1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penghematan Ketat Atau Solidaritas Eropa

Andreas Becker/as11 Oktober 2014

Pengamat konjungtur mulai melihat pratanda ancaman resesi di Jerman. Kini negara-negara Eropa penentang politik penghematan pemerintah Jerman ibarat mendapat angin. Komentar Andreas Becker.

https://p.dw.com/p/1DT0M
Symbolbild Deutschland Europa Flagge
Foto: picture-alliance/dpa

Prognosa konjungtur bagi Jerman makin kelabu. Institut peneliti ekonomi terkemuka kini menurunkan drastis ramalan pertumbuhan ekonominya pada tataran 1,3 persen untuk tahun berjalan, dan 1,2 persen pada tahun depan.

Ini hanya sebuah berita buruk terbaru, dari rangkaian berita buruk sebelumnya. Sebelumnya dilaporkan volume ekspor merosot drastis. Order dan produksi di sektor industri sejak krisis keuangan 2009 juga menurun. Terutama yang terkena adalah jantung ekonomi Jerman, yakni pabrik mesin dan instalasi.

Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah memperingatkan ancaman krisis global baru, sekaligus menurunkan prognosa konjungtur global serta produk domestik kotor Jerman. Barometer konjungtur, baik di sektor ekonomi, pasar bursa serta daya beli warga, selama berbulan-bulan terus menunjukkan penurunan.

Pemerintah Jerman, sejauh ini terus menggunakan alasan lemahnya sinyal konjungtur, untuk menuntut negara-negara tetangga di Eropa agar menerapkan politik anggaran lebih ketat serta melakukan reformasi.

Negara Eropa yang disasar kanselir Angela Merkel, terutama Perancis dan Italia. Pesannya tegas: ikuti langkah Jerman dan semua bakal beres.

Andreas Becker, DW-Wirtschaftsredaktion
Andreas Becker, redaktur ekonomi DW.Foto: DW/Matthias Müller

Namun rangkaian berita buruk, kini memperlihatkan, ekonomi Jerman yang tergantung ekspor, tidak bisa tumbuh, jika kondisi negara tetangga Eropa juga tidak baik. Pasalnya, dua pertiga komoditas ekspor Jerman dibeli tetangga Eropa.

Realitanya, pemerintah Jerman juga tidak bisa berbuat banyak, untuk mendongkrak pertumbuhan yang juga makin lemah di negara ambang industri seperti Cina atau Brasil. Tapi, Jerman bisa berbuat banyak di Eropa.

Sejauh ini, kanselir Merkel selalu menolak usulan solusi yang benar-benar solidaritas bagi penanggulangan krisis Eropa: mulai dari surat utang bersama Euro hingga pengamanan kapital bersama dalam gabungan perbankan.

Tidak berutang atau Eropa

Desakan Perancis dan Italia untuk menambah ruang gerak dalam politik penghematan serta tuntutan agar Jerman menambah investasi, sejauh ini terus mendapat penolakan dari Berlin.

Padahal investasi di sektor infrastruktur dan pendidikan diperlukan sangat mendesak. Investasi publik dan swasta, yang pada tahun 1990-an volumenya sekitar 25 persen dari kinerja keseluruhan ekonomi Jerman, dewasa ini turun ke tingkat hanya 17 persen. Angkanya jauh di bawah rata-rata negara industri maju anggota OECD.

Sebaliknya dari itu, Jerman terus menonjolkan proyek kesayangannya, berupa anggaran neraca yang saldonya nol. Ini merupakan sinyal, agar negara tetangga Eropa meneladani politik Jerman.

Para peneliti konjungtur dalam rekomendasi musim gugur, melontarkan kritiknya. "Ini adalah proyek gengsi, yang dari pandangan ekonomi aktual, tidak bermanfaat." Perancis bertepuk tangan mengamini kritik itu.

Adalah bijaksana, memandang skeptis seruan untuk terus membuat utang baru. Tapi juga keliru, tidak mempedulikan pratanda krisis terbaru, dan terus ngotot mempertahankan politik penghematan.

Di tahun-tahun stagnasi ekonomi dimana 26 juta warga Uni Eropa menganggur, saat sistem sosial melemah dan partai ultra nasionalis makin menguat, merupakan alasan yang kuat untuk berpaling dari dogma penghematan ketat.

Jika pemerintah Jerman dalam hal ini menteri keuangan tetap ngotot, mempertahankan politik neraca anggaran nol utang, terlihat dengan tegas bahwa Berlin tidak percaya masa depan dan juga tidak percaya pada Eropa.