1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

251010 Mexiko Drogen

26 Oktober 2010

Empat tahun terakhir sejak Presiden Meksiko Felipe Calderon mengerahkan angkatan bersenjata untuk melancarkan perang terhadap kartel obat bius, kurang lebih 30 ribu warganya tewas dalam perang obat bius ini.

https://p.dw.com/p/PngI
Presiden Meksiko Felipe CalderonFoto: picture-alliance/ dpa

Lucila Ocanas baru berumur 21 tahun. Awal Oktober lalu ia tewas saat bentrokan terjadi antara pihak keamanan dan kelompok obat bius di kota Monterrey. Lucila kebetulan berada di lokasi kejadian dan tidak sengaja tertembak. Ibunya menghimbau agar perang sia-sia melawan kartel obat bius dihentikan, “Mustahil pemerintah tidak dapat mengatasi situasi ini. Pemerintah harusnya lebih cerdik dalam bernegosiasi dengan orang-orang ini atau dalam melegalisasi obat bius. Jika ada orang yang ingin mati karena obat bius, biarlah ia melakukannya. Itu keputusannya.”

Pertimbangan legalisasi obat bius juga didukung lima mantan presiden Amerika Latin, antara lain mantan Presiden Meksiko Vicente Fox dan mantan Presiden Brasil Fernando Cardoso. Menurut mereka, hanya dengan legalisasi masalah bisa diatasi dan kekerasan dapat dihindari. Di Meksiko hingga sekarang orang tidak dihukum, jika memiliki mariyuana dalam jumlah kecil. Peraturan ini tetap diberlakukan Presiden Meksiko Felipe Calderon. Ia menolak legalisasi obat bius, tapi sementara ini hanya ia lontarkan dalam diskusi tertutup.

“Debat tentang peraturan obat bius sangat penting. Tapi banyak ahli berargumentasi, legalisasi obat bius dan penerimaan masyarakat terhadap hal itu, akan meningkatkan konsumsi obat bius. Dampak peraturan ini berbahaya bagi generasi muda,” dikatakan Felipe Calderon.

Calderon tetap gencar memerangi kartel obat bius, sekalipun hasilnya hingga saat ini mengecewakan. Selama masa pemerintahannya, tercatat 28 ribu orang tewas, dan bertambah setiap harinya. Sebagian tewas dalam perang antar kartel obat bius, lainnya dalam aksi pemberantasan, juga orang yang tak tahu apa-apa seperti Lucila dari Monterrey.

Kritik di dalam negeri semakin gencar. Kartel obat bius tidak bisa diberantas, hanya dengan mengandalkan sedikti polisi dan tentara, kata pakar keamanan. Banyaknya anak muda tanpa perspektif, ketidakadilan dan jurang antara yang kaya dan miskin, menyuburkan kartel obat bius. Presiden Calderon sendiri bahkan dituduh terlibat kartel.

Kekuatiran dunia internasional juga meningkat. Menteri Luar Negeri AS Clinton membandingkan keadaan di Meksiko dengan Kolumbia 20 tahun silam. Di kolumbia, pengedar obat bius juga ditumpas secara militer. Dengan perjanjian yang disebut Plan Colombia tahun 1999, negara ini mendapat dukungan besar-besaran dari Amerika Serikat. Hasilnya, kartel obat bius kehilangan pengaruh. Tetapi perkebunan kokain kembali dibangun di Peru, Bolivia, juga Kolumbia.

10 tahun setelah Plan Colombia, pemerintah tidak mampu menyetop perdagangan obat bius. Ribuan orang tewas dan ratusan ribu lainnya mengungsi demi menghindari perang obat bius. Meksiko tidak boleh berakhir seperti Kolumbia, kata Camilo Gonzales, pakar obat bius Kolumbia. “Jika presiden Meksiko melanjutkan perang ini, ia akan kalah. Mungkin ia dapat menangkap atau menewaskan beberapa bos obat bius, tapi gelombang kekerasan akan meningkat. Solusi bagi bisnis multinasional ini juga harus multinasional. Dan ini bisnis bukan perang. Penting untuk tahu, kemana keuntungan mengalir. Perang sama sekali bukan solusi, perang adalah bisnis terburuk.“

Martin Polansky/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid