1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kuasa Tak Berbatas Kriminal Cyber

Gaby Reucher19 Desember 2014

Karena ancaman sekelompok peretas, Sony Pictures urung merilis film komedi "The Interview" yang mengisahkan rencana pembunuhan diktatur Korea Utara Kim Jong Un. Inilah contoh kebebasan yang tunduk pada kriminalitas cyber

https://p.dw.com/p/1E7MC
USA New York The Interview Filmplakat 18.12.2014
Foto: M. Thurston/AFP/Getty Images

Seandainya Sony memiliki pasukan peretas yang dini mengendus celah keamanan dan meredam ancaman, maka fatwa haram Pyongyang terhadap film komedi The Interview mungkin tidak akan memancing huru hara di Hollywood.

Perusahaan Jepang itu sebenarnya sudah sering menjadi sasaran serangan Cyber. Beberapa waktu lalu peretas berhasil mencuri data kartu kredit milik pegawai Sony. Sebagian besar data itu lantas beredar di internet. Namun Sony tidak banyak belajar dari kejadian tersebut, kata Stephan Urban, bekas peretas yang kini aktif memerangi kejahatan cyber.

"Kasus semacam itu bukan kecelakaan, tapi keteledoran."

Pencurian data terakhir tidak cuma membocorkan Email, dokumen rahasia, naskah film yang belum dirilis atau kartu kredit saja, melainkan juga memaksa Sony menghentikan peredaran The Interview di Amerika Serikat.

The Interview berkisah tentang dua wartawan yang direkrut dinas rahasia CIA buat membunuh diktatur Korea Utara, Kim Jong Un. Korea Utara bereaksi keras dan menyatakan protes atas pemutaran film itu. Kelompok peretas yang menamakan diri "Guardians of Peace" mengancam akan memublikasikan data-data curian jika film itu tetap dirilis di layar lebar.

Menurut studi Komisi Eropa 2010 silam, kira-kira seperlima perusahaan di dunia pernah menjadi korban serangan peretas. Kebanyakan mengincar ketenaran atau uang. Tiga tahun silam, kelompok hacker "Anonymus" membuat geger dengan meretas situs internet milik sebuah perusahaan konsultan AS dan mencuri data-data kartu kredit.

Belakangan juga muncul serangan Cyber bermotif politik atau agama. Dua tahun lalu situs millik beberapa bank papan atas AS menghilang dari internet. Kelompok "Cyber fighters of Izz ad-Din al-Qassam" mengaku mendalangi aksi tersebut dan menuntut penarikan film Muhammad dari internet.

Kelompok "Guardians of Peace" kini berhasil menyulut ketakutan atas terorisme. Pemerintah AS khawatir, kejahatan cyber yang digalang kelompok tersebut akan memprovokasi serangan teror.

Sebagian yakin, film "the Interview" tetap akan bisa ditonton publik umum. "Serangan peretas semacam itu berdampak pada konsumen, bukan perusahaan," ujar Stephan Urban. Menurutznya Sony tetap akan mendulang duit dari sektor lain. "Tapi suatu saat film itu akan mendarat di internet. Tidak ada yang bisa mencegahnya," katanya.