1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Saya manfaatkan Joshua untuk membuat The Look of Silence"

Anett Keller20 Oktober 2015

Sejak saudara laki-lakinya dibunuh dalam arus 1965, Adi Rukun harus hidup berdampingan dengan pelaku. Kepada DW ia bercerita tentang risiko yang dihadapinya buat membuka sejarah kelam itu dalam film The Look of Silence

https://p.dw.com/p/1Gr2N
Filmszene The Look of silence
Foto: Dogfoof

Adi Rukun baru dilahirkan ketika saudara laki-lakinya menjadi korban pembantaian PKI 1965. Sejak saat itu keluarganya harus hidup bersandingan dengan sang pembunuh.

Kisahnya muncul dalam film dokumenter The Look of Silence karya Joshua Oppenheimer. Kepada Anett Keller ia berkisah mengenai risiko yang ia ambil demi mengungkap masa lalu dan bagaimana reaksinya ketika dihadapkan pada pembunuh abangnya tersebut.

Inilah kutipan wawancaranya:

DW: Kapan dan di mana anda pertamakali ketemu dengan Joshua Oppenheimer?

Adi Rukun: Waktu itu tahun 2003, Josh datang ke kampung kami dan bertemu dengan Ibu di sana. Josh bercerita banyak kepada Ibu dan ada juga Agung di sana. Mereka membincangkan tentang pembunuhan abang saya, Ramli dan orang orang korban 65. Waktu itu Ibu saya menyarankan kepada Joshua untuk bertemu dengan saya. Jadi kami bertemu dan bicara banyak tentang abang saya, Ramli dan korban 65.

Apakah baru tahu dari Joshua tentang pembunuhan Ramli?

Tentang pembunuhan Ramli Ibu banyak cerita. Aku tahu tentang masalah pembunuhan 65 dari Mamak. Tapi Mamak tidak tahu tentang pembunuhan yang di luar kampung. Ibu pada setiap kesempatan selalu bercerita berulang-ulang. Jadi cerita tentang pembunuhan Ramli sesuatu yang sangat rutin aku dengar dan sudah hafal. Ramli dibunuh waktu dia berumur 23 tahun.

Filmszene The Look of silence
Adi Rukun, adik dari korban pembunuhan 1965Foto: Dogfoof

Apa motivasi anda menjadi bagian dari film “Senyap”.

Sebetulnya ini… kalau aku bilang itu misteri. Dari kecil aku sering menonton film propaganda Orde Baru dan mengetahui pelajaran di sekolah yang diberikan tentang 65 adalah bohong. Saya punya pemikiran: „Ini, kok, begitu, ya. Sejarah dibengkokkan. Kok, ada yang mau meluruskan sejarah ini terbuka, ada yang berani mengungkap sesungguhnya apa yang terjadi pada waktu itu. Saya berangan-angan pada waktu itu, maunya ada yang buka dan buat film agar banyak orang bisa nonton apa yang terjadi.

Jadi ketika Joshua datang dan membicarakan tentang Ramli dan tentang akan membuat film, aku sangat terkejut dan merasa seperti tiba tiba yang saya impikan dari dulu kok muncul di depan mata. Kesempatan ini aku rasa tidak mungkin aku sia siakan karena nggak mungkin datang duakali. Waktu itu saya merasa, ya mungkin aku bisa memanfaatkan Joshua untuk bikin film itu, artinya kebetulan ketemu pasangan yang sangat pas.

"The Act of killing“ sebenarnya rekamannya pada waktu yang bersamaan hanya daerah agak berbeda. Pada waktu itu dia hanya mengambil gambar, mungkin pada waktu itu untuk membuat dua film belum ada niat. Seiring berjalannya waktu mungkin dia berpikir pengakuan pelaku dan pengakuan korban mungkin tidak bisa dijadikan satu film karena kalau jadi satu mungkin mengurangi arti apa yang sesungguhnya terjadi.

Tapi ada adegan film yang diambil sekitar 2011, misalnya adegan dimana anda menghadapi para pelaku?

Ya antara 2011 dan awal 2012. Memang adegan itu diambil pada akhir, karena kalau „Jagal“ sudah ke luar, si Josh sudah tidak berani lagi datang ke Indonesia.

Sekarang “Senyap” sudah diputar di banyak tempat di Indonesia. Bagaimana “Senyap” merubah hidupnya anda?

Italien Filmfestspiele Venedig 2014 Filmszene The Look of Silence
Salah satu adegan dalam film The Look of SilenceFoto: 71st Venice International Film Festival

Setahun sebelum launching kami sudah merencanakan dengan tim untuk kepindahan kami, karena mungkin tidak akan aman. Tapi itu semua merubah hidup kami, kami hidup lebih baik, kami sekeluarga juga merasa merdeka karena tidak lagi hidup di satu lingkungan dengan para pembunuh. Kami merasa aman, dari segi ekonomi juga lebih baik dan anak anak dapat pendidikan yang jauh lebih baik daripada di tempat awal kami.

Apakah semua keluarga pindah, Ibu dan Bapak juga?

Bapak sudah meninggal tahun 2013. Kalau Mamak di rumah kakak di Medan. Mungkin kalau Mamak masih di kampung kayaknya tidak apa apa. Keluarga pelaku sepertinya kalau merasa bersalah nggak mungkin justru menyerang, tapi si bisa saja terjadi. Aku tidak berminat balik.

Di film ada beberapa adegan di mana anda menghadapi pelaku, misalnya ada satu mantan pemimpin komando aksi yang mengancam anda. Dia sekarang pada posisi apa?

Ada dua komando tertinggi, yang satu sekarang posisinya sebagai tokoh masyarakat dan dia pengusaha juga di kabupaten yang sangat besar Deli Serdang. Yang kedua saat ini posisinya adalah wakil ketua DPRD di Serdang Bedagih. Dia menjadi anggota DPRD sejak tahun 1971 sampai sekarang, posisinya selalu kalau nggak wakil ketua, ya ketua, kalau nggak ketua, ya wakil ketua. Yang lain lain sudah kelihatan lebih tua, tapi pada umumnya kalau di daerahku memang kelompok orang ini sangat kuat dan sangat berkuasa.

Italien Filmfestspiele Venedig 2014 Filmregisseur Joshua Oppenheimer The Look of Silence
Joshua Oppenheimer, Sutradara The Look of SilenceFoto: Daniel Bergeron

Berkuasa dalam arti punya massa dan duit?

Ya itu sudah jelas, mereka punya massa sangat besar. Kalau di Sumatra Utara PP (Pemuda Pancasila) paling dominan sekarang dan paling memegang peranan dalam segala hal. Bahkan pemerintah daerah takut ke mereka.

Bagaimana cara mereka mencapai tujuannya dalam bidang politik dan ekonomi

Namanya juga preman. Dulu mereka selalu meminta kepada pejabat dan pengusaha setempat. Sekarang mereka sudah terlibat di dalamnya semua. Mereka pejabat, penguasa. Mereka punya banyak uang. Dan intimidasi, ancaman dan kekerasan sudah ada hal yang biasa. Yang paling lembut dengan memberi uang agar misalnya kalau ikut pemilihan kepala daerah atau jadi anggota dewan itu dengan bayar. Itu hal yang biasa.

Jadi di sana ada banyak keluarga yang mengalami hal seperti keluarga anda dan masih merasa takut?

Ya. Ada abangku nomer dua, dia waktu kejadian umur 18 tahun. Dia sangat trauma sampai sekarang, kalau mau diajak ngomong dia nggak mau. `Jangan dibuka`, dia seperti itu. Sama juga dangan ayah, dia juga nggak mau bercerita tentang pembunuhan Ramli dan tentang apa yang terjadi di tahun 65 itu. Dia trauma yang sangat berkepanjangan. Pada waktu rekaman film dia kesasar, dia takut dipukulin orang. Dia selalu pesan pada saya: `Nggak usah ikut kumpul2`, maksudnya nggak usah ikut organisasi. Mungkin dia takut anaknya bisa hilang keduakali. Pada waktu Joshua datang pertamakali kami mengumpulkan beberapa orang, itu ada yang nangis nangis karena takut.

Bersambung ke Bagian Dua