1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Terorisme Siber Masuki Dimensi Baru

Matthias von Hein (as/vlz)11 April 2015

Serangan peretas IS ke stasiun TV5 Monde di Perancis menjadi kasus nyata dari terorisme siber dalam dimensi baru. Aksi serangan siber semacam ini akan terus meningkat di masa depan. Perspektif Matthias von Hein.

https://p.dw.com/p/1F5lH
Frankreich gehackte Facebook Seite von TV5 Monde
Foto: Reuters/C. Hartmann

Citra para jihadis Islamic State yang dikenal dunia selama ini adalah orang-orang berbusana Arab di abad pertengahan. Tapi metode para teroris ini justru amat modern. Sejak lama teroris IS memanfaatkan dunis siber sebagai medan tempur. Memang selama ini yang diunggah adalah video pembantaian sandera, yang diproduksi secara profesional atau majalah online dan propaganda lewat media sosial.

Tapi setelah serangan para peretas yang menamakan dirinya "Kalifah Siber" ke stasiun televisi internasional Perancis TV5 Monde, semua menyadari munculnya dimensi baru dari terorisme siber. Serangan itu melumpuhkan secara serentak 11 kanal siaran TV5 Monde. Akun facebook dan twitter stasiun televisi itu juga dibajak. Semua teknik produksi diganggu total. Serangan tidak mampu ditepis selama berjam-jam.

Kasus serangan terorisme siber semacam itu sebetulnya sudah diperingatkan polisi bersama Eropa EUROPOL sejak akhir tahun 2014. Kalifah Siber pada pertengahan Januari lalu menarik perhatian dengan serangan yang tidak berbahaya. Mereka membajak akun Youtube dan Twitter komando sentral Amerika yang bertanggung jawab untuk perang di Suriah dan Irak selama 30 menit.

Deutsche Welle Chinesische Redaktion Matthias von Hein
Matthias von Hein redaktur DW.Foto: DW

Akibat serangan itu tidak ada data strategis yang bocor. Tapi informasi pribadi serdadu AS di Suriah dan Irak serta data keluarga mereka dipublikasikan lewat jejaring virtual, yang membuat para serdadu resah.

Tapi serangan terbaru ke stasiun TV5 Perancis terlihat lebih kompleks dan lebih berdampak berat. "Jihadis peretas" Islamic State kelihatannya belajar banyak dari ujicoba pertama.

Problemnya: bahaya serangan peretas kriminal atau teroris akan semakin besar di era dimana dunia virtual dan dunia real tumbuh makin tidak terpisah. Laporan ancaman bahaya sudah banyak. Korea Selatan melaporkan serangan peretas ke instalasi atomnya. Jawatan kriminal Jerman menyebutkan serangan peretas untuk menghancurkan tanur peleburan baja. Pertanyaan berikutnya: bencana apa yang akan terjadi, jika serangan peretas menghancurkan pabrik kimia? Atau menyabot infrastruktur kritis seperti pemasokan listrik, air dan teknik lalu lintas kereta dan pesawat terbang?

Realitanya dunia ini justru akan semakin tidak aman. Revolusi industri tahap berikutnya yang disebut "Industri 4.0" merupakan sebuah proyek yang berusaha menggabung total semua jejaring dalam teknik proses produksi. Para teroris siber pasti akan senang. Pasalnya, peluang untuk membuat kekacauan atau bencana global juga akan semakin besar.