1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menteri Inggris Undurkan Diri karena Politik Gaza

5 Agustus 2014

Menteri muda Muslim pertama di Inggris, Sayeeda Warsi, mengundurkan diri dari jabatannya. Langkah itu diambil sebagai protes akibat politik Gaza pemerintah Inggris yang dinilainya "secara moral tidak bisa dibela".

https://p.dw.com/p/1Cp2G
Sayeeda Warsi Rücktritt Großbritannien ARCHIV März 2014
Foto: Reuters

Warsi, yang juga menteri muda perempuan untuk urusan keyakinan dan komunitas mengumumkan pengundurandirinya lewat Twitter. "Dengan penyesalan mendalam, saya memberikan pernyataan pengunduran diri kepada perdana menteri. Saya tidak bisa lagi mendukung politik Gaza yang dijalankan pemerintah," demikian ditulisnya.

Ia juga menulis, "Menurut pandangan saya, politik kita berkaitan dengan proses perdamaian Timur Tengah secara umum, tapi terutama langkah dan bahasa yang digunakan dalam krisis Gaza saat ini tidak bisa dibela secara moral. Ini tidak sesuai dengan kepentingan nasional, dan dalam jangka panjang akan punya dampak merugikan bagi reputasi internasional dan domestik kita."

Warsi selama ini secara lantang mengecam banyaknya jumlah warga sipil yang tewas di Gaza. "Apakah orang bisa terus-menerus membenarkan pembunuhan terhadap anak-anak," demikian ditulis Warsi pada Twitter tanggal 24 Juli, ketika sebuah sekolah PBB yang digunakan untuk menampung pengungsi Palestina ditembaki.

Penurunan jabatan?

Baroness Sayeeda Warsi yang orang tuanya asal Pakistan, lahir di Yorkshire 28 maret 1971. Ia menjadi menteri perempuan Muslim pertama dalam kabinet Inggris, ketika David Cameron jadi Perdana Menteri tahun 2010. Dalam reshuffle kabinet September 2012, Cameron memindahkannya dari posisi pimpinan Partai Konservatif ke posisi menteri muda di Departemen Luar Negeri. Langkah ini dianggap banyak orang sebagai penurunan jabatan.

Pengunduran diri Warsi terjadi setelah banyak kritik dilontarkan terhadap Cameron di dalam Partai Konservatif. Kritik terutama dilontarkan karena Cameron tidak bersedia mengecam penggunaan kekerasan oleh Israel, yang dinilai banyak kritikus di luar proporsi. Senin (04/07) Cameron mengeluhkan tingginya korban jiwa di Gaza yang dinilainya "mengerikan". Tapi ia mengelak untuk mengatakan, apakah menurutnya Israel telah melanggar hukum internasional.

Ed Miliband, pemimpin Partai Buruh yang jadi partai oposisi terbesar mengatakan Cameron tidak mengambil posisi jelas menyangkut penderitaan warga sipil di Gaza. "Pemerintah harus menyatakan sikap lebih jelas kepada Israel, bahwa aksi negara itu atas Gaza tidak bisa diterima dan tidak bisa dibenarkan," kata Miliband.

ml/cp (DPA, AFP, AP, RTR)