1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dunia Cepat Bereaksi

30 April 2009

Virus flu babi terus menyebar. Pemerintahan di berbagai negara bereaksi cukup cepat. Antisipasi dunia cukup baik.

https://p.dw.com/p/Hhkf

Harian Spanyol El Mundo menulis:

Flu babi meluas dengan pesat ke seluruh dunia. Dapat diperkirakan, banyak orang yang terinfeksi sudah menularkan virus ini kepada sobat dan kerabatnya. Karena itu, banyak kasus yang masih akan muncul. Jadi pandemi memang mengintai di setiap sudut. Tapi ini bukan alasan untuk menjadi panik. Tingkat kematian yang disebabkan flu ini sangat rendah, dan ada obat yang cukup ampuh. Pemerintahan di berbagai negara sampai sekarang sudah bertindak benar. Yang terinfeksi dengan cepat diisolasi. Pertanyaannya sekarang, apakah penerbangan ke Meksiko dan Amerika Serikat perlu dilarang. Langkah seperti itu tentu mampu memperlambat penyebaran virus. Tapi ada dua kerugian. Pertama, langkah itu sebenarnya sudah terlambat, kedua, biaya ekonomisnya sangat tinggi.

Mengenai bahaya penyebaran flu babi, harian Swiss Neue Zürcher Zeitung berkomentar:

Jika merambahnya virus baru ini ternyata tidak seburuk daripada yang dikhawatirkan, itu lebih baik. Untuk sementara memang ada petunjuk-petunjuk yang boleh jadi menenangkan. Misalnya bahwa sebagian besar kasus infeksi yang terjadi di luar Meksiko sampai sekarang tidak terlalu parah. Jumlah korban meninggal pada beberapa hari terakhir juga tidak meledak atau meningkat drastis. Ini membangkitkan sedikit harapan, bahwa pandeminya, jika itu memang terjadi, bisa saja berupa pandemi yang tidak ganas. Tapi masih terlalu dini untuk menurunkan kesiagaan. Virus ini bisa bermutasi dan menjadi lebih agresif. Namun kebalikannya juga mungkin, bahwa virus ini menyesuaikan diri dengan manusia dan menjadi kurang berbahaya.

Tema lainnya, penarikan pasukan Inggris dari Irak. Enam tahun setelah perang Irak dimulai, Inggris secara resmi mengakhiri operasi tempurnya di Irak. Harian Independent yang terbit di London menulis:

Enam tahun setelah Inggris ikut serta dalam invasi Amerika Serikat ke Irak, bab menyedihkan ini akhirnya dapat ditutup. Perang Irak sudah menumpahkan darah dan mencemari kredibilitas politik Inggris. Harian ini sejak dulu dengan tegas menentang perang tersebut. Kami juga menyesalkan pendudukan yang buruk, yang malah menyebabkan munculnya konflik baru dan membawa Irak ke tepi jurang perang saudara. Kami menyesalkan, bahwa tidak lebih banyak yang bisa dicapai. Situasi di Basra sekarang mungkin lebih tenang dari sebelumnya, namun tetap saja belum ada pasokan listrik dan air minum secara teratur. Kami berharap, dengan berjalannya waktu, warga Irak akan memberi penilaian lebih lunak.

Harian-harian Jerman menyoroti kunjungan menteri luar negeri Frank-Walter Steinmeier ke Afghanistan. Kunjungan itu dibayangi serangan gelap yang menewaskan seorang serdadu Jerman. Harian Frankfurter Rundschau menulis:

Kunduz terletak sekitar 250 kilometer dari Kabul. Di Kabul menteri luar negeri Jerman menemui Hamid Karzai. Di Kunduz pihak Taliban melakukan serangan gelap terhadap militer Jerman, Bundeswehr. Di antara kedua kutub inilah politik internasional bergerak. Di satu pihak ada dukungan politik untuk sebuah rejim yang patut diragukan. Di lain pihak ada konflik militer dengan para pejuang Taliban yang masih tetap kuat. Di antara kedua kutub itu, ada bantuan untuk membangun sebuah masyarakat. Apakah itu akan membantu? Tentu tidak, jika Pakistan makin tidak stabil. Diperlukan sebuah strategi regional secara keseluruhan. Para ahli dan politisi sepakat tentang hal ini.

HP/dpa/afp

Editor: Dewi Gunawan-Ladener