1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Posisi Libya Setelah Serangan Lockerbie 20 Tahun Lalu

20 Desember 2008

Minggu (21/12) merupakan 20 tahun serangan Lockerbie. Aksi tersebut terjadi tahun 1988. AS dan Inggris menyalahkan pemimpin pemerintah Libya Moammar Ghadafi sebagai dalang serangan.

https://p.dw.com/p/GKJm
Moammar Gadhafi, semua ingin menjadi mitranyaFoto: AP

Moammar al Gadhafi adalah laki-laki yang bertahun-tahun dianggap sebagai wujud kejahatan. Dulu Gadhafi mendukung sejumlah kelompok politik dan rezim yang oleh negara barat dimasukkan dalam daftar teror. Sedangkan Libya sendiri dianggap sebagai negara yang bertanggungjawab atas sejumlah serangan yang menelan ratusan nyawa. Namun itu semua masa lalu. Desember 2003 Gadhafi mengaku pemerintahnya terlibat dalam serangan Lockerbie. Ia membayar ganti rugi bagi korban teror. Ia menghentikan program senjata pemusnah massal Libya dan menawarkan diri sebagai mitra dalam perang memberantas terorisme internasional.

Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengatakan: "Keputusan Ghaddafi adalah bersejerah dan berani. Saya bertepuk-tangan."

Sedangkan Presiden Amerika Serikat George W. Bush waktu itu menambahkan: "Libya kini menempati posisi yang terhormat dan aman di dunia - termasuk kemitraan baik dengan Amerika Serikat."

Sejak itu sejumlah pemerintah berlomba, agar kebagian kemurahhatian Gadhafi. Alasannya, Libya kaya akan minyak dan gas. Negara itu memiliki cadangan minyak terbesar di benua Afrika yang diduga belum tersedot sama sekali. Selain itu, setelah selama hampir dua dekade diberlakukan sanksi, infrastruktur ekonomi negara itu terkuras habis dan harus dimodernisasi secepat mungkin. Itu berarti, proyek besar-besar senilai jutaan dolar Amerika Serikat atau Euro. Tidak ada negara yang mau ketinggalan jika Libya memulai dengan pembangunan infrastrukturnya.

Jerman bahkan memberlakukan kembali jaminan negara Hermes jika terjadi kepailitan proyek investasi di Libya. Kenyataan bahwa Moammar Gadhafi masih memerintah dengan tangan besi dan nampaknya, dalam waktu dekat ini Gadhafi tidak akan mengubah sistem pemerintahannya menjadi sistem demokrasi, memainkan peran yang tidak penting. Kini masayarakat internasional kembali menjadi tamu rutin di Tripolis. Bahkan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice September lalu menyempatkan diri untuk mampir di Libya. Hal ini merupakan kunjungan bersejarah, mengingat menteri luar negeri Amerika Serikat terkahir yang melakukan hal yang sama adalah John Foster Dulles, 55 tahun lalu.

Di Tropolis Condoleezza Rice mengatakan: "Ini merupakan waktu yang tepat untuk mulai menjalin kemitraan konstruktif Amerika Serikat dan Libya." (an)