1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: India Gagal Lindungi Perempuan

Grahame Lucas4 Juni 2014

Hanya dalam hitungan hari, tiga perempuan muda diperkosa dan dibunuh secara keji. Menurut editor DW Grahame Lucas, berita semacam itu, tidak boleh terlupakan begitu saja.

https://p.dw.com/p/1CBgG
Protest nach Gruppenvergewaltigung und Ermordung zweier Mädchen in Indien 30.05.2014
Foto: Reuters

Komponen penting bagi setiap demokrasi adalah kemampuan untuk menjamin hak individu dan melindungi warganya. Hak perempuan adalah hak yang dimiliki setiap manusia. Hak ini yang dilanggar dalam skala besar-besaran di negara yang membanggakan diri sebagai negara demokrasi terbesar di dunia. Senin (02/06/14), polisi di Uttar Pradesh menemukan mayat perempuan 22 tahun yang diperkosa secara massal dan kemudian dicekik hingga meninggal. Para pelaku kejahatan ini juga memaksanya meminum asam keras dan menyiramkan cairan tersebut ke wajah perempuan tersebut.

Korban ditemukan 45 kilometer dari lokasi pembunuhan dua remaja perempuan kasta rendah, Dalit, seminggu sebelumnya. Mereka diperkosa lalu digantung di batang pohon. Pelaku yang ditahan berasal dari kasta yang lebih tinggi, Yadav. Dua polisi juga ditangkap dan dipecat karena terlibat dalam kejahatan tersebut. Tapi kemudian, kepala menteri negara bagian Akhilesh Yadav menolak untuk menanggapi pertanyaan wartawan akan kegagalan polisi untuk menghentikan aksi brutalitas itu. Beberapa harian lokal mengkritik Yadav, namun tidak cukup keras untuk menuntut pengunduran dirinya.

Kekerasan terhadap perempuan di tingkat nasional telah menjadi fokus media sejak pemerkosaan dan pembunuhan terhadap seorang mahasiswi di New Delhi 16 Desember 2012. Ribuan perempuan melakukan aksi protes di seluruh negeri menuntut perlindungan lebih baik bagi peremuan dan perubahan mendasar dalam menyikapi masyarakat patriarkal India. Pemerintah meresponnya dengan menetapkan hukuman mati bagi pelaku pemerkosaan dan pembunuhan. Proses sidang terdakwa saat itu dipercepat dan kesatuan polisi baru didirikan untuk membantu kaum perempuan. Namun, kasus pembunuhan yang baru terjadi menunjukkan betapa besarnya masalah yang dihadapi negara ini.

Pemerintah bisa menciptakan undang-undang dan pengadilan bisa mencoba untuk menghukum, tetapi masih dibutuhkan upaya lebih. Pemerkosaan di India adalah masalah budaya yang mengakar. Beberapa pengamat menyebutnya sebagai penyakit. Masyarakat India sangat menganut sistem patriarkal. Kehidupan kebanyakan perempuan India masih sangat ditentukan oleh sang suami atau keluarga besarm tidak peduli seberapa tinggi tingkat pendidikan mereka. Perempuan selalu menjadi pihak yang lebih 'rendah', harus menurut, dan punya nilai yang lebih sedikit sebagai manusia. Peran ini dipaksakan oleh masyarakat konservatif India dengan berbagai cara: lewat tradisi keluarga, agama, dan mitologi negara. Stereotipe ini diabadikan melalui film-film Bollywood dan kurangnya tokoh panutan priwa dan wanita yang positif di masyarakat India.

DW Bengali Grahame Lucas
Grahame LucasFoto: DW/Matthias Müller

Menteri urusan perempuan Maneka Gandhi merespon kasus pembunuhan tersebut dengan mengumumkan pembentukan komite krisis untuk menginvestigasi kasus pemerkosaan di seluruh India. Ini langkah awal yang penting. Tapi harus diteruskan dengan mendirikan institusi yang memerangi masalah semacam itu, seperti misalnya melalui dewan urusan perempuan di daerah-daerah. Dengan begitu banyaknya kekerasan terhadap perempuan India, pemerintah harus mencari akar permasalahan dan meyakinkan warganya, bahwa keamanan dan kontribusi perempuan akan menjadi prioritas jika India ingin memastikan posisinya sebagai bangsa modern di abad ke-21.