1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perubahan Iklim Pengaruhi Metabolisme Hutan

Maria Lesser20 September 2014

Terdapat kaitan timbal balik rumit antara metabolisme hutan dengan perubahan iklim serta faktor alami lainnya.

https://p.dw.com/p/1DFXy
Dunkelheit im Wald
Foto: Fotolia/andreiuc88

Para ilmuwan sejak lama mempertanyakan: seberapa besar volume simpanan CO2 dalam tanah. Untuk itu Markus Reichstein dan timnya dari Institut Max-Planck untuk Bio-geo-kimia meneliti hal tersebut. Beberapa hari terakhir, suara bising alat bor terdengar dari Taman Nasional Hainich, hutan tanaman berdaun lebar terbesar se-Eropa.

"Kami dapat menegaskan, lebih banyak kandungan karbon dalam tanah ketimbang pada tumbuhan. Perkiraannya, unsur karbon yang tersimpan dalam tanah, dalam 10 tahun akan berlipat tiga", ujar Markus.

Symbolbild Öko Knast
Fotosintesa pada daun dipengaruhi cuaca dan musim.

Volume yang luar biasa, setara 3 trilyun ton. Tapi unsur karbon tidak abadi tersimpan dalam tanah. Jamur dan bakteri akan menguraikan sampah daun dan akar, dan dengan itu juga melepaskan lagi karbon ke udara. Itu alamiah dan tidak bermasalah. Yang bermasalah adalah aktivitas manusia, dengan emisi karbondioksida yang menaikkan suhu global. Situasi ini memicu mikroorganisme makin aktif, dan memproduksi lebih banyak karbon.

Di laboratorium sampel tanah ini diteliti lebih jauh. Berapa banyak kandungan karbon dioksida dalam tanah, terlihat saat dibakar. Dalam larutan juga bisa dilacak keberadaan karbon organik.

Model metabolisme hutan

Para ilmuwan juga mengukur banyak faktor lainnya. Misalnya: bagaimana aktivitas daun, kapan dilakukan fotosintesa dan seberapa banyak memanfaatkan CO2 dari atmosfir.

Markus Reichstein memaparkan: "Kami juga mengamati pertukaran unsur antara hutan dan atmosfir. Ini mirip dengan mengukur fungsi paru-paru manusia. Kami meneliti komposisi gas, yang bisa diibaratkan analisa darah. Kami juga meneliti semua fungsi penting di bumi, terutama antara ekosistem dan atmosfir."

Para peneliti melakukan banyak penghitungan data pengukuran dari hutan serta dari stasiun pengukuran di seluruh penjuru dunia dan data satelit pengamat global. Dengan itu tercipta sebuah model.

"Makin hijau, artinya makin banyak fotosintesa. Di kawasan Eropa terutama saat musim panas Juni, Juli, Agustus. Tapi di Asia misalnya, sangat tergantung monsun. Jika kemarau fotosintesa menurun, tapi saat musim hujan akibat monsun, fotosintesa meningkat," ujarnya.

Perubahan Iklim

Para peneliti memang sudah banyak mengetahui data kondisi bumi. Tapi iklim bumi terus berubah. Markus Reichstein hendak membuat metode peramalan yang lebih baik terkait bagaimana pengaruh perubahan iklim dan dampak cuaca ekstrim yang makin sering terhadap ekosistem hutan.

Kenaikan kecil suhu masih bisa ditanggulangi secara alamiah oleh hutan. Tapi periode kemarau panjang yang makin sering, menjadi ancaman bahaya besar.

"Kami mengamati, sejumlah spesies lebih terancam dibanding yang lainnya. Artinya, beberapa jenis pohon akan musnah, tapi jenis baru juga akan muncul. Sejauh ini, kita harus memprediksi perubahan vegetasi di masa depan, tambah Markus."

Lanskap hutan di Eropa dalam beberapa dasawarsa mendatang mungkin akan berbeda tampilannya dari saat ini. Dan dengan model perubahan vegetasi, para ilmuwan sebelumnya mungkin sudah tahu, bagaimana komposisinya.