1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penelitian Ebola di Jerman

Anne Hoffmann13 September 2014

Ilmuwan di rumah sakit universitas Marburg bekerja keras meneliti virus ebola. Saat ini dua vaksin siap diuji klinis.

https://p.dw.com/p/1D8jm
Foto: picture-alliance/dpa

Codot adalah inang alami virus ebola . Virusnya tidak merugikan hewan itu. Tetapi manusia yang memakan daging codot yang terinfeksi ebola, akan teinfeksi virus itu dengan akibat bisa fatal. Contohnya pada kasus korban pertama epidemi, yaitu seorang anak di Guinea. Itulah awal penyebarannya. Penyebaran ebola kini bisa dipahami peneliti AS, berdasarkan genotip dari contoh darah 78 orang yang terinfeksi ebola.

Analisa genotip seperti itu juga membantu untuk mengerti, bagaimana cara penularan virus tersebut, mutasinya dan apa yang membuatnya agresif. Itu juga ingin diteliti pakar virus di rumah sakit universitas Marburg. Di laboratorium canggih yang dilengkapi penjagaan keamanan tinggi, orang tidak boleh masuk sembarangan. Pertanyaan utama para peneliti: mengapa virus mematikan manusia, tetapi tidak merugikan codot sama sekali.

Perbedaan sistem kekebalan tubuh

"Ternyata, sistem kekebalan tubuh codot bisa menangani infeksi ebola. Sedangkan sistem pada manusia tidak mampu mengatasinya. Dan kami percaya, perbedaannya terletak pada Makrofag, yakni sel-sel pemangsa dalam tubuh, yang sangat menentukan dalam memberi reaksi terhadap bibit penyakit yang masuk ke tubuh. Jadi, bagaimana Makrofag bereaksi terhadap infeksi ebola," dijelaskan Prof. Siegfried Becker.

Virus pertama-tama menyerang sel-sel pemangsa, dan memicu reaksi berantai. Sistem kekebalan tubuh memberi reaksi berlebihan dan memproduksi terlalu banyak unsur kimia pembawa pesan. Unsur kimia ini menyerang pembunuh darah dan mengakibatkan kerusakan sehingga cairan mengalir ke luar, sampai akhirnya organ-organ tidak berfungsi.

Pertanyaan belum terjawab

Para peneliti mengahadapi banyak pertanyaan. Apa yang terjadi di dalam sel? Bagaimana virus menggunakan sel-sel untuk berkembangbiak? Itu ingin diketahui peneliti, untuk menemukan cara terapi penyakit. Tapi itu masih butuh waktu lama.

Namun demikian, beberapa vaksin nampaknya cukup menjanjikan. "Pada monyet vaksin ini berfungsi baik dan melindungi 100%. Apakah dampaknya sama pada manusia? Itu kami belum tahu. Dua vaksin rencananya akan diuji klinis. Memang sudah terlambat. Seharusnya sudah dimulai sejak dulu,demikian Becker. >Kapan epidemi berakhir, sejauh ini belum diketahui. Virus nampaknya masih akan merenggut nyawa banyak orang.