1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Jerman: Ada Apa di Balik Gelombang Pemogokan Serikat Buruh?

8 Februari 2024

Pemogokan staf darat Lufthansa di Jerman adalah aksi mogok terbaru yang melanda sektor transportasi. Mengapa awal tahun ini serikat pekerja makin gencar melakukan aksi mogok?

https://p.dw.com/p/4cAfh
Aksi mogok staf darat Lufthansa di Frankfurt
Aksi mogok staf darat Lufthansa di Frankfurt, 7 Februari 2024Foto: Ardavan Safari/dpa/picture alliance

Staf darat Lufthansa hari Rabu (7/2) melancarkan aksi mogok di bandara-bandara utama di Jerman, antara lain di Frankfurt dan München. Januari lalu, serikat masinis kereta api yang mogok, disusul pemogokan petugas keamanan bandara. Setelah itu pekerja layanan tranportasi lokal di banyak kota juga mogok. Gelombang aksi mogok itu sempat melumpuhkan layanan transportasi di Jerman, baik lewat darat maupun lewat udara. Ada apa?

Salah satu serikat pekerja terbesar di Jerman, Verdi, mengatakan bahwa tahun 2023 adalah "tahun tersukses" sejak Verdi dibentuk 2001, yang menggabungkan beberapa organisasi serikat pekerja. Verdi, yang sekarang memiliki hampir 2 juta anggota, mengatakan pada tahun 2023 mereka menerima 193.000 anggota baru.

Serikat-serikat pekerja lain juga mengalami tren serupa. Serikat masinis kereta api, GDL, melaporkan peningkatan keanggotaan sebesar 18% sejak tahun 2015.Sedangkan serikat pekerja tertua di Jerman, NGG, juga melaporkan pendaftaran lebih dari 20.000 anggota baru. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, organsasi serikat buruh mengalami penyusutan keanggotaan secara drastis.

Stefan Körzell dari Konfederasi Serikat Buruh Jerman DGB, organisasi payung bagi beberapa serikat pekerja besar, menyambut baik perkembangan tersebut, dan punya penjelasannya. "Ini merupakan pertanda positif. Kami memiliki piramida usia seperti semua organisasi lainnya, seperti partai, gereja, dan klub. Saya pikir, melalui politik dan representasi kepentingan yang cerdas dalam dua, tiga tahun terakhir, kami telah berhasil mengubah keadaan menjadi lebih baik."

Strike disrupts air travel in Germany

Sebuah perubahan berkelanjutan atau hanya tren sesaat?

Namun Stefan Körzell mengatakan, fakta tahun lalu tampaknya merupakan sebuah anomali, karena keanggotaan serikat pekerja di Jerman terus menurun selama beberapa dekade. Keanggotaan DGB secara keseluruhan telah turun dari 9,3 juta pada pertengahan tahun 1990an menjadi 5,6 juta saat ini. Hal ini terutama karena pergeseran demografis, seiring hilangnya generasi pekerja yang lebih tua karena memasuki masa pensiun.

Thorsten Schulten, peneliti di yayasan Hans Böckler Sriftung yang dekat dengan DGB, yakin bahwa masuknya banyak pekerja baru-baru ini ke serikat pekerja adalah hasil dari perjuangan serikat buruh memperbaiki situasi pekerja.

"Saya pikir, serikat pekerja terkejut dengan betapa kuatnya dukungan dan partisipasi anggota,” katanya. Thorsten Schulten berpendapat, gelombang aksi industrial saat ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya kesulitan sosial.

Stefan Körzell punya pandangan serupa. Krisis ekonomi baru-baru ini yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan perang di Ukraina menyulitkan kaum pekerja. Serikat pekerja, katanya, telah berperan penting dalam memastikan bahwa pekerja tetap mendapat bayaran sepadan dan juga mendapat kompensasi inflasi.

Pekerja jadi lebih percaya diri

Faktor penting lainnya, menurut Thosrsten Schulten, adalah bahwa para pekerja kini menyadari bahwa perusahaan semakin membutuhkan mereka, mengingat adanya kelangkaan tenaga kerja terampil di Jerman. "Mereka tidak takut kehilangan pekerjaan,” katanya. "Tetapi kekurangan tenaga kerja terampil tidak secara otomatis menghasilkan kondisi kerja yang lebih baik – untuk itu diperlukan keterlibatan aktif.”

Marcel Fratzscher, kepala Institut Penelitian Ekonomi Jerman DIW sependapat. "Saat ini ada 1,8 juta lorongan kerja yang tidak terisi, dan para pekerja makin percaya diri dan berkata: 'Kami menginginkan kondisi kerja yang lebih baik dan gaji yang lebih baik,'” katanya kepada DW.

Tapi saat ini, 50% pekerja di Jerman yang tercakup dalam perjanjian perundingan antara asosiasi pemberi kerja dan serikat pekerja. Padahal Uni Eropa menargetkan 80 persen tenaga kerja teorganisasi. Itu berarti, masih banyak yang bisa dilakukan serikat buruh untuk mengajak pekerja yang belum terorganisasi agar mendaftarkan diri sebagai anggota.

(hp/as)