggunakan pengaruhnya untuk mencegah "bencana nasional" di Ukraina. "Komunitas internasional menantikan dari Kiev penghentian aktivitas milier di bagian timur negara, dan penarikan pasukan. Tanpa itu, perdamaian tidak mungkin dicapai di Ukraina," demikian ditekankan departemen luar negeri dalam pernyataannya.

Presiden terpilih Ukraina, Petro Poroshenko yang didukung Barat, perlu mencegah bentrokan baru dengan Rusia, karena itu bisa menyebabkan negaranya diputuskan dari pasokan gas Rusia, di awal pekan mendatang. Tetapi Ukraina tampaknya berhasil mengelak dari ancaman penghentian pasokan gas, jika Uni Eropa (UE) mengumumkan akan ada pembicaraan baru antara UE, Rusia dan Ukraina. Komisaris UE urusan energi, Günther Oettinger, yang akan datang dalam pertemuan mengatakan awal pekan ini, Rusia dan Ukraina punya "kesempatan bagus" akan mencapai kesepakatan Minggu lusa (01/06).

ml/ap (afp, ap)