1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
MigrasiJerman

Bagaimana Posisi Jerman dalam Krisis Pengungsi Kali Ini?

18 September 2023

Kota besar dan daerah di Jerman kelebihan beban dalam menyediakan perumahan dan sarana integrasi bagi pengungsi. Saat ribuan pengungsi membanjiri Lampedusa, Italia, bagaimana posisi Jerman kali ini?

https://p.dw.com/p/4WSU2
Pengungsi tiba di Lampedusa, Italia, Sabtu 16 September 2023
Pengungsi tiba di Lampedusa, Italia, Sabtu 16 September 2023Foto: Cecilia Fabiano/AP Photo/picture alliance

Para pengungsi yang tiba di Lampedusa, Italia, sebagian besar tidak ingin tinggal di Italia,dan sejatinya ingin pergi ke negara lain di Uni Eropa.. Roma telah memberikan kemudahan bagi para pengungsi untuk melanjutkan perjalanan sejak aliansi pemerintah ultrakanan berkuasa di Italia. Kebanyakan migran dapat melanjutkan perjalanan ke utara tanpa harus terdaftar.

Perancis mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan kehadiran polisi di sepanjang perbatasan Perancis-Italia karena "arus migran dari Italia" meningkat dua kali lipat. Jerman melakukan pemeriksaan acak di perbatasan dengan Austria. Meski demikian, Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser dari Partai SPD menolak memperketat kontrol perbatasan.

Menurut Undang-undang Suaka UE saat ini, prosedur pengurusan suaka harus dilakukan di negara tempat orang pertama kali menginjakkan kaki di wilayah UE. Siapa pun yang pindah ke negara anggota lain tanpa izin dapat dikembalikan ke negara tempat pertama kali mereka masuk. Dalam 9 bulan terakhir, Italia sama sekali tidak memberlakukan peraturan ini. Sebagai imbasnya, Jerman kini menolak penerimaan sukarela pengungsi dari Italia seperti yang disepakati dalam UE.

Banyak pengungsi ingin lanjut ke Jerman

Menurut Badan Suaka Eropa, Jerman menyediakan sekitar sepertiga dari seluruh permohonan suaka yang diajukan di UE. Dampaknya kota-kota besar dan daerah di Jerman sudah lama membunyikan tanda bahaya terkait masalah pengungsi ini. Tidak hanya kewalahan menyediakan perumahan bagi para pengungsi, struktur integrasi di banyak kota dan wilayah Jerman juga kelebihan beban. Saat ini Jerman kekurangan sekitar 400.000 tempat penitipan anak dan masih butuh sekitar 14.000 guru untuk seluruh negeri. 

Presiden UE (kiri) dan PM Italia (kanan) di hotspot Lampedusa
Presiden UE Ursula von der Leyen (kiri) dan PM Italia Giorgia Meloni (kanan) di hotspot Lampedusa, membahas krisis pengungsi terbaru.Foto: YARA NARDI/REUTERS

Menurut Kementerian Dalam Negeri Federal, pada Agustus 2023 saja, Jerman telah menampung sekitar 1,1 juta pengungsi perang Ukraina. Lalu ada pula pencari suaka dari kawasan krisis lainnya. Dalam tujuh bulan pertama tahun ini, Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi menerima sekitar 175.000 permohonan suaka awal. Pada akhir Agustus sudah ada lebih dari 200.000. Angka tersebut 77% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebanyak 70% pendaftar suaka adalah laki-laki.

Pengungsi yang sampai Jerman biasanya boleh tinggal

Pengalaman menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil orang yang benar-benar menerima suaka karena mengalami persekusi politik. Namun di Jerman terdapat bentuk-bentuk perlindungan lain yang membolehkan pemohon suaka untuk tetap tinggal, meski hak yang mereka dapatkan lebih sedikit. Pada akhir Juni 2023, sekitar 44.500 pencari suaka yang diakui tinggal di Jerman, sebagian besar berasal dari Turki, Suriah, dan Iran. Pada saat yang sama, sekitar 755.000 orang yang mendapat perlindungan pengungsi berdasarkan Konvensi Pengungsi Jenewa terdaftar di Daftar Pusat Orang Asing. Mereka sebagian besar berasal dari Suriah, Irak, dan Afganistan.

Pemerintah federal merilis angka tersebut sebagai tanggapan atas permintaan dari fraksi sayap kiri di Parlemen Jerman-Bundestag. Berdasarkan hal tersebut, sekitar 307.000 orang juga tinggal di Jerman dengan izin tinggal sementara. Ini terjadi. Misalnya, karena meski tidak diakui sebagai pencari suaka atau pengungsi, mereka menghadapi risiko bahaya serius di negara asalnya. Status ini awalnya berlaku selama satu tahun, dapat diperpanjang dan diubah menjadi izin tinggal tetap.

Bagaimana cara kontrol ribuan km perbatasan Jerman?

Terdapat sekitar 280.000 orang asing yang seharusnya sudah meninggalkan Jerman sesuai tenggat waktu. Sekitar setengah dari mereka adalah pencari suaka yang ditolak. Namun, sebagian besar dari mereka diberikan waktu toleransi sementara. Ini berarti mereka telah diminta meninggalkan Jerman tapi tidak dapat dideportasi "karena alasan faktual atau hukum." Deportasi bisa tertunda karena terlalu besarnya risiko di negara asal, penolakan negara asal untuk menerima orang yang bersangkutan, sakit dan masih banyak lagi.

Karena deportasi sulit dilakukan, para politisi yang menyerukan perubahan kebijakan migrasi dengan fokus utama terhadap pendatang. Tuntutan ini juga datang dari Partai Liberal FDP, salah satu partai koalisi di pemerintah. "Kita pada akhirnya harus menghentikan migrasi ilegal dan mengendalikan imigrasi. Jika tidak, kita akan membebani sekolah-sekolah dan sistem kesejahteraan negara, serta menyebabkan ratusan ribu migran menemui jalan buntu tanpa prospek pendidikan dan pekerjaan yang baik," kata Sekretaris Jenderal FDP Bijan Djir-Sarai dalam salah satu wawancara di surat kabar Jerman.

Namun membatasi masuknya migrasi ilegal bukan perkara gampang. Jerman berbatasan dengan sembilan negara UE, dan panjang perbatasannya hampir 3.900 kilometer. Tidak ada kontrol perbatasan yang bersifat stasioner. "Namun perbatasan tentu saja akan dikontrol dengan sangat kuat dan ke segala arah," kata Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser dalam wawancara dengan surat kabar baru-baru ini.

Alasan mengungsi dan mencari suaka kian beragam

Tuntutan pemerataan pengungsi di Uni Eropa selama bertahun-tahun seolah sia-sia. Kesepakatan antara para menteri dalam negeri UE pada bulan Juni memang dirayakan sebagai sebuah terobosan. Mereka sepakat untuk mereformasi sistem suaka UE dan ingin memperkenalkan prosedur jalur cepat bagi para migran yang lumayan agak memiliki prospek untuk tinggal di perbatasan luar UE. Namun implementasinya mungkin akan memakan waktu bertahun-tahun. 

Kendala terbesar dalam membatasi migrasi terletak di negara asal pencari suaka, misalnya perang saudara di Suriah dan pemerintahan Taliban di Afganistan. Ini tidak akan berubah dengan cepat. Tingkat pengakuan status pengungsi dari kedua negara ini sangat tinggi dan siapa pun dari sana yang berhasil mencapai Eropa tidak dapat dipulangkan.

Wacana kurangi insentif untuk pengungsi

Pertanyaan yang mencuat, apakah pengungsi datang ke Jerman untuk mendapatkan keuntungan dari bantuan sosial kini makin banyak dibicarakan. Jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Eropa, bantuan sosial di Jerman bagi pengungsi memang relatif lebih tinggi. Menurut laporan layanan ilmiah Bundestag, bantuan tersebut serupa dengan bantuan yang diberikan di Prancis dan Austria.

Namun di Jerman, ada kekhasan tersendiri: setiap orang menerima uang dan tunjangan, bahkan jika mereka terpaksa meninggalkan negara tersebut. Negara Bagian Bayern di Jerman selatan ingin mengubah hal itu.

Perdana Menteri Bayern, Markus Söder, yang akan berlaga di pemilihan negara bagian, mengumumkan bahwa di masa mendatang, pencari suaka yang ditolak di Bayern hanya akan menerima bantuan dalam bentuk barang. Söder juga menyerukan agar dukungan keuangan bagi pengungsi dikurangi secara signifikan.

(ae/as)