1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Manila Beralih ke Sepeda Bambu

Aya Lowe11 Juli 2014

Ibukota Filipina terkenal dengan kemacetan berat dan polusi udara. Sepeda bambu mungkin bisa mengurangi emisi dan melancarkan langkah menuju kota yang hijau.

https://p.dw.com/p/1CbOU
Sepeda bambu
Foto: Bryan McClelland

Sejumlah orang tampak mengendarai sepeda bambu di pusat ibukota Filipina, Manila. Warga Filipina-AS Bryan McClelland (29), adalah orang yang berada di balik konsep "Bambikes", itu adalah perusahaan yang membuat sepeda dari bambu di Filipina. Ia mendirikan Bambikes tahun 2010, tapi baru sekarang mengadakan tour di Manila.

"Ada tren bersepeda baru yang global. Berbagai kota sekarang mengadakan tur bersepeda, karena itu adalah cara terbaik untuk berinteraksi dengan lingkungan dan kota," dijelaskan McClelland.

Sepedanya dibuat dari bambu yang dipotong dan dikeringkan, kemudian dibungkus lapisan yang dibuat dari serat cannabis. Menurut McClelland, bambu adalah salah satu materi terkuat di dunia, dan memiliki kekuatan seperti metal. Setiap sepeda dibuat pekerja di kota Victoria, 130 km dari Metro Manila, ibukota Filipina.

Bambusfahrrad
Foto: Bryan McClelland

Menuju kota lebih bersih

Selain menjadi alternatif baru bagi wisatawan untuk melihat-lihat kota Manila, tur ini juga menjadi awal proyek lebih luas untuk mempromosikan kota yang lebih layak bagi pejalan kaki. McClelland kini sedang berunding dengan pemerintah kawasan pusat kota Manila, yang disebut Intramuros, tentang strategi untuk pengembangan turisme yang lebih berbasis pada pejalan kaki, dan menciptakan kota yang lebih bisa dinikmati dengan berjalan kaki dan menggunakan sepeda.

"Sekarang tidak ada jalur spesial untuk sepeda. Trotoar ada di banyak tempat, tapi tidak teratur, dan jumlah mobil sangat banyak, jadi orang selalu khawatir lalu lintas," kata McClelland.

Mengurangi polusi

Metro Manila termasuk daerah di Asia yang paling menderita akibat polusi. Kadar PM (particulate matter) atau partikulat di Manila lebih dari dua kali lipat yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, 70% polusi udara di Metro Manila berasal dari kendaraan bermotor.

Bambusfahrrad
Foto: Bryan McClelland

Ko Sakamoto, pakar ekonomi transportasi dalam Divisi Infrastruktur Berkelangsungan di Asian Development Bank berpendapat, tantangan terbesar adalan transportasi dengan motor. "Seperti di negara-negara lainnya di Asia-Pasifik, orang adu cepat melawan waktu. Di negara khas Asia, ada penggandaan jumlah kendaraan dalam empat hingga tujuh tahun," demikian Sakamoto.

Memperkenalkan cara transpor lebih bersih

Sebagai reaksinya, pemerintah meluncurkan sejumlah proyek yang bertujuan mengembangkan bentuk lebih ramah lingkungan. Salah satu bagian strategi adalah peluncuran bus hibrid, yang menggabungkan mesin disel dan motor elektrik. Bus-bus ini menggunakan bensin 30% lebih sedikit, dan memperoduksi CO2 lebih sedikit. Saat ini 249 bus hibrid sudah digunakan. Hingga akhir tahun ini jumlahnya diharapkan bertambah jadi 300.

Menurut McClelland, jumlah orang yang tertarik dengan bentuk transportasi berkelanjutan semakin banyak. Jika di kota besar ada jalur khusus untuk sepeda yang dihormati mobil, ia yakin jumlah pengendara sepeda akan semakin besar.