1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mesir Bisa Jadi Penengah

Anne Allmeling10 Juli 2014

Hanya Mesir yang mungkin bisa menengahi konflik antara Israel dan Palestina, kata mantan dubes Israel di Jerman Shimon Stein dalam wawancara dengan Deutsche Welle.

https://p.dw.com/p/1CZQx
Foto: Reuters

Deutsche Welle: Kembali terjadi eskalasi kekerasan antara Israel dan Palestina. Angkatan udara Israel melancarkan serangan udara ke Gaza. Juga invasi darat sekarang dipersiapkan. Apa strategi Perdana Menteri Netanyahu?

Shimon Stein: Begitu banyak roket yang sebelumnya ditembakkan dari Jalur Gaza ke Israel. Menurut jajak pendapat, mayoritas warga Israel ingin agar pemerintah melakukan sesuatu. Tapi, apakah itu berarti harus dilakukan serangan darat? Atau serangan udara saja sudah cukup untuk menghancurkan infrastruktur Hamas? Jika operasi darat dimulai, ini bisa terus meluas. Dan kita akan menghadapi situasi seperti dua tahun lalu…

Maksud Anda operasi militer di Jalur Gaza yang dilancarkan November 2012, yang tidak berjalan seperti diharapkan Israel. Mengapa sekarang muncul wacana operasi darat lagi?

Hamas saat ini tidak bisa dijadikan mitra dialog. Mereka misalnya tidak mau menerima tuntutan yang diajukan oleh Uni Eropa, yaitu menyatakan menjauh dari teror, dan mengakui negara Israel, termasuk perjanjian-perjanjian antara Israel dan pemerintah otonomi Palestina. Ini tiga persyaratan minimal yang dituntut oleh komunitas internasional.

Saya juga heran, mengapa Hamas membiarkan terjadi eskalasi seperti ini. Saya pikir, Hamas tadinya tidak ingin perkembangannya seperti itu. Tapi mereka tidak bisa mengendalikan kelompok radikal Jihad Islam yang ingin eskalasi. Di Israel, masyarakat menekan Netanyahu, juga mitra koalisinya menekan dia. Menurut saya, dia malah masih menahan diri dan tidak mengikuti semua tuntutan mitra koalisinya. Tapi, makin banyak roket yang ditembakkan ke Tel Aviv, makin besar tekanan terhadapnya.

Apa yang akan terjadi jika militer Israel kembali menduduki Gaza?

Dari sudut pandang politik luar negeri, banyak yang bisa memahami bahwa Israel punya hak untuk membela diri. Tapi kalau Israel melakukan operasi darat, saya ragu bahwa masyarakat internasional akan berdiam diri dan memahaminya. Makin lama operasi semacam itu berlangsung, makin banyak korban jatuh di pihak Palestina. Kritik terhadap Israel akan semakin lantang. Uni Eropa dan Amerika Serikat sekarang saja sudah menuntut Israel agar menahan diri dan melakukan gencatan senjata.

Shimon Stein
Shimon Stein, mantan dubes Israel di JermanFoto: picture-alliance/AP Photo

Operasi darat juga berarti konfrontasi langsung dengan penduduk Palestina. Artinya, banyak jatuh korban sipil dan warga yang tidak bersalah.

Sampai kapan konfrontasi ini berlangsung, hingga kedua pihak mau berubah haluan, belum terlihat sampai sekarang. Mesir sudah menawarkan penengahan. Secara informal sudah ada konsultasi dengan kedua pihak yang bertikai. Ini perkembangan positif, sebab Mesir saat ini satu-satunya yang bisa melakukan itu.

Mengapa?

Saat ini, tidak ada negara Arab lain yang bisa jadi penengah. Amerika Serikat juga tidak mungkin jadi penengah antara Israel dan Hamas. Uni Eropa tidak memainkan peran apa-apa. Di masa lalu, Mesir bisa melakukan itu karena mendapat kepercayaan dari Israel, dan Hamas sangat tergantung dari Mesir. Itu sebabnya hanya Mesir yang bisa melakukan penengahan.

Shimon Stein adalah mantan duta besar Israel di Berlin. Wawancara untuk DW dilakukan oleh Anne Allmeling.