1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Brasil Diterjang Banjir dan Lumpur

14 Januari 2011

Beberapa hari setelah banjir dan longsoran lumpur menewaskan sedikitnya 500 orang di Brasil, dukacita tampak jelas di daerah subur yang kini tertutup genangan air dan lumpur merah coklat.

https://p.dw.com/p/zxjH
Bagian kota Nueva Friburgo porak poranda setelah hujan lebat dan longsorFoto: picture-alliance/dpa

Brasil menderita bencana alam terburuk setelah banjir lumpur dekat Rio de Janeiro menewaskan lebih dari 500 orang, menurut pendataan hari Jumat ini (14/01). Pemerintah kota di kawasan Serrana, sebelah utara Rio de Janeiro, mengatakan, sedikitnya 506 orang tewas. Angka ini melampaui korban tragedi banjir lumpur tahun 1967, yang selama ini dianggap sebagai bencana terbesar di Brasil.

Diperkirakan akan lebih banyak ditemukan mayat di bawah timbunan lumpur, seiring tibanya para petugas penyelamat yang terhalang sampai ke lokasi akibat hancurnya jalan dan jembatan. Upaya untuk menemukan korban selamat berhadapan dengan resiko longsor lanjutan, mengingat hujan terus turun di kawasan yang rentan banjir dan membuatnya semakin tidak stabil.

Rabu, beberapa jam menjelang dini hari, badai mencurahkan air, setara dengan hujan sebulan, mengirim longsoran lumpur yang menyapu kota dan dusun, menghancurkan rumah, jalan dan jembatan serta memutuskan sambungan telefon dan aliran listrik. Dua kota yang paling menderita adalah Novo Friburgo yang mencatat 225 korban tewas, kemudian Teresopolis, 223 korban tewas.

Di depan rumah sakit - rumah sakit, warga berkerumun mencari kabar. Banyak di antara mereka yang baru tahu bahwa keluarganya termasuk di antara korban. Peti-peti jenasah diangkut keluar, silih berganti. Seorang petugas pemadam kebakaran dimakamkan, ia tewas bersama keluarganya: “Dia mencoba merubuhkan tembok untuk menyelamatkan diri bersama keluarganya, tapi terlambat, rumah mereka ambruk."

Mereka tak seberuntung Ilair Pereira de Souza. Banjir menyapu rumahnya namun pada detik-detik terakhir seorang tetangga melempar tali ke arah de Souza yang tanpa pikir panjang langsung menangkap dan melompat: “Saya tidak tahu persis bagaimana saya bisa selamat. Saya juga tidak tahu bagaimana saya bisa membeli kembali semua harta milik saya yang hilang, sepertinya mustahil."

Di bagian lain kota Teresopolis, ratusan orang yang kehilangan tempat tinggal bermalam di gedung sekolah, masih dalam kondisi syok. Presiden Dilma Roussef mengunjungi lokasi hari Kamis (13/01). Ia menguatkan korban yang selamat dan mengingatkan ancaman bahaya yang belum reda.

"Masih akan terjadi longsor akibat hujan lebat. Kita harus memastikan bahwa tidak akan ada lagi korban tewas akibat longsor." Presiden Roussef menjanjikan tindakan tegas oleh pemerintahannya, yang sudah mengucurkan 470 juta dolar dalam bantuan darurat awal dan mengirim tujuh ton obat-obatan dan peralatan medis. Bencana banjir dan longsor ini merupakan ujian besar pertama Roussef sejak menjabat presiden dua pekan lalu, menggantikan pendahulunya yang sangat populer, Luiz Inacio Lula da Silva.

Para pakar meteorologi mengingatkan, hujan deras masih akan turun, hari-hari ini. Situasi bisa menjadi lebih buruk lagi. Di Brasil, dampak terburuk musim hujan diderita oleh perkampungan kumuh dan kawasan pemukiman miskin lainnya, yang kerap dibangun tanpa ijin, di lereng bukit.

Renata Permadi
Editor: Hendra Pasuhuk