1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

050510 Revolution im Bett

Susanne von Schenck18 Agustus 2010

Pasca Perang Dunia 2, seksualitas masih menjadi tema tabu dalam masyarakat Jerman. Di bekas Jerman Barat awalnya hanya perempuan yang telah menikah dan melahirkan banyak anak, yang mendapat resep untuk pil anti hamil.

https://p.dw.com/p/OqE1
Foto: picture-alliance/dpa

Pada tanggal 18 Agustus 1960, pil anti hamil dipasarkan pertama kali di Amerika Serikat. Satu tahun kemudian, Jerman juga memasarkan pil itu. Pil anti hamil mengubah masyarakat Barat, khususnya dalam kehidupan seksualitas. Gerakan Flower Power, Woodstock, Love and Peace, tanpa pil anti hamil, tidak mungkin terjadi.

Awal Pemakaian

Pasca Perang Dunia ke 2, masyarakat Jerman bersifat kaku, terlalu malu dan zaman itu, seksualitas adalah tema yang sangat tabu. Namun hal itu berubah setelah ditemukan pil anti hamil. Anovlar adalah pil anti hamil Jerman pertama yang dipasarkan oleh perusahaan farmasi Schering pada tahun 1961. Guiseppe Vita yang waktu itu bekerja di perusahaan Schering menceritakan dalam wawancara radio, bahwa produk tersebut awalnya hanya dipakai oleh perempuan yang merasa kesakitan saat menstruasi. Hanya sebuah petikan kecil dalam petunjuk penggunaannya yang menerangkan, bahwa produk tersebut dapat menghalangi kehamilan.

Guiseppe Vita menuturkan, "Itu bukan tipu-muslihat. Waktu itu tema kontrasepsi tidak sering dibicarakan. Namun setelah pil anti hamil dipasarkan, temanya menjadi sesuatu yang biasa. Kemudian media juga mengangkat tema tersebut. Bahwa dengan pil itu, kehamilan dapat dicegah. Akhirnya, kalangan perempuan minta resepnya pada dokter.“

Perilaku Kehidupan

Di Jerman Barat awalnya hanya perempuan yang telah menikah dan melahirkan banyak anak, yang mendapat resep untuk pil anti hamil. Sedangkan di Jerman Timur semua perempuan boleh membeli pil tersebut. Anja Wagner, seorang perempuan asal Jerman Timur menceritakan, "Saya berasal dari bekas Jerman Timur. Dulu di sana, minum pil anti hamil merupakan hal biasa. Waktu itu tidak jadi masalah. Dulu saya punya pacar tetap dan pil tersebut adalah alat kontrasepsi yang umum."

Anja Wagner, yang ketika pertama kali memakai pil anti hamil berusia 17 tahun, menambahkan, "Kaum muda waktu itu ingin menikmati kehidupan seksual dan itu, pada usia yang masih relatif muda. Namun apakah dampaknya buruk atau tidak, saya tidak ingin menilainya. Saya sendiri tidak merasakan adanya dampak buruk."

Efek Sampingan

Antara tahun 1964 dan 1978 angka kelahiran anak di Jerman Barat menurun sekitar 46 persen. Fase ini dikenal dengan sebutan pemangkasan angka kelahiran anak oleh pil. Dan semakin banyak perempuan yang mengritik, bahwa banyak yang merasa dirinya sebagai obyek yang selalu siap dipakai. Selain itu, substansi yang dikandung pil berpengaruh pada kerja hormon-hormon tubuh. Banyak yang mengalami kenaikan berat badan, migren, trombosis dan depresi.

Namun itu hanya efek sampingan ringan. Efek beratnya misalnya, pada pil produk zaman itu, kadar estrogennya empatpuluh kali lipat dari sekarang. Tetapi karena dikembangkan terus, produknya semakin baik dan efek sampingannya juga berkurang. Kini sepertiga perempuan di Jerman memakai pil anti hamil sebagai alat kontrasepsi.